KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah diperkirakan akan melanjutkan penguatannya di pasar spot hari ini setelah data inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat menunjukkan hasil yang lebih rendah dari perkiraan.
Data ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunga acuan mereka secepatnya pada bulan depan.
Di pasar offshore, rupiah forward mencatatkan kenaikan hampir 1 persen dalam penutupan pasar New York dini hari tadi. Pagi ini, nilai tukar rupiah di Non-Deliverable Forward (NDF) terpantau berada di kisaran Rp15.632-Rp15.642 per USD, menguat dibandingkan dengan posisi penutupan rupiah spot kemarin di Rp15.675 per USD.
Indeks dolar AS masih stabil di kisaran 102,6, sementara imbal hasil surat utang Treasury AS untuk tenor 10 tahun mencatat penurunan lebih lanjut ke level 3,837 persen. Penurunan ini menyebabkan selisih imbal hasil investasi antara AS dan Indonesia menjadi 289 basis poin (bps).
Kemarin, rupiah berhasil mencatatkan penguatan harian terbaik sepanjang tahun, dengan kenaikan 1 persen di pasar spot ke level terkuat sejak pertengahan Maret, didorong oleh optimisme pasar setelah rilis data inflasi AS yang lebih rendah.
Dengan penutupan kemarin, sepanjang pekan ini rupiah telah menguat 1,55 persen, menjadi yang terbesar di Asia. Sedangkan untuk periode Agustus, rupiah telah menguat 3,58 persen month-to-date. Sejak Juli, penguatan rupiah mencapai 4,26 persen quarter-to-date, menjadikannya mata uang terkuat di Asia setelah ringgit dan baht yang masing-masing menguat 6,22 persen dan 4,75 persen.
Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, sebagian besar mata uang Asia masih tertekan, dengan won Korea turun 0,15 persen, dolar Hong Kong turun 0,01 persen, dan baht Thailand melemah 0,12 persen.
Yen Jepang, yang merupakan salah satu mata uang jangkar di Asia, pagi ini terlihat sedikit menguat terhadap dolar AS, berada di kisaran 147,32.
Secara teknikal, rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan hari ini menuju area Rp15.650 per USD, yang merupakan level resistance terdekat sebelum resistance berikutnya di Rp15.625 per USD hingga Rp15.600 per USD.
Jika level resistance tersebut berhasil ditembus, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan menuju level Rp15.570 per USD sebagai resistance potensial berikutnya.
Sebaliknya, jika terjadi tekanan pelemahan, level support terdekat berada di Rp15.700 per USD dan Rp15.740 per USD. Level support terkuat berada di Rp15.750 per USD.
Inflasi AS rendah
Tadi malam, Amerika Serikat melaporkan data inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk bulan Juli yang lebih rendah dari perkiraan pasar. Inflasi CPI Juli tercatat sebesar 0,2 persen, setelah mencatat deflasi pada bulan Juni.
Secara tahunan, inflasi CPI tercatat sebesar 2,9 persen, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan prediksi pasar. Sementara itu, inflasi inti CPI tercatat 0,2 persen secara bulanan, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya namun sesuai dengan prediksi pasar. Inflasi inti CPI tahunan tercatat sebesar 3,2 persen, lebih rendah dibandingkan dengan angka Juni yang sebesar 3,3 persen.
Data ini memperkuat keyakinan pasar bahwa The Fed, bank sentral AS, akan segera memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan September, dengan probabilitas mencapai 64 persen. Pernyataan pejabat The Fed semakin memperkuat ekspektasi tersebut.
Gubernur Federal Reserve Bank of Chicago, Austan Goolsbee, menyatakan bahwa ia lebih khawatir tentang kondisi pasar tenaga kerja dibandingkan inflasi, mengingat kemajuan terkini dalam tekanan harga dan data pekerjaan yang mengecewakan.
Dalam wawancara dengan BloombergNews pada Rabu kemarin, Goolsbee mengatakan bahwa suku bunga saat ini "sangat restriktif". Menurutnya, kebijakan tersebut hanya akan tepat jika perekonomian mengalami overheating.
SRBI
Bank Indonesia kini hanya mengadakan lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sekali dalam seminggu, seiring dengan tren penguatan rupiah yang terus berlanjut sejak Juli lalu dan semakin kuat saat ini.
"Mulai bulan Agustus, lelang SRBI diadakan seminggu sekali pada hari Jumat. [Bank Indonesia] melihat kondisi ke depan, dan untuk sementara ini, lelang seminggu sekali sudah cukup, apalagi rupiah sedang menguat dan arus masuk modal asing terjadi tidak hanya di SRBI tapi juga di Surat Berharga Negara (SBN)," kata Edy Susianto, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia.
Investor asing mencatatkan pembelian bersih di pasar SBN sebesar hampir Rp4 triliun dalam dua hari pertama pekan ini. Sementara di pasar saham, investor asing telah membukukan net buy selama tiga hari berturut-turut senilai Rp1,55 triliun, yang turut mendorong indeks saham domestik mencapai rekor tertinggi sepanjang masa kemarin. (*)