KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat sebesar 27 poin atau naik 0,39 persen ke level 7,191 pada perdagangan Jumat, 3 Januari 2025.
Merujuk data perdagangan RTI Business, sebanyak 176 saham terpantau menguat, 57 saham melemah, dan 247 saham mengalami stagnan.
Sementara itu dikutip dari Stockbit, Indeks LQ45 juga mengalami penguatan sebesar 0,07 persen. Saham yang menjadi pendongkrak indeks ini adalah GOTO dengan 2,82 persen.
Adapun saham-saham yang berada di lima besar top gainer adalah DAYA 25,00 persen, PSDN 16,83 persen, NINE 9,93 persen, NAYZ 9,68 persen, dan MENN 9,62 persen.
Sedangkan saham-saham yang mengalami koreksi paling dalam di antaranya RCCC -9,60 persen, SPRE -8,54 persen, PTIS -6,99 persen, MFIN -6,90 persen, dan INET -5,48 persen.
Di sisi lain, Research Team PT Reliance Sekuritas Tbk, memproyeksikan pergerakan IHSG akan bervariasi dengan kecenderungan menguat dengan support pada level 7,088 dan resistance pada level 7,230.
"Secara teknikal, candle terakhir IHSG berbentuk bullish harami serta indikator stochastic golden cross pada area oversold. Ini mengartikan IHSG berpeluang besar melanjutkan kenaikannya," tulis Reliance dalam risetnya.
Adapun menurut Reliance, terdapat sejumlah saham yang memiliki potensi kenaikan pada beberapa hari mendatang seperti BRPT, BMRI, ADRO, dan PGAS.
Wall Street Melemah di Awal 2025
Wall Street berakhir lebih rendah pada Kamis, 2 Januari 2025, di tengah perdagangan yang bergejolak, ketika para investor memulai tahun baru dengan menghadapi arus silang data pasar tenaga kerja yang kuat, penguatan dolar, dan penurunan saham Tesla.
Dilansir dari Reuters, ketiga indeks saham utama AS menutup sesi di wilayah negatif, membalikkan reli sebelumnya tetapi tetap berada di atas level terendah sesi.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 151,95 poin atau 0,36 persen menjadi 42.392,27, S&P 500 kehilangan 13,08 poin atau 0,22 persen menjadi 5.868,55, dan Nasdaq Composite turun 30,00 poin atau 0,16 persen menjadi 19.280,79.
Dari 11 sektor utama di S&P 500, saham konsumen discretionary, mengalami penurunan terbesar, terbebani oleh Tesla.
“Kami memiliki beberapa berita makro yang agak campuran, dan hari ini dolar sangat kuat,” kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities di New York.
“Ada beberapa tantangan dalam beberapa minggu mendatang, yaitu data ketenagakerjaan Jumat depan dan dimulainya laporan pendapatan kuartal keempat.”
“Dalam jangka pendek, kami melihat adanya volatilitas dan perjuangan untuk menemukan arah hingga tantangan tersebut terlewati,” tambah Cardillo.
Saham Tesla anjlok 6,1 persen setelah melaporkan penurunan tahunan pertama dalam pengiriman kendaraan, karena insentif gagal mengatasi penurunan permintaan untuk jajaran kendaraan listriknya yang sudah tua.
Sebuah laporan dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan klaim awal dan klaim lanjutan untuk tunjangan pengangguran keduanya turun minggu lalu, mendukung narasi tentang pasar tenaga kerja yang solid dan meningkatkan kemungkinan bahwa bank sentral AS dapat mempertahankan suku bunga kuncinya pada pertemuan kebijakan bulan ini.
Terlepas dari ketidakpastian terkait laju penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, kebijakan yang akan diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump yang baru, dan berbagai ketegangan geopolitik, pelaku pasar memilih untuk fokus pada kekuatan ekonomi Amerika Serikat.
Indeks utama Wall Street mencatat kenaikan dua digit pada 2024, dengan indeks S&P 500 mencatat kinerja terbaik dua tahun sejak 1997-1998. Kenaikan ini didorong oleh pemangkasan suku bunga pertama oleh Federal Reserve dalam tiga setengah tahun terakhir, ledakan kecerdasan buatan (AI), dan ekspektasi kebijakan pro-bisnis dari pemerintahan Trump yang baru.
Namun, reli tersebut kehilangan momentum pada pekan-pekan terakhir tahun 2024, dengan S&P 500 dan Dow mencatat penurunan untuk bulan Desember, karena pasar memperhitungkan kemungkinan pengurangan pemotongan suku bunga oleh Fed tahun ini.
S&P dan Nasdaq kini mencatat penurunan selama lima sesi berturut-turut, rekor terpanjang mereka sejak pertengahan April.
Saham energi, didukung oleh kenaikan harga minyak mentah, mencatat kenaikan persentase terbesar.
Apple kehilangan 2,6 persen setelah menawarkan diskon langka di China untuk bersaing dengan pesaing domestik.
Saham kripto seperti Coinbase, MicroStrategy, dan MARA Holdings naik antara 2,6 persen dan 3,6 persen, mengikuti kenaikan harga Bitcoin.
Saham yang naik mengungguli saham yang turun dengan rasio 1,14:1 di NYSE. Ada 77 level tertinggi baru dan 114 level terendah baru di NYSE.
Di Nasdaq, 2.386 saham naik dan 1.988 saham turun, dengan saham yang naik mengungguli saham yang turun dengan rasio 1,2:1.
S&P 500 mencatat satu level tertinggi baru dalam 52 minggu dan 11 level terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencatat 60 level tertinggi baru dan 34 level terendah baru.
Volume di bursa AS mencapai 15,01 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata sesi penuh 14,92 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.