Logo
>

Kerahkan Seluruh Instrumen, Rupiah Hari ini Ditutup Menguat

Ditulis oleh Yunila Wati
Kerahkan Seluruh Instrumen, Rupiah Hari ini Ditutup Menguat

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah ketidakpastian global yang masih menghantui pasar keuangan global saat ini. Pada hari ini, Rupiah ditutup menguat 0,15 persen menjadi Rp16.365 per USD. Penguatan ini merupakan pembalikan dari pelemahan yang terjadi sebelumnya pada 2 Juli 2024, yang mencatatkan penurunan sebesar 0,43 persen. Di sisi lain, indeks DXY, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama, melemah 0,06 persen menjadi 105,66, turun dari posisi sebelumnya di 105,72.

    Meskipun Rupiah mengalami penguatan hari ini, ketidakpastian global yang masih dominan memberikan tantangan tersendiri bagi mata uang Garuda. Ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang, menyatakan bahwa Bank Indonesia telah menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah, termasuk kebijakan suku bunga, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan instrumen lindung nilai Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) serta Cadangan Devisa.

    Donny Lukito, Treasury and Global Market Head Sales Bank Mega, menambahkan bahwa pasar keuangan Indonesia masih menarik bagi investor dibandingkan dengan negara-negara sejenis di tengah ketidakpastian global. Langkah-langkah kebijakan makroprudensial yang diterapkan oleh Bank Indonesia, seperti SRBI dan kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE), telah mendorong aliran dana asing ke Indonesia.

    Namun demikian, nilai tukar Rupiah tetap tertekan di atas level Rp16.000 per dolar AS, yang sebagian besar dipengaruhi oleh sentimen eksternal terkait penguatan DXY. Ketidakpastian masih terjadi di pasar global, terutama terkait keputusan Federal Reserve (The Fed) AS terkait kebijakan suku bunga mereka. Pelaku pasar masih ragu apakah The Fed akan melakukan pengetatan kebijakan moneternya (hawkish) dalam waktu dekat, tergantung pada data ekonomi tambahan seperti inflasi dan Non-Farm Payroll (NFP).

    Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun Rupiah menguat hari ini, tantangan global yang berkelanjutan masih mempengaruhi pergerakan mata uang Indonesia dalam waktu mendatang. Langkah-langkah kebijakan yang bijak dan responsif dari Bank Indonesia diharapkan dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah dinamika ekonomi global yang kompleks.

    Pagi tadi, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan pada perdagangan Rabu, 3 Juli 2024. Rupiah menguat 16 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.380 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya, Rp16.396 per dolar AS.

    Penguatan tipis rupiah terhadap dolar terjadi setelah data inflasi indeks harga belanja personal atau Personal Consumption Expenditures (PCE) AS turun. “Pada Mei 2024, inflasi PCE tumbuh sebesar 2,6 persen turun dari 2,7 persen pada April 2024 dan inflasi inti PCE juga menurun menjadi 2,6 persen dari sebelumnya 2,8 persen,” kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri.

    Menurut Reny, penurunan inflasi tersebut menjadi sentimen positif bagi rupiah karena sudah sesuai dengan target bank sentral AS atau The Fed dalam Fed Guidance Juni 2024 dan ruang penurunan Fed Funds Rate (FFR) kembali terbuka.

    Berdasarkan data CME Group, penurunan Fed Funds Rate terdekat akan terjadi pada pertemuan September 2024 dengan probabilitas sebesar 55 persen.

    Di sisi lain, rupiah menguat berbanding terbalik dengan mayoritas mata uang Asia yang terkoreksi. Won Korea Selatan melemah 0,07 persen, yuan China minus 0,04 persen, dolar Singapura minus 0,06 persen, baht Thailand melemah 0,05 persen, dan yen Jepang melemah 0,17 persen. Sedangkan peso Filipina plus 0,02 persen, ringgit Malaysia plus 0,11 persen, dan dolar Hong Kong menguat 0,01 persen.

    Kemudian, dolar Taiwan di pasar spot exchange ikut merosot 0,0220 poin atau 0,07 persen menjadi 32,6 dolar Taiwan per dolar AS, sedangkan rupee India juga terdepresiasi 0,07 persen hingga menjadi 83,5 rupee per dolar AS.

    Sementara itu, pengamat pasar keuangan Lukman Leong memproyeksi rupiah akan menguat hari ini setelah pidato Kepala The Fed Jerome Powell yang relatif lebih dovish.

    “Namun penguatan rupiah akan terbatas mengingat data tenaga kerja AS yang lebih kuat dari perkiraan,” ujarnya.

    Berdasarkan sentimen tersebut, ia pun memproyeksikan rupiah melemah di kisaran Rp16.300-Rp16.400 per dolar AS.

    Saat ini, investor akan menunggu rilis pertemuan FOMC pada Kamis pekan ini untuk memperoleh arah yang lebih detail dari kebijakan The Fed dan akan mengantisipasi data sektor tenaga kerja AS yang akan dirilis pada akhir pekan ini.

    Di samping itu, pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan, nilai tukar rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS pada hari ini. Hal ini seiring dengan sikap the Fed mengenai suku bunga acuannya.

    “Semalam Jerome Powell di dalam Forum Bank Sentral Eropa menunjukkan sikap bahwa the Fed tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga acuannya meskipun saat ini beliau sudah melihat adanya penurunan inflasi di AS. The Fed masih akan memastikan bahwa inflasi AS benar-benar turun lewat data-data ekonomi AS yang akan dirilis ke depannya,” kata Ariston.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79