Logo
>

IHSG Ditutup Naik 0,17 Persen, Rupiah Menguat Tipis

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Ditutup Naik 0,17 Persen, Rupiah Menguat Tipis

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 12 poin atau naik 0,17 persen ke level 7.491 pada perdagangan Selasa, 5 November 2024.

    Mengutip data perdagangan RTI Bussiness, pergerakan IHSG pada hari ini cenderung bervariasi dengan level tertinggi 7.496 dan terendah 7.451. Adapun sebanyak 252 saham menghijau, 327 saham di zona merah, dan 211 saham mengalami stagnan.

    Saham-saham yang berada di lima besar top gainers di antaranya BOBA (+15,61 persen), DNAR (+12,20 persen), KOBX (+11,70 persen), TINS (+10,62 persen), dan DOSS (+8,33 persen). Sedangkan lima saham yang mengalami koreksi paling dalam yakni FORU (-19,84 persen), DART (-18,86 persen), DIVA (-17,18 persen), PART (-12,75 persen), dan MPPA (-11,39 persen).

    Meskipun IHSG ditutup menguat, mayoritas sektor terpantau mengalami koreksi pada penutupan sore ini. Mengutip Stockbit, sektor-sektor yang melemah yaitu transportasi (-0,95 persen), teknologi (-0,97 persen), infrastruktur (-0,81 persen), properti (-0,35 persen), industrial (-0,52 persen), dan health (-0,22 persen).

    Sementara sektor yang mengalami penguatan ada energi (+0,82 persen), finance (+0,59 persen), basic ind (+0,54 persen), dan cylical (+0,25 persen).

    Tidak hanya IHSG, rupiah sore ini juga ditutup menguat sedikit, mencatatkan penutupan di level Rp15.748 per dolar AS. Namun, penguatan ini tidak dapat menghilangkan tekanan yang masih menghantui mata uang Indonesia, yang sebagian besar disebabkan oleh ketidakpastian di pasar global.

    Diketahui, salah satu faktor utama yang menekan pergerakan kurs rupiah adalah ketidakpastian terkait hasil Pilpres AS yang akan dimulai hari ini. Pilpres sendiri tampak semakin memanas dan sengit, sehingga menciptakan atmosfer ketidakpastian di pasar global.

    Hasil pemilu ini diperkirakan kan mempengaruhi kebijakan ekonomi dan keuangan global dalam jangka panjang, terutama terkait kebijakan moneter, perdagangan internasional, dan stabilitas geopolitik.

    Jelang pemilihan, jajak pendapat menunjukkan kompetisi yang sangat ketat. Baik Kamala Harris maupun Donald Trump bertarung sengit di tujuh negara bagian kunci, yang menentukan siapa pemenangnya. Ketegangan ini menyebabkan pelaku pasar global lebih berhati-hati, termasuk dalam berinvestasi di aset berisiko, seperti saham dan mata uang emerging market seperti rupiah.

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, berpendapat bahwa sebagian besar pelaku pasar lebih memilih untuk menghindari aset berisiko di tengan ketidakpastian politik seperti sekarang. Dengan begitu, meskipun ada penguatan sedikit pada rupiah, dampak ketegangan politik AS tetap cukup besar dalam menjaga sentimen risiko global untuk tetap rendah.

    FOMC The Fed dan Potensi Pemangkasan Suku Bunga

    Di sisi lain, penguatan rupiah juga didorong oleh harapan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dijadwalkan pada Kamis, 7 November 2024. Pemangkasan suku bunga ini akan menjadi yang pertama sejak September 2024, ketika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin.

    Meskipun pasar berharap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, proyeksi untuk penurunan lebih lanjut dalam waktu dekat akan sangat dipengaruhi oleh data ekonomi yang terus berkembang. Terutama, data terbaru yang menunjukkan adanya kekuatan ekonomi AS dan inflasi yang tetap tinggi.

    Dengan perekonomian AS yang relatif kuat dan tingkat inflasi yang masih terjaga, banyak pelaku pasar meragukan apakah The Fed akan melakukan pemangkasan lebih besar seperti yang terjadi pada September lalu.

    Ibrahim Assuaibi menjelaskan, meskipun pemangkasan suku bunga The Fed dapat memberikan sedikit angin segar bagi aset-aset berisiko, pelaku pasar tetap akan mengawasi dengan seksama perkembangan ekonomi AS dan data inflasi yang akan datang. Penurunan suku bunga lebih lanjut masih akan bergantung pada kekuatan pasar tenaga kerja dan inflasi di negara tersebut.

    PDB di Bawah Ekspektasi 

    Dari dalam negeri, berita terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 turut memberikan sentimen negatif bagi rupiah. Ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 4,95 persen (YoY) pada kuartal III, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar yang memproyeksikan pertumbuhan sekitar 5 persen.

    Secara nominal, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III 2024 mencapai Rp5.638,9 triliun (PDB nominal), dengan PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp3.279,6 triliun. Meskipun angka pertumbuhan ini menunjukkan adanya ekspansi ekonomi, hasil ini berada sedikit di bawah ekspektasi para ekonom yang sebelumnya dihimpun oleh Bloomberg.

    Faktor yang dinilai menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit lebih rendah dibandingkan perkiraan adalah lemahnya konsumsi masyarakat, terutama di luar periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang biasanya menjadi pendorong konsumsi di kuartal-kuartal sebelumnya.

    Mengingat konsumsi rumah tangga berkontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia, penurunan konsumsi menjadi faktor yang berpengaruh pada rendahnya laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III.

    Kondisi ini menjadi sentimen negatif bagi rupiah karena menunjukkan adanya kelemahan dalam perekonomian domestik yang dapat memperburuk stabilitas mata uang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak dapat memperlihatkan perbaikan signifikan, ketergantungan pada faktor eksternal, termasuk kebijakan moneter The Fed dan perkembangan ekonomi global, akan semakin besar.

    Jadi, meskipun rupiah berhasil menguat tipis pada 5 November 2024, sejumlah faktor risiko tetap membayangi pergerakan mata uang ini ke depan. Ketidakpastian terkait hasil pemilu AS, pemangkasan suku bunga oleh The Fed, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedikit lebih rendah dari ekspektasi, semuanya berpotensi memberikan volatilitas lebih besar pada rupiah.

    Mengingat kondisi global yang penuh ketidakpastian dan data ekonomi domestik yang sedikit meleset dari perkiraan, pelaku pasar kemungkinan besar akan terus menghindari aset berisiko dalam waktu dekat.

    Oleh karena itu, meskipun ada peluang untuk penguatan rupiah dalam jangka pendek, prospek jangka panjang tetap bergantung pada bagaimana hasil pemilu AS, keputusan suku bunga The Fed, dan pemulihan ekonomi Indonesia berinteraksi di pasar.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.