Logo
>

Kata BEI Setelah Morgan Stanley Turunkan Rating Bursa RI

Ditulis oleh Syahrianto
Kata BEI Setelah Morgan Stanley Turunkan Rating Bursa RI

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Direktur Perdagangan dan Pengaturan Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI) Irvan Susandy merespons penurunan peringkat oleh Morgan Stanley terhadap pasar modal Indonesia. Efeknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun.

    BEI, kata Irvan, akan melihat dua hal yang disorot oleh Morgan Stanley sebagai pertimbangan menurunkan rating tersebut. Dua poin itu adalah penguatan USD terhadap rupiah dan masalah kebijakan fiskal merupakab faktor utama penurunan IHSG, walaupun kemarin penurunan IHSG hanya 0,08 persen.

    Namun, penguatan mata uang USD tidak hanya terjadi terhadap rupiah saja, beberapa mata uang negara lain juga mengalami penurunan. "Dari segi masalah kebijakan fiskal, menurut Kementerian Keuangan hingga akhir April 2024, posisi utang Indonesia mencapai Rp8.338,43 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 38,64 persen," ujar Irvan.

    "Rasio utang ini mengalami penurunan dibanding akhir 2023 yaitu sebesar 38,98 persen serta masih di bawah ambang batas yaitu 60 persen dari PDB sesuai undang-undang," jelasnya.

    Irvan tak menampik, keputusan Morgan Stanley membuat investor asing pergi. Oleh karena itu, BEI tetap akan membuat bursa domestik menarik. "BEI sedang dalam proses menyiapkan beberapa hal baru yang akan kita luncurkan dalam tahun ini seperti short selling, single stock futures dan put warrant (structured warrant). Kami berharap ini bisa menambah pilihan instrumen trading bagi para investor," jelas Irvan.

    Kemenkeu Masih Pede

    Lebih jauh, Kemenkeu mengatakan saat ini gejolak ekonomi dan sektor keuangan global masih tinggi. Ketidakpastian ini didorong oleh prospek kebijakan moneter Amerika Serikat (AS), tensi geopolitik di Timur Tengah, dan perang dagang AS-China.

    Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Adi Budiarso menanggapi keputusan Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi ‘underweight’ dalam alokasi pasar Asia dan pasar negara berkembang, pada catatan 10 Juni 2024.

    “Kami menghargai berbagai pandangan dari lembaga keuangan global dan akan menjadikannya sebagai salah satu referensi dalam upaya kami memperkuat kebijakan ekonomi, sektor keuangan, dan fiskal di Indonesia,” ujarnya dikutip Rabu, 12 Juni 2024.

    Terkait dampak terhadap iklim investasi, menurut dia, perlu dipahami bahwa iklim investasi di Indonesia tetap kondusif dengan didukung oleh indikator-indikator ekonomi yang positif dan stabil.

    “Kami terus berupaya menciptakan lingkungan investasi yang menarik bagi investor melalui reformasi struktural dan kebijakan pro-investasi, salah satunya dengan diterbitkannya UU PPSK (Undang-undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan),” papar Adi.

    Sebagaimana diketahui, lanjut dia, saat ini gejolak ekonomi dan sektor keuangan global masih tinggi. Ketidakpastian ini didorong oleh prospek kebijakan moneter AS, tensi geopolitik di Timur Tengah, dan perang dagang AS-China.

    Untuk itu, Kemenkeu akan terus memperkuat kebijakan fiskal yang responsif dan adaptif terhadap dinamika ekonomi global dan domestik. Saat ini, kinerja fiskal terus terjaga solid dengan defisit yang terus menurun. Dia mengklaim berbagai indikator fiskal juga menunjukkan bahwa kondisi APBN sehat dan terjaga.

    Ke depan, pemerintah akan terus menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara konsisten untuk dioptimalkan sebagai peredam gejolak dalam menjaga daya beli masyarakat, merespons risiko, dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

    Selain itu, transparansi dan komunikasi kebijakan yang baik akan tetap menjadi prioritas pemerintah untuk mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kepercayaan investor.

    Penjelasan Morgan Stanley

    Sebelumnya, Morgan Stanley memutuskan untuk menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi ‘underweight’ dalam alokasi pasar Asia dan pasar negara berkembang, dalam catatan 10 Juni 2024.

    Tim strategi Morgan Stanley, termasuk Daniel Blake menyampaikan ada risiko berinvestasi di kelompok investasi saham–saham di Indonesia. Ini terjadi akibat dua hal, yakni kebijakan fiskal dan rupiah yang terus melemah terhadap mata uang acuan dolar Amerika Serikat (AS).

    Ahli strategi Morgan Stanley tersebut menjelaskan, “Kami melihat ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa pelemahan di pasar valas di tengah-tengah suku bunga AS yang masih tinggi dan prospek dolar AS yang menguat.”

    Janji-janji kampanye Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto – seperti proposal untuk penyediaan makan siang dan susu untuk siswa – dianggap dapat menimbulkan “beban fiskal yang substansial”.

    Pada bagian lain, prospek pendapatan Indonesia juga dinilai memburuk. Perubahan sikap Morgan Stanley ini terjadi ketika indeks dolar AS mulai bergerak naik menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve pada hari Rabu dan keputusan Bank Indonesia minggu depan. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.