KABARBURSA.COM – Usai Pidato Kepresidenan Jumat, 15 Agustus 2025, IHSG yang sempat menembus level 8.000 terkoreksi. Pasar saham Asia memperlihatkan gerak yang cenderung variatif, sementara mata uang emerging market Asia sebagian besar melemah.
Tekanan datang dari data harga produsen Amerika Serikat yang lebih tinggi dari perkiraan, memudarkan harapan akan pemangkasan besar suku bunga The Fed pada bulan depan. Imbasnya, dolar AS kembali menguat dan menekan mata uang regional.
IHSG sendiri sempat mencetak rekor baru di level 8.017 pada sesi siang, sebelum kemudian berbalik turun mendekati area 7.900. Reli indeks domestik terhenti, tetapi catatan hari ini tetap bersejarah karena menjadi rekor tertinggi untuk dua sesi berturut-turut.
Dorongan optimisme investor masih didukung oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini serta prospek positif dari sisi regional. Equity Fund Manager SGMC Capital Mohit Mirpuri, menilai dua pekan ke depan akan penuh katalis bagi pasar Indonesia.
Ia menyinggung rapat kebijakan Bank Indonesia pada 20 Agustus serta peluang arus masuk pasif seiring beberapa emiten Tanah Air yang masuk ke indeks MSCI.
Dengan partisipasi pasar yang luas, ia menyebut strategi lebih condong pada penempatan posisi menjelang agenda tersebut ketimbang terpaku pada fluktuasi harian.
Rupiah Melemah 0,3 Persen, Nikkei Ditutup Menguat
Di sisi mata uang, rupiah ditutup melemah 0,3 persen terhadap dolar AS, mencerminkan sentimen yang sama dengan mata uang kawasan. Peso Filipina turun tipis 0,1 persen, sementara dolar Taiwan tertekan 0,3 persen ke level terendah sejak akhir Mei.
Sebaliknya, sebagian mata uang lain relatif stabil. Menurut analis Krung Thai Bank Poon Panichpibool, tekanan pada mata uang Asia kemungkinan hanya bersifat jangka pendek.
Ia memprediksi pemulihan dapat terjadi pada kuartal IV 2025 hingga awal 2026, seiring arah kebijakan The Fed yang makin jelas dan dolar AS berpotensi melemah.
Pasar saham di Asia sendiri tak bergerak seragam. Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 1,71 persen, sementara Shanghai Composite di China naik 0,83 persen. Taiwan dan Filipina juga mencatat kenaikan tipis.
Namun, bursa Malaysia turun 0,3 persen, Singapura melemah 0,94 persen, dan Thailand terkoreksi 0,78 persen setelah bank sentral negara itu memangkas suku bunga untuk keempat kalinya dalam 10 bulan terakhir. Sementara itu, pasar India dan Korea Selatan tutup karena libur nasional.
Secara keseluruhan, perdagangan akhir pekan ini mencerminkan tarik-menarik antara optimisme jangka menengah yang masih terjaga, dengan tekanan jangka pendek dari data ekonomi Amerika Serikat.
IHSG tetap menunjukkan daya tahan dengan pencapaian rekor baru, meski terkoreksi menjelang penutupan. Rupiah, bersama sejumlah mata uang Asia lainnya, harus rela tertekan oleh penguatan dolar AS.
Pasar kini menanti katalis baru, baik dari arah kebijakan The Fed maupun agenda domestik seperti rapat Bank Indonesia, yang akan menentukan langkah berikutnya bagi investor.(*)