KABARBURSA.COM - Indeks sektor properti (IDXPROPERT) diprediksi akan mengalami penguatan pada September 2024. Hal ini didorong oleh antisipasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed).
Mengutip data dari aplikasi IPOT, hingga Rabu, 4 September 2024 pukul 14.50 WIB, IDXPROPERT telah naik 8,1 poin atau 1,12 persen, mencapai level 722 secara year-to-date (YTD). Bahkan, dalam sebulan terakhir, indeks ini menguat 69,9 poin atau 9,68 persen.
Menurut Rivan Kurniawan, seorang value investor, ekspektasi pemotongan suku bunga oleh The Fed sebesar 25 basis poin (bps) di bulan ini sangat tinggi.
"Kemungkinan besar The Fed akan memangkas suku bunga bulan ini," kata Rivan, seperti dikutip Kabar Bursa dari Ipotnews.
Pemotongan suku bunga ini dinanti oleh para pelaku pasar global karena dampaknya yang signifikan. Salah satu dampaknya adalah kemungkinan Bank Indonesia (BI) juga akan mengikuti langkah tersebut dengan memangkas suku bunga di kuartal 4 tahun 2024. Jika ini terjadi, beban bunga kredit atau pinjaman akan berkurang, mendorong masyarakat untuk lebih berani mengambil kredit, termasuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Rivan juga mencatat bahwa IDXPROPERT adalah salah satu indeks yang kurang mendapat perhatian dari pelaku pasar sepanjang tahun ini. Namun, dengan adanya potensi pemotongan suku bunga The Fed, indeks ini diperkirakan akan mendapat dorongan positif.
"Bahkan, dampaknya sudah mulai terlihat sebelum suku bunga resmi dipangkas," tutup Rivan.
Saham BSDE Diborong Amerika-Jerman
Jika melihat dari prospek indeks yang positif, maka bisa dilihat pula harga saham emiten properti, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga menunjukkan tren terbaik. Selain kinerja yang moncer, ternyata investor asing memainkan peran yang penting. Ada sejumlah investor asing yang diketahui sedang mengakumulasi sahamnya.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) sahamnya mengalami kenaikan sekitar 2 persen, mencapai Rp5.100 per lembar. Kenaikan ini melanjutkan tren positif saham BSDE selama Agustus 2024, di mana saham ini telah melonjak 24,2 persen.
Kenaikan harga saham BSDE didorong oleh masuknya arus dana asing yang signifikan. Beberapa investor asing aktif membeli saham BSDE dalam sepekan yang berakhir pada 3 September 2024. Salah satu investor terbesar, Dimensional Fund Advisors LP yang berbasis di Austin, Texas, menambah 690.100 lembar saham BSDE, sehingga total kepemilikannya menjadi 115,12 juta lembar saham.
Van Eck Associates Corp, sebuah perusahaan investasi global yang berbasis di New York, juga menambah kepemilikannya sebesar 321.600 lembar saham dalam sepekan terakhir. Selain itu, Deutsche Bank AG menambah 29.556 lembar saham BSDE. Secara keseluruhan, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp25,26 miliar dalam sepekan terakhir di pasar reguler untuk saham BSDE.
Sentimen positif terhadap saham BSDE juga didukung oleh berlanjutnya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor properti hingga akhir tahun 2024, yang diharapkan akan mendorong kinerja saham properti di Bursa Efek Indonesia.
Dari sisi kinerja keuangan, BSDE mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,33 triliun sepanjang semester I/2024, yang meningkat signifikan sebesar 94,28 persen secara tahunan (YoY). Namun, laba bersih ini mengalami penurunan 37,6 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
ASRI, LPCK, SMRA Ikut Menguat
Pada sesi II perdagangan hari ini, saham emiten properti menunjukkan penguatan signifikan, dengan indeks sektor properti dan real estate (IDXPROPERT) naik sebesar 1,18 persen. Beberapa saham properti yang mencatatkan kenaikan tajam antara lain PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) yang naik 7,22 persen, PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) naik 4,70 persen, dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang menguat 4,17 persen.
Penguatan saham-saham ini didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah keputusan pemerintah untuk memperpanjang fasilitas Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 100 persen untuk pembelian rumah hingga Desember 2024. Insentif ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan penjualan properti, terutama di kuartal IV-2024, dan membantu mengurangi persediaan yang ada.
Selain itu, tren kenaikan saham properti juga dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), yang diperkirakan akan terjadi pada bulan depan. Penurunan suku bunga ini dapat mendorong pertumbuhan sektor properti karena biaya pinjaman yang lebih rendah membuat pembiayaan proyek dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) lebih terjangkau.
Pemerintah juga telah meningkatkan kuota pembiayaan rumah subsidi (FLPP) dari 166 ribu unit menjadi 200 ribu unit, yang berlaku mulai 1 September 2024. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kelas menengah dalam mendorong sektor konstruksi, yang memiliki efek multiplier tinggi terhadap perekonomian.
Kebijakan ini merupakan tindak lanjut dari insentif PPN DTP sebelumnya yang berlaku hingga Juni 2024, dengan pemangkasan menjadi 50 persen per 1 Juli 2024 sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 7 Tahun 2024. Dengan perpanjangan insentif ini, sektor properti diharapkan terus menunjukkan kinerja positif di sisa tahun 2024.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.