KABARBURSA.COM - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang akan berlangsung pada Selasa dan Rabu, 21-22 Mei 2024.
"Dipertahankan sepertinya," terang dia kepada Kabar Bursa, Selasa, 21 Mei 2024.
Diketahui, pada RDG sebelumnya, 23-24 April 2024, BI memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 7,00 persen. Kenaikan ini dilakukan sebagai respons terhadap pelemahan nilai tukar rupiah yang dipicu oleh pernyataan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, tentang penundaan pemangkasan suku bunga The Fed.
Faisal menyatakan bahwa langkah BI menaikkan suku bunga pada periode April lalu bertujuan menstabilkan nilai tukar rupiah yang terdampak oleh arus modal keluar dari pasar modal ke Amerika Serikat (AS). Dia mengatakan BI merespons dengan menaikkan tingkat suku bunganya sebesar 25 basis poin dan menggelontorkan cadangan devisanya
"Langkah ini berhasil membuat cadangan devisa Indonesia turun, namun stabilitas nilai tukar rupiah dapat terjaga," ujar Faisal.
Namun untuk saat ini, Faisal menilai BI tidak memiliki alasan untuk kembali menaikan suku bunga lagi. Mengingat, nilai tukar rupiah yang kini telah relatif stabil. "Kemungkinan besar BI akan mempertahankan suku bunga pada posisi yang sama karena tujuan stabilisasi nilai tukar telah tercapai. Selain itu, mempertahankan suku bunga akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga perekonomian domestik," tambahnya.
Adapun Faisal merasa kemungkinan penurunan suku bunga pada tahun ini atau peluang BI memangkas suku bunga sangat kecil. Dia mengatakan, penurunan suku bunga BI baru mungkin terjadi pada awal tahun 2025 nanti. Namun hal itu hanya mungkin terjadi jika The Fed akhirnya menurunkan suku bunganya.
"Kemungkinan baru terjadi pada akhir tahun atau awal 2025. Pada saat itu, jika The Fed sudah memangkas suku bunganya, BI juga bisa memangkas suku bunganya meskipun tidak otomatis," tutup Faisal.
Sedangkan, Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti merasa dengan yang kini tengah terus terapresiasi dapat menjadi peluang BI untuk menurutnkan suku bunga.
"Kemarin kan sempat 16 ribu sekian. Kalau sekarang sudah ke arah 14-15 ribu, dengan suku bunga harusnya bisa diturunkan," kata Esther kepada Kabar Bursa, Selasa, 21 Mei 2024.
Esther menambahkan bahwa peningkatan suku bunga memiliki dampak yang signifikan pada sektor riil. Dengan suku bunga yang tinggi, sektor riil agak lesu karena orang jadi malas kredit. Karena, kalau rupiah sudah mengalami apresiasi, harusnya tingkat suku bunga bisa diturunkan.
"Sehingga pasar atau sektor bisnis bisa lebih leluasa dalam menjalankan bisnisnya. Jadi bayar kredit pun tidak mahal-mahal banget," jelasnya.
Karena itu, sekali lagi, Esther menegaskan agar BI dapat menurunkan tingkat suku bunganya pada RDG yang akan berlangsung pada pekan ini. Mengingat apresiasi nilai tukar yang tengah ini seharusnya bisa mendorong Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga.
"Intinya adalah ketika rupiah terapresiasi, seharusnya Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga karena itu akan membuat sektor riil ini lebih bisa bergerak," tutupnya.
Berbeda, Satria Sambijantoro, Kepala Penelitian PT Bahana Sekuritas, meramalkan bahwa akan terjadi peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 25 basis points (bps) sehingga mengangkat BI Rate menjadi 6,5 persen. Jika ini terjadi, akan tercipta level tertinggi baru sejak acuan ini diperkenalkan pada 2016.
“Gubernur (BI) Perry Warjiyo memiliki hati yang dovish namun pada akhirnya pragmatis. Dia tidak takut untuk melakukan apa yang perlu dilakukan untuk menstabilkan rupiah,” kata Sambijantoro, Selasa, 21 Mei 2024.
Satria, yang sebelumnya berprofesi sebagai jurnalis surat kabar nasional Indonesia The Jakarta Post, memiliki pandangan yang berlawanan mengharuskannya untuk mengabaikan pernyataan publik bahkan dari gubernur BI itu. Pasalnya BI mengejutkan pasar dengan mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar seperempat poin pada bulan Oktober dan April. Dalam kedua kasus tersebut, Perry sebelumnya telah menyatakan beberapa minggu sebelumnya bahwa BI Rate akan dipertahankan, bahkan memberikan isyarat bahwa langkah selanjutnya kemungkinan besar adalah penurunan.
“BI kemungkinan besar akan mempertahankan kebijakannya dan mengambil kemungkinan kenaikan suku bunga oportunistik dalam dua bulan ke depan,” ujar Satria.