KABARBURSA.COM - Pasar saham Indonesia mengakhiri perdagangan sesi pertama Rabu, 25 Juni 2025 dengan catatan pelemahan, menyusul redanya eskalasi konflik di Timur Tengah.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 30,45 poin atau 0,44persen ke level 6.838,72. LQ45 pun tak luput dari tekanan, terkoreksi 0,62 persen ke 759,64.
Arah pasar hari ini berubah haluan setelah pembukaan yang sempat menguat. Reversal ini terjadi di tengah berkurangnya kekhawatiran geopolitik usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran. Euforia mereda cepat, digantikan aksi ambil untung yang membuat pasar berbalik arah.
Dari total 11,6 miliar saham yang ditransaksikan dengan nilai Rp7,25 triliun, sebanyak 409 saham ditutup melemah, sementara hanya 210 saham menguat dan 168 lainnya stagnan. Tekanan terlihat merata di berbagai sektor, meskipun saham-saham berkapitalisasi besar cenderung menopang koreksi indeks.
JISDOR Menguat 114 Poin, Pasar Asia Bervariasi
Di pasar mata uang, rupiah justru menunjukkan performa yang lebih stabil. Kurs referensi JISDOR yang diterbitkan Bank Indonesia menguat 114 poin ke posisi Rp16.370 per dolar AS. Di pasar spot, rupiah juga menguat 55 poin menjadi Rp16.290. Penguatan ini ditopang oleh arus modal masuk seiring membaiknya sentimen risiko global.
Sementara itu, pasar Asia bergerak bervariasi. Investor global tengah mencermati dua hal besar: dinamika gencatan senjata Israel-Iran dan pernyataan terbaru Ketua The Fed, Jerome Powell. Dalam pidatonya, Powell menegaskan bahwa suku bunga kemungkinan akan tetap ditahan hingga tekanan inflasi lebih terkendali, khususnya yang dipicu kebijakan tarif.
Nikkei di Jepang ditutup menguat 0,23 persen ke 38.880,02, sementara Hang Seng di Hong Kong naik 0,77 persen dan indeks utama Taiwan menguat 0,76 persen. Namun KOSPI Korea Selatan bergerak negatif tipis, terkoreksi 0,06 persen.
Di pasar komoditas, harga minyak mengalami kenaikan ringan. Harapan terhadap berlanjutnya gencatan senjata mendorong stabilisasi harga, meski pelaku pasar tetap menunggu perkembangan lebih lanjut.
Di sisi lain, harga emas cenderung bergerak datar. Meredanya kekhawatiran geopolitik mengurangi permintaan terhadap aset lindung nilai, namun pelemahan dolar serta aksi beli teknikal membantu menahan tekanan turun lebih lanjut.
CPO Terkoreksi 3,5 Persen, Dow Dkk Kompak Menguat
Untuk pasar CPO, harga minyak sawit Malaysia perlahan bangkit setelah koreksi tajam 3,5% di sesi sebelumnya. Harga kini bergerak di kisaran MYR 4.000 per ton, menunjukkan stabilisasi sementara di tengah ketidakpastian sentimen permintaan dari China dan India.
Dari bursa berjangka AS, ketiga indeks utama menguat tipis. Dow Futures naik 0,06 persen ke 43.450, sementara S&P dan Nasdaq Futures masing-masing menguat 0,03 persen dan 0,06 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sentimen investor global mulai membaik, sebagian besar pelaku pasar masih bersikap hati-hati, terutama menjelang rilis data inflasi dan laporan ekonomi kuartalan.
Secara keseluruhan, pasar berada dalam fase konsolidasi. Gencatan senjata di Timur Tengah memberi ruang untuk penyesuaian risiko, namun pelaku pasar masih menanti konfirmasi apakah ketenangan ini akan bertahan lama.
Di saat yang sama, perhatian investor akan segera beralih pada arah suku bunga global dan prospek pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga.
Bagi investor domestik, tekanan yang terjadi hari ini lebih mencerminkan penyesuaian jangka pendek. Selama kondisi makro tetap terkendali dan rupiah stabil, peluang pemulihan tetap terbuka—dengan catatan disiplin dalam menyaring saham yang punya fundamental kuat dan posisi teknikal menarik.(*)