KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia menawarkan 81 proyek senilai Rp 239 triliun kepada para pengusaha China.
Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi, Riyanto, menyatakan bahwa investasi tersebut meliputi sektor industri manufaktur hingga energi terbarukan.
“Ada 81 proyek yang siap ditawarkan, mulai dari industri manufaktur, infrastruktur, pangan, pertanian, pariwisata, kawasan industri, dan energi baru terbarukan,” kata Riyanto di hadapan 27 perwakilan perusahaan China dalam Seminar Promosi Investasi Indonesia-China di Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Selasa, 14 Mei 2024.
Selain itu, lanjut Riyanto, pemerintah juga mengungkapkan potensi investasi di proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
Sektor yang menjanjikan di sana termasuk pembangunan infrastruktur, sarana pendukung pengembangan kawasan komersial, dan berbagai industri pendukung, termasuk agro industri.
“Peluang investasi di Ibu Kota Nusantara meliputi pembangunan infrastruktur, sarana pendukung pengembangan kawasan komersial, dan berbagai industri pendukung, termasuk agro industri,” tuturnya.
Ia juga menguraikan rencana Indonesia dalam mengembangkan sektor pariwisata. Pemerintah berkeinginan untuk menciptakan kawasan baru yang mirip dengan Bali di Danau Toba, Mandalika, Likupang, Borobudur, dan Labuan Bajo.
Dalam hal hilirisasi, ia menegaskan komitmen Indonesia untuk tidak lagi mengandalkan ekspor komoditas mentah. Menurutnya, hingga tahun 2040, pemerintah memperkirakan membutuhkan investasi mencapai USD618 miliar.
“Indonesia berkomitmen untuk tidak hanya mengandalkan ekspor komoditas mentah, tetapi juga memperkuat sektor hilirisasi dengan mengolah komoditas di dalam negeri. Pemerintah telah menyusun roadmap hilirisasi untuk komoditas tambang, minyak dan gas, pertanian, dan perikanan. Investasi yang dibutuhkan sangat besar, yaitu sekitar USD618 miliar hingga tahun 2040,” jelasnya.
Hubungan Ekonomi RI-China
Hubungan ekonomi antara Indonesia dan China disebut telah memasuki zaman keemasan selama era kepemimpinan dua kepala negara, yaitu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Xi Jinping.
Wu Zhiwei, Counselor of Economic and Commercial Counsellor's Office Kedutaan Besar China untuk Indonesia, menyoroti kenaikan peringkat investasi China yang kini menduduki posisi kedua.
Menurut data dari Kementerian Investasi/BKPM, investasi China pada tahun 2022 dan 2023 menempati posisi kedua dalam investasi terbanyak di Indonesia dengan masing-masing jumlah sebesar USD8,2 miliar dan USD7,4 miliar. Peringkat ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2021, di mana China berada di posisi ketiga dengan investasi sebesar USD3,1 miliar.
“Dalam sepuluh tahun pemerintahan Jokowi, hubungan ekonomi antara Indonesia dan China telah memasuki masa keemasan. Dari peringkat ke-12 dalam capaian investasi, kini naik menjadi posisi kedua setelah Singapura. Kerja sama investasi telah menjadi instrumen akselerasi dalam dekade keemasan ini, dan akan menjadi kunci untuk dekade-dekade mendatang,” ujarnya dalam acara Indonesia-China Investment Promotion Seminar di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Selasa, 14 Mei 2024.
Tumbuhnya investasi China di Indonesia juga didorong oleh kebijakan hilirisasi yang diperjuangkan oleh Presiden Jokowi. Wu Zhiwei menyatakan bahwa investor China memberikan respon paling positif terhadap program tersebut.
“Presiden Jokowi sering menekankan pentingnya hilirisasi industri, dan investor China memberikan respon yang paling agresif terhadap program tersebut. Sebagai contoh, dalam beberapa tahun terakhir, industri pertambangan dan smelter telah mendirikan industri hilirisasi nikel dan aluminium dengan nilai tambah tinggi,” ujarnya.
Wu Zhiwei memberikan contoh perkembangan di Kabupaten Morowali yang menunjukkan transformasi yang signifikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Dari sebuah wilayah yang sebelumnya didominasi oleh nelayan, Morowali kini berhasil menjadi produsen bahan baku kendaraan listrik berkualitas dunia.
Morowali telah menjadi basis produksi yang penting untuk bahan baku kendaraan listrik secara global. Kabupaten ini mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat di Indonesia. Prestasi ini tercapai melalui kerja sama dan kontribusi antara pengusaha China dan Indonesia yang saling mendukung.
Sementara itu, Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi, Riyatno, menguraikan lima investasi utama China di Indonesia dalam lima tahun terakhir. Investasi tersebut mencakup industri pengolahan logam dasar sebesar USD12,8 miliar, sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi sebesar USD7,9 miliar, serta sektor listrik, gas, dan air sebesar USD2,5 miliar.
“Selain itu, terdapat investasi signifikan dalam sektor kimia dan farmasi senilai USD2,4 miliar, yang menyumbang sebanyak 8 persen dari total investasi, serta investasi dalam kawasan industri, perumahan, dan perkantoran sebesar USD2 miliar, dengan porsi 7 persen. Kami sangat mengapresiasi kontribusi China dalam mendukung program pemerintah dalam penyebaran dan pemetaan investasi,” jelas Riyatno.