KABARBURSA.COM - Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street, mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Kamis, 3 Oktober 2024. Penurunan ini terjadi menjelang laporan bulanan terkait gaji di AS yang akan dirilis pada hari Jumat, 4 Oktober 2024, serta karena kekhawatiran investor terhadap ketegangan yang meningkat di Timur Tengah.
Menurut laporan dari Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,44 persen, setara dengan 184,93 poin, menjadi 42.011,59. Indeks S&P 500 juga mencatatkan penurunan sebesar 0,17 persen atau 9,58 poin, mencapai 5.699,96.
Sementara itu, Nasdaq turun 0,04 persen atau 6,65 poin, ke level 17.918,48. Meskipun demikian, S&P 500 tetap menunjukkan pertumbuhan 19,5 persen sejak awal tahun.
Data terbaru menunjukkan ada sedikit peningkatan dalam jumlah pengajuan tunjangan pengangguran di AS pada minggu lalu. Selain itu, cuaca buruk akibat Badai Helene dan gangguan di pelabuhan bisa memengaruhi pasar tenaga kerja dalam waktu dekat.
Laporan pekerjaan untuk bulan September sangat dinanti-nanti, dengan ekonom memperkirakan penambahan 140.000 lapangan kerja dan tingkat pengangguran tetap di angka 4,2 persen. Hal ini penting bagi arah kebijakan suku bunga AS setelah Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada bulan lalu.
Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments, menyatakan bahwa investor tampaknya berhati-hati menjelang laporan pekerjaan tersebut. Ia menambahkan bahwa aksi ambil untung setelah periode reli besar di pasar adalah hal yang wajar.
Indeks Volatilitas Cboe (VIX), yang mencerminkan tingkat ketidakpastian pasar, meningkat menjadi 20,49, level tertinggi sejak awal September. Dalam konteks yang lebih luas, militer Israel meminta penduduk di lebih dari 20 kota di Lebanon selatan untuk segera evakuasi, menambah kekhawatiran di kalangan trader yang kini memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan depan.
Sementara itu, sektor jasa menunjukkan pertumbuhan yang kuat, dengan survei Institute for Supply Management mencatat aktivitas meningkat ke level tertinggi dalam satu setengah tahun.
Brian Jacobsen, kepala ekonom di Annex Wealth Management, menyatakan bahwa sektor jasa berkontribusi signifikan terhadap kekuatan ekonomi saat ini. Namun, ia juga mengingatkan tentang potensi dampak negatif dari kenaikan harga minyak dan pemogokan di pelabuhan.
Saham energi mengalami penguatan seiring dengan kenaikan harga minyak, dipicu oleh kekhawatiran akan gangguan aliran minyak mentah global akibat konflik di Timur Tengah. Indeks energi S&P 500 meningkat 1,6 persen. Pemogokan buruh di pantai Timur dan Teluk AS juga terus berlanjut, dengan analis dari Morgan Stanley memperingatkan bahwa ketahanan pemogokan dapat meningkatkan harga konsumen, terutama harga pangan.
Saham Constellation Brands turun 4,7 persen setelah perusahaan tersebut mempertahankan proyeksi penjualan dan laba untuk tahun fiskal 2025.
Selain itu, hasil kinerja bank-bank besar di AS diharapkan menjadi bagian dari laporan pendapatan kuartal ketiga yang akan dimulai akhir minggu depan.
Di pasar obligasi, penurunan jumlah obligasi lebih besar dibandingkan yang naik, dengan rasio 2,13 banding 1 di NYSE dan 1,99 banding 1 di Nasdaq. S&P 500 mencatatkan 25 harga tertinggi baru dan 2 harga terendah baru dalam 52 minggu terakhir, sedangkan Nasdaq Composite mencatatkan 63 titik tertinggi baru dan 114 titik terendah baru. Total volume perdagangan di bursa AS mencapai 11,01 miliar lembar saham, sedikit di bawah rata-rata 12,08 miliar selama 20 sesi terakhir.
Bursa Asia
Sementara itu, Pasar Asia-Pasifik diperdagangkan dengan hasil beragam pada Jumat, 4 Oktober 2024 setelah mengalami kerugian di Wall Street.
Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah membuat para investor berhati-hati menjelang laporan tenaga kerja AS untuk bulan September.
Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,46 persen pada awal perdagangan.
Sementara indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,34 persen dan Topix menguat 0,41 persen. Di Korea Selatan (Korsel), Kospi naik 0,19 persen, dan Kosdaq bertambah 0,74 persen.
Sementara di Hong Kong, indeks Futures Hang Seng berada pada posisi 22.091, lebih rendah dibandingkan penutupan terakhir HSI di 22.113,51.
Pasar di daratan China akan dibuka kembali pada 9 Oktober setelah libur panjang. Saham-saham China sebelumnya melonjak setelah pihak berwenang mengumumkan serangkaian langkah dukungan ekonomi pekan lalu.
Perdagangan di bulan Oktober dimulai dengan keraguan, di mana ketegangan yang meningkat di Timur Tengah terus memengaruhi sentimen investor.
Setelah penurunan saham pada Selasa akibat serangan rudal Iran terhadap Israel, para investor bersiap menghadapi ketidakpastian lebih lanjut karena Israel memulai operasi darat di Lebanon.
Harga minyak mentah AS naik sekitar 5 ersen pada perdagangan Kamis malam dan kembali menguat pada Jumat pagi karena kekhawatiran bahwa Israel dapat menyerang industri minyak Iran sebagai balasan atas serangan rudal Teheran pekan ini.
Presiden AS Joe Biden Kamis kemarin mengomentari kemungkinan aksi balasan Israel terhadap Iran dengan mengatakan sedang mendiskusikan hal itu dilakukan. "Kami sedang mendiskusikannya. Saya pikir itu mungkin sedikit ya," kata Joe Biden. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.