Logo
>

Inflasi AS Dominasi Sentimen IHSG, Saatnya Beli atau Jual?

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Inflasi AS Dominasi Sentimen IHSG, Saatnya Beli atau Jual?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - NH Korindo Sekuritas Indonesia (NHKSI) menyarankan investor untuk tetap waspada terhadap pergerakan sentimen pasar. Tak bisa diabaikan, data inflasi Amerika Serikat (AS) memiliki dampak yang signifikan terhadap arah gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

    Dalam pandangan NHKSI, data inflasi AS menjadi penentu utama arah IHSG ke depan. "Data ini akan sangat mempengaruhi arah IHSG," ungkap NHKSI dalam pernyataan yang diterima oleh Kabar Bursa, Rabu, 14 Agustus 2024.

    Karenanya, NHKSI mendorong investor dan trader untuk selalu mengamati sentimen pasar yang terus berkembang. Selain itu, disarankan juga untuk menetapkan level trailing stop sebagai langkah antisipasi.

    Di sisi lain, NHKSI menyoroti IHSG yang mencatat angka 7356,64 pada penutupan perdagangan Selasa, 13 Agustus 2024, yang menjadi level tertinggi dalam lima bulan terakhir.

    Menurut NHKSI, pencapaian ini didorong oleh masuknya dana asing sebesar IDR484,13 miliar kemarin (seluruh pasar) dan penguatan Rupiah yang stabil pada posisi 15830/USD saat ini.

    Namun, NHKSI juga memperingatkan bahwa indikator RSI menunjukkan divergensi negatif, mengisyaratkan kepada investor atau trader bahwa penguatan ini tidak disertai momentum beli yang cukup kuat.

    Sementara diberitakan sebelumnya, Wall Street mencatatkan kenaikan signifikan pada perdagangan Selasa, 13 Agustus 2024, dengan indeks utama mencapai level tertinggi dalam hampir dua minggu terakhir. Penguatan ini didorong oleh data harga produsen yang lebih rendah dari perkiraan, yang memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve akan segera melakukan pemotongan suku bunga pada bulan September.

    Pada penutupan perdagangan Selasa, indeks S&P 500 naik 90,04 poin atau 1,68 persen, berakhir di level 5.434,43. Sementara itu, Nasdaq Composite melonjak 407,00 poin atau 2,43 persen, menutup perdagangan pada 17.187,61. Dow Jones Industrial Average juga mencatatkan kenaikan, menambah 408,63 poin atau 1,04 persen menjadi 39.765,64.

    Data terbaru menunjukkan bahwa harga produsen di Amerika Serikat mengalami kenaikan yang lebih rendah dari perkiraan pada bulan Juli. Sektor jasa yang lebih murah berhasil menekan kenaikan biaya barang, mengindikasikan bahwa tekanan inflasi terus mereda. Dalam periode 12 bulan hingga Juli, indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) meningkat sebesar 2,2 persen, lebih rendah dibandingkan kenaikan 2,7 persen yang tercatat pada bulan Juni.

    Para investor kini mengalihkan perhatian mereka ke data harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) yang akan dirilis pada hari Rabu, 14 Agustus 2024 malam dan data penjualan ritel yang dijadwalkan keluar pada hari Kamis malam. Kedua data ini diharapkan dapat memberikan konfirmasi lebih lanjut mengenai kemungkinan pemotongan suku bunga yang agresif oleh bank sentral AS.

    Michael James, Direktur Pelaksana Perdagangan Ekuitas di Wedbush Securities, menyatakan bahwa angka inti PPI mendukung narasi bahwa Federal Reserve telah berhasil menjaga inflasi tetap terkendali. “Kemungkinan besar, langkah yang akan diambil adalah pemotongan suku bunga lebih cepat daripada nanti,” ujar James kepada Reuters.

    Ia juga menambahkan bahwa setiap data ekonomi yang dirilis saat ini akan memiliki dampak yang besar pada pasar, mengingat kondisi pasar yang sangat sensitif dan gelisah.

    Saat ini, para pelaku pasar memperkirakan ada peluang sebesar 55 persen bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin. Sebelum data PPI dirilis, probabilitas ini masih berada di bawah 50 persen, menurut CME FedWatch Tool.

    Pada perdagangan hari Senin sebelumnya, Wall Street berfluktuasi dengan S&P 500 yang hampir datar dan Nasdaq yang memperoleh sedikit keuntungan, setelah mengalami pekan yang penuh gejolak. Laporan ekonomi yang beragam dan kenaikan suku bunga oleh bank sentral Jepang juga memberikan tekanan pada pasar pada pekan lalu.

    Dalam perdagangan semalam, sektor teknologi informasi dan barang konsumsi diskresioner menunjukkan kinerja terbaik, sementara sektor energi mengalami penurunan akibat turunnya harga minyak. Penurunan ini dipicu oleh langkah OPEC yang memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan pada tahun 2024, mengurangi kekhawatiran terkait risiko pasokan yang disebabkan oleh ketegangan yang berkepanjangan di Timur Tengah.

    Indeks Russell 2000, yang terdiri dari perusahaan-perusahaan kecil, juga mengalami kenaikan sebesar 1,6 persen. Di antara saham-saham yang mencatatkan kinerja terbaik adalah Starbucks, yang mengalami lonjakan harga saham sebesar 24,5 persen, mencatatkan persentase kenaikan satu hari terbesar dalam sejarah perusahaan tersebut. Lonjakan ini terjadi setelah Starbucks menunjuk Brian Niccol, mantan CEO Chipotle Mexican Grill, sebagai Chairman dan CEO baru. Sementara itu, saham Chipotle turun 7,5 persen menyusul pengumuman tersebut.

    Saham Home Depot berhasil membalikkan tren penurunan dan berakhir naik 1,2 persen. Perusahaan ini sebelumnya telah memperkirakan penurunan laba tahunan serta penurunan yang lebih besar dalam penjualan tahunan yang sebanding, namun berhasil menarik perhatian investor dengan prospek yang lebih baik dari perkiraan.

    Saham BuzzFeed melonjak 25,9 persen setelah perusahaan media digital tersebut melaporkan bahwa kerugian bersih pada kuartal kedua menyusut menjadi USD6,6 juta dari USD22,5 juta pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini menjadi sinyal positif bagi investor yang mulai melihat potensi pemulihan dalam bisnis BuzzFeed. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.