KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi pertama perdagangan Selasa, 27 Mei 2025, dengan koreksi ringan. IHSG turun 3 poin atau 0,05 persen ke posisi 7.184,7, dengan nilai transaksi mencapai Rp6,75 triliun.
Aktivitas pasar terpantau cenderung sepi, mengikuti tren perdagangan yang memang cenderung landai menjelang akhir Mei yang diwarnai jadwal perdagangan singkat.
Pelemahan indeks tak lepas dari tekanan yang datang dari sektor perbankan. Saham-saham bank besar mengalami koreksi setelah sebelumnya mencatatkan penguatan. Kondisi ini mencerminkan aksi ambil untung yang dilakukan pelaku pasar.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 1,81 persen, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melemah 0,91 persen, sementara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terkoreksi 0,46 persen.
Tim Riset PT Korea Investment & Sekuritas Indonesia menilai, pelemahan saham-saham perbankan ini lebih bersifat teknikal, mengingat investor mengambil posisi defensif sambil mencermati sejumlah agenda penting emiten seperti RUPS, pembagian dividen, dan aksi korporasi lainnya.
Bursa Asia Bergerak Variatif
Dari sisi eksternal, pasar regional Asia-Pasifik hari ini bergerak variatif. Sentimen global datang dari kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menunda penerapan tarif 50 persen terhadap produk impor dari Uni Eropa.
Keputusan ini menciptakan ruang bagi pelaku pasar untuk mengevaluasi kembali risiko-risiko perdagangan internasional, meski ketidakpastian arah kebijakan masih cukup besar.
Sementara itu, saham-saham berbasis energi dan batu bara justru mencatatkan kinerja positif. Harga batu bara acuan Newcastle kembali menembus USD100 per ton pada Mei ini, bangkit dari posisi terendah empat tahun di kisaran USD93,7 per ton pada akhir April.
Pemulihan harga ini didorong oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan global.
Kondisi tersebut menjadi katalis bagi saham-saham seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang melonjak 5,26 persen. Kinerja ADRO juga disorot seiring langkah dua manajer investasi global, The Vanguard Group Inc. dan BlackRock Inc., yang terus mempertahankan eksposur mereka terhadap emiten tambang ini sepanjang 2025.
Saham lain seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) masing-masing naik 1,06 persen, 2,54 persen, dan 1,81 persen.
Di luar sektor energi, lonjakan signifikan juga terjadi pada saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang naik hampir 7 persen meskipun tidak ada kabar resmi dari perusahaan. Penguatan ini disebut-sebut sebagai respons spekulatif dari investor.
Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga ikut menguat 1,53 persen, sementara PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) naik 1,07 persen.
Untuk kategori saham dengan nilai transaksi terbesar sejauh ini ditempati oleh BRPT, ADRO, dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), meskipun ANTM justru turun 1,92 persen.
Dari sisi distribusi dividen, PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) dijadwalkan membagikan dividen Rp5 per saham, dengan yield 0,35 persen.
Namun, jadwal cum date-nya belum diumumkan. Sementara itu, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) telah menetapkan cum date pada 10 Juni 2025 untuk pembagian dividen sebesar Rp56,2 per saham, menawarkan dividend yield yang cukup tinggi di level 8,7 persen.
Secara keseluruhan, pasar masih bergerak dalam ruang konsolidasi dengan kecenderungan wait-and-see. Investor saat ini cenderung selektif, menimbang antara potensi dividen, aksi korporasi, dan dinamika harga komoditas global dalam menyusun strategi menjelang penutupan bulan Mei.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.