KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis pada awal perdagangan Jumat, 26 September 2025.
IHSG tercatat naik 11,35 poin atau 0,14 persen ke level 8.052,02 setelah bergerak di rentang intraday tertinggi 8.060,42 dan terendah 8.046,46. Aksi beli selektif investor terlihat pada saham-saham konsumer dan ritel sehingga menopang indeks pada sesi pembukaan.
Total transaksi di seluruh pasar mencapai 5,28 juta lot dengan nilai Rp454,19 miliar dari 53,12 ribu kali transaksi. Pada pasar reguler, tercatat nilai transaksi dan volume yang sama, menunjukkan aktivitas investor mulai pulih setelah koreksi tajam sehari sebelumnya.
Investor domestik mendominasi 65,71 persen aktivitas pasar, sedangkan investor asing berkontribusi 34,29 persen. Meskipun nilai beli asing tercatat Rp8,50 triliun dan jual asing Rp9,50 triliun sehingga terjadi net sell Rp1,00 triliun di semua pasar, minat beli investor domestik masih menjadi penopang utama indeks.
Di jajaran saham penggerak atau top gainers diisi jajaran lima besar, Koka Indonesia Tbk (KOKA) melonjak 34,31 persen ke Rp184 per saham. Fast Food Indonesia Tbk (FAST) menguat 25 persen ke Rp580.
Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI) naik 24,68 persen ke Rp2.450, Supra Boga Lestari Tbk (RANC) menguat 24,62 persen ke Rp810, dan Shield On Service Tbk (SOSS) meningkat 20,25 persen ke Rp950.
Namun, tekanan jual juga masih menghantui beberapa saham. Pudjiadi Prestige Tbk (PUDP) terkoreksi 11,16 persen ke Rp414 per saham. Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) turun 10,64 persen ke Rp2.100.
Isra Presisi Indonesia Tbk (ISAP) turun 10 persen ke Rp54, Sekar Bumi Tbk (SKBM) melemah 10 persen ke Rp585, dan Idea Indonesia Akademi Tbk (IDEA) terkoreksi 9,77 persen ke Rp120.
Dari sisi sektoral, sektor non-cyclical goods memimpin penguatan dengan naik 0,83 persen, diikuti teknologi yang menguat 0,42 persen, energi 0,48 persen, dan infrastruktur 0,40 persen. Sektor transportasi naik tipis 0,13 persen dan industri 0,14 persen.
Sementara itu, sektor finansial melemah 0,10 persen, properti turun 0,08 persen, basic industry turun 0,09 persen, dan sektor kesehatan terkoreksi tipis 0,01 persen.
Pergerakan awal IHSG Jumat ini menunjukkan pasar mulai kembali ke jalur positif setelah aksi jual asing pada sesi sebelumnya. Fokus investor terlihat bergeser ke saham-saham konsumer dan ritel yang dianggap defensif menjelang akhir pekan, sementara pelaku pasar masih mencermati potensi arus dana asing yang cenderung keluar.
Proyeksi penguatan di 8.000 terjadi setelah dalam perdagangan sepekan terakhir IHSG kembali mencatatkan All Time High baru di level 8068 dan bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat dalam rentang support 7889 dan resistance 8.068 berakhir di level 8015.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus menjelaskan dalam perdagangan sepekan lalu asing mencatatkan net buy sebesar Rp1,4T di pasar reguler dan hanya ada 1 sektor saja yang mengalami pelemahan, yakni sektor Healthcare yang melemah sebesar -0,19 persen, sementara sektor lainnya ditutup menguat.
Sektor Teknologi dan Industri jadi Penguat
Sektor yang benar-benar menopang IHSG pekan lalu ialah sektor Industri dan Teknologi yang masing-masing menguat sebesar 11,01 persendan 10,18 persen.
Adapun sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG pada pekan lalu (15-19 Agustus 2025), yakni Bank Indonesia yang memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 4,75 persen.
Pemangkasan ini terjadi di luar dari ekspektasi pasar sehingga mampu membawa IHSG ke level tertingginya per tanggal 16 September karena menjadi sentimen positif bagi emiten perbankan yang memiliki bobot yang cukup besar di IHSG.
"Menariknya pada Selasa 16 September sore terjadi reshuffle kabinet lanjutan yang diantaranya memutuskan Erick Thohir yang didapuk menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga, sementara penggantinya untuk posisi menteri BUMN belum ditentukan," ujar Indri.
Sentimen lainnya yakni Federal Reserve yang memangkas tingkat suku bunga acuan untuk pertama kalinya pada tahun 2025 sebesar 25 basis poin ke rentang level 4,00 persen - 4,25 persen sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya.
"Pekan lalu menjadi pekan yang sangat berarti bagi seluruh investor dalam mengambil keputusan. Sepanjang penantian pengumuman arah kebijakan suku bunga, tercatat harga acuan emas dunia mengalami penguatan signifikan dalam sebulan terakhir bahkan mencapai level All Time High-nya,” ujar Indri.
“Hal tersebut disebabkan oleh para pelaku pasar yang mengantisipasi terjadinya penurunan nilai mata uang dolar jika suku bunga diturunkan dan emas menjadi instrumen yang dirasa paling tepat untuk dipilih," lanjut dia.
Proyeksi dan Rekomendasi IPOT Pekan Ini
Berbicara tentang potensi market pada pekan ini (22-26 September 2025), Indri menyebutkan berlakunya rebalancing indeks FTSE per 22 September 2025 menjadi salah satu sentimen utama, dimana saham DSSA masuk ke kategori Large Cap, sedangkan BDMN keluar dari Mid Cap.
Sementara itu, beberapa saham seperti KEEN, MIDI, BCAP, MLIA, MLBA, CNMA, CLEO, dan ULTJ masuk ke kategori Micro Cap, dan BEST, TEBE, PSSI, MTMH, KKGI, SMBR, serta UCID keluar dari kategori tersebut.
Sentimen lain yang mempengaruhi pasar datang dari Amerika Serikat yang menunjukkan adanya data ekonomi yang beragam. Indeks S&P Global Manufacturing Flash AS diproyeksikan sedikit menurun, sementara data Initial Jobless Claims dan Indeks PCE diprediksi meningkat.
Di sisi lain, Michigan Consumer Sentiment diperkirakan turun dan pasar juga menantikan pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang berpotensi memberikan sinyal pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
"Berdasarkan dengan sentimen yang ada, kami menilai bahwa IHSG berpotensi bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat sepanjang pekan ini dalam rentang support 7850 hingga resistance 8150," kata dia.(*)