KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG kembali menunjukan penguatan setelah mengalami pelemahan beberapa hari lalu. Sejak Selasa, 25 Maret 2025, IHSG ditutup menguat setelah mengalami kenaikan sebesar 74,40 poin atau 1,21 persen ke level 6.235,62.
Dan, pagi tadi, pada penutupan sesi I perdagangan Rabu, 26 Maret 2025, indeks berada di zona hijau dengan kenaikan 3,35 persen ke level 6.444.
Equity Research Analyst MNC Sekuritas Christian mengatakan, penguatan IHSG dipengaruhi aksi bagi dividen oleh perusahaan perbankan.
"Nah ini menjadi katalis-katalis pendongkrak bagi saham-saham perbankan yang menjadi penggerak dari IHSG pada kemarin," kata Christian dalam acara 'Bursa Pagi-pagi' Kabarbursa.com, Rabu, 26 Maret 2025.
Selain faktor pembagian dividen, pengumuman struktur petinggi perusahaan perbankan juga dinilai menjadi sentimen positif bagi saham-saham di sektor ini. Christian menyebut, selama ini para investor masih wait and see menunggu reshuffle-reshuffle dari perusahaan perbankan di BUMN.
Lebih jauh ia memperkirakan, penguatan IHSG ini sendiri akan bersifat jangka pendek hingga menengah. Namun, hal ini bisa berbalik andai ada kabar buruk yang terjadi.
"Akan tetapi perlu dicatat tetap berhati-hati ketika nanti pada saat lebaran ada isu-isu negatif yang membuat ini malah jadi menurun saham-sahamnya," jelasnya.
Secara teknikal, Christian melihat IHSG masih berpeluang untuk terkoreksi dengan berada di bawah level 6.000. Sebab, hingga saat ini belum ada sentimen positif yang signifikan untuk menguatkan IHSG, baik di pasar global maupun domestik.
"Jadi, kita juga berharap ketika nanti libur lebaran purchasing power meningkat dan tidak ada isu-isu negatif yang malah membuat IHSG ini semakin menurun," pungkasnya.
Dividen Jumbo Big Banks
Sejumlah perusahaan perbankan besar (big banks) segera mengguyur dividen kepada pemegang saham tahun ini. PT Bank Central Asia Tbk menjadi yang pertama menunjukkan komitmen dalam memberikan nilai tambah bagi investornya.
Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Rabu, 12 Maret 2025, diputuskan membagikan dividen Rp250 per lembar saham, dari total laba bersih tahun 2024 mencapai Rp54,8 triliun.
Langkah emiten berkode saham BBCA itu diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Pada Senin, 24 Maret 2025, RUPST bank pelat merah ini menyetujui pembagian dividen dari laba bersih 2024 sebesar Rp51,73 triliun.
Kemarin, 25 Maret 2025, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ikut memutuskan melalui RUPST bahwa para pemegang sahamnya akan menerima dividen dari 78 persen laba bersih tahun buku 2024.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI baru akan menggelar RUPST pada hari ini, Rabu, 26 Maret 2025. Untuk diketahui, BNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp21,5 triliun pada 2024, meningkat 2,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya mencapai Rp20,9 triliun.
Pembagian dividen ini merupakan hasil dari kinerja positif yang memberikan efek ganda, yakni menarik dan mempertahankan investor, terutama mereka yang mencari pendapatan pasif. Selain itu, pembagian dividen, apalagi dengan nilai yang besar mencerminkan stabilitas dan kesehatan keuangan bank. Ini semua tentunya bertujuan untuk menunjukkan komitmen bank memenuhi harapan pemegang saham.
Lantas, mana yang paling menguntungkan?
Dari keempat bank besar yang membagikan dividen tahun ini, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menawarkan tingkat imbal hasil dividen (dividend yield) tertinggi, yaitu 9,16 persen. Dengan dividen per saham sebesar Rp345 dan harga saham di level Rp3.700, BBRI memberikan keuntungan terbesar bagi investor yang mengutamakan pendapatan dividen.
Selain itu, kebijakan payout ratio sebesar 85 persen menunjukkan komitmen BBRI dalam membagikan keuntungan kepada pemegang saham.
Bank Central Asia (BBCA) memiliki payout ratio sebesar 67,4 persen dengan dividen per saham Rp300. Meskipun laba bersihnya tumbuh signifikan, nominal dividen yang dibagikan tahun ini lebih rendah dibandingkan ekspektasi beberapa investor. Dividend yield BBCA yang hanya 2,75 persen lebih kecil dibandingkan bank-bank lain, namun prospek pertumbuhan jangka panjang tetap menjadi daya tarik utama.
Sementara itu, Bank Negara Indonesia (BBNI) akan menggelar RUPST untuk menentukan besaran dividen tahun ini. Tren sebelumnya menunjukkan peningkatan payout ratio, dengan dividen per saham Rp280,49 pada tahun buku 2023. Jika tren ini berlanjut, BBNI bisa menjadi pilihan menarik bagi investor yang ingin mendapatkan dividen yang terus meningkat.
Dari analisis ini, BBRI dan BMRI menawarkan dividen paling menguntungkan dari segi dividend yield, dengan BBRI lebih menarik karena payout ratio yang lebih tinggi dan fundamental perusahaan yang kuat. BBCA lebih cocok bagi investor yang mengutamakan stabilitas jangka panjang, sementara BBNI berpotensi menarik jika payout ratio terus meningkat.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.