KABARBURSA.COM - Harga emas terus naik pada hari Kamis, 10 Oktober 2024 setelah para trader percaya bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memotong suku bunga bulan depan, setelah melihat data ekonomi terbaru dari AS.
Dilansir Reuters, emas spot naik 0,6 persen menjadi USD2.623,58 per ons pada Kamis, 10 Oktober 2024 sehingga mengakhiri penurunan selama enam sesi berturut-turut. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup 0,5 persen lebih tinggi pada USD2.639,30.
Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (CPI) di AS naik sedikit lebih dari yang diperkirakan pada bulan September, tetapi kenaikan tahunan dalam inflasi adalah yang terendah dalam lebih dari 3,5 tahun. Laporan lain menunjukkan bahwa jumlah klaim pengangguran mingguan meningkat menjadi 258.000 untuk minggu yang berakhir 5 Oktober, sementara perkiraannya hanya 230.000.
Laporan CPI tidak membawa kejutan besar, dan angka pekerjaan menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Ini menguatkan anggapan bahwa Fed kemungkinan akan memotong suku bunga, yang dapat mendukung harga emas, kata Alex Ebkarian, chief operating officer di Allegiance Gold.
“Beberapa hari terakhir, kami melihat sedikit penurunan dalam kenaikan harga emas, jadi saat ini emas berada dalam posisi yang baik untuk naik lagi,” tambah Ebkarian.
Pasar kini memperkirakan kemungkinan 80 persen untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin dari Fed bulan depan, naik dari 76 persen sebelum data dirilis, menurut alat CME FedWatch. Emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi pilihan investasi yang menarik di tengah suku bunga yang lebih rendah.
Investor kini akan fokus pada data Indeks Harga Produsen AS yang akan dirilis pada hari Jumat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kemungkinan pemotongan suku bunga. Selain itu, peristiwa geopolitik yang sedang berlangsung dan permintaan yang tinggi dari bank sentral juga menjadi faktor positif bagi harga emas, tambah Ebkarian.
Di Timur Tengah, Israel melanjutkan serangannya terhadap Hezbollah dan memperingatkan warga sipil Lebanon untuk tidak kembali ke rumah mereka di selatan.
“Pelonggaran kebijakan moneter dan pasar yang kekurangan pasokan kemungkinan akan menarik minat investor, dengan perak tetap menjadi alternatif yang lebih murah dibandingkan emas,” tulis ANZ dalam catatannya.
Harga platinum naik 2,4 persen menjadi USD967,17, dan paladium naik sebesar 3 persen menjadi USD1.070,50.
Wall Street Alami Pelemahan
Indeks utama Wall Street berakhir lebih rendah pada perdagangan Kamis, 10 Oktober 2024. Penurunan ini disebabkan oleh investor yang memerhatikan data inflasi dan pengangguran di Amerika Serikat (AS).
Seperti dikutip dari Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 57,88 poin atau 0,14 persen menjadi 42.454,12, S&P 500 kehilangan 11,99 poin atau 0,21 persen menjadi 5.780,05, dan Nasdaq Composite turun 9,57 poin atau 0,05 persen menjadi 18.282,05.
Baik S&P 500 dan Dow Jones, mencatatkan penutupan tertinggi sepanjang masa pada sesi sebelumnya. Hanya tiga dari 11 sektor utama S&P 500 yang menguat perdagangan Kamis, 10 Oktober 2024, dengan sektor energi naik 0,8 persen dan mengungguli yang lainnya karena harga minyak meningkat.
Secara keseluruhan, volume perdagangan di bursa AS mencapai 11,02 miliar saham yang berpindah tangan. Angka ini sedikit di bawah rata-rata perdagangan selama 20 sesi terakhir, yang berada di kisaran 12,06 miliar saham.
Kondisi pasar pada hari itu menunjukkan tekanan jual yang cukup besar, dengan saham-saham yang mengalami penurunan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan saham yang mengalami kenaikan.
Rasio saham yang turun terhadap yang naik di New York Stock Exchange (NYSE) mencapai 1,39 banding 1, mengindikasikan adanya tekanan jual yang lebih kuat. Di NYSE, tercatat 185 saham yang mencapai level tertinggi baru, sementara 55 saham mencatatkan level terendah baru.
Di Nasdaq, bursa teknologi yang sering kali lebih volatil, situasinya lebih suram. Sebanyak 1.616 saham berhasil naik, namun 2.576 saham mengalami penurunan. Rasio penurunan saham di Nasdaq bahkan lebih besar, yakni 1,59 banding 1, menunjukkan bahwa lebih banyak saham yang berada dalam tekanan jual.Meskipun begitu, indeks S&P 500 mencatatkan 22 saham yang mencapai titik tertinggi dalam 52 minggu terakhir, sebuah sinyal bahwa meskipun ada tekanan di pasar, masih ada perusahaan-perusahaan yang menunjukkan performa kuat. Namun, 2 saham di indeks ini juga mencatat level terendah baru.
Sementara pada Nasdaq Composite, 60 saham berhasil mencapai level tertinggi baru, sementara 163 saham mengalami penurunan ke level terendah baru dalam 52 minggu terakhir, menambah gambaran yang cukup bervariasi tentang kondisi pasar saat ini. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.