Logo
>

Krisis Laut Merah Belum Reda, Tarif Angkut Kapal Melonjak

Ditulis oleh KabarBursa.com
Krisis Laut Merah Belum Reda, Tarif Angkut Kapal Melonjak

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Konflik geopolitik di Laut Merah belum menunjukkan tanda-tanda reda hingga kini. Situasi ini berpotensi memengaruhi bisnis dan kinerja perusahaan-perusahaan pelayaran Indonesia di tahun 2024.

    Menurut Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Carmelita Hartoto, konflik di Laut Merah telah memperpanjang rute pelayaran antara Asia dan Eropa, yang sekarang harus berkeliling melalui Afrika Selatan. "Waktu perjalanan kapal menjadi lebih lama, sekitar 10 hingga 14 hari dari biasanya," ungkapnya, pada Minggu 24 Maret 2024.

    Dampaknya, konsumsi bahan bakar kapal mengalami peningkatan yang signifikan. Selain itu, premi asuransi yang harus ditanggung oleh perusahaan pelayaran juga meningkat karena meningkatnya risiko keamanan pelayaran global akibat krisis di Laut Merah serta konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina.

    Jika situasi konflik tidak segera mereda, pelaku bisnis pelayaran global diperkirakan akan terus meningkatkan tarif angkutan atau freight rate dalam waktu dekat. INSA memperkirakan kenaikan freight rate ini bisa mencapai kisaran 56persen hingga 63persen.

    INSA juga meyakini bahwa meskipun terjadi kenaikan freight rate, permintaan untuk pengiriman barang melalui kapal tidak akan mengalami penurunan. Kapal masih menjadi moda transportasi yang paling efisien untuk mengangkut barang ekspor dan impor.

    Secara keseluruhan, INSA memproyeksikan pertumbuhan kinerja industri pelayaran atau transportasi laut sekitar 5persen pada tahun 2024, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

    Namun, selain kenaikan freight rate dan biaya operasional kapal di rute internasional, perusahaan pelayaran nasional juga dihadapkan pada tantangan dari kenaikan harga solar dan penyesuaian tarif bongkar muat peti kemas di pelabuhan.

    INSA menegaskan bahwa pelaku bisnis pelayaran nasional harus dapat mengelola dengan bijak pos-pos biaya yang dapat ditekan. Mereka juga harus meningkatkan kinerja usaha dengan mengembangkan layanan angkutan di pasar domestik yang kondisinya lebih stabil daripada pasar global.

    Beberapa emiten pelayaran kargo, seperti PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), mengalami penurunan kinerja. SMDR mencatatkan penurunan pendapatan jasa sebesar 32,61persen year on year (YoY) menjadi US$ 575,42 juta pada kuartal III-2023. Laba bersih SMDR juga turun 64,77persen YoY menjadi US$ 92,57 juta.

    Direktur Utama Samudera Indonesia Bani Maulana Mulia mengakui bahwa konflik di Laut Merah meningkatkan risiko keamanan bagi kapal kargo rute internasional. Namun, perusahaan-perusahaan pelayaran seperti SMDR dapat mengoptimalkan pendapatan jasa angkutan berkat tingginya freight rate.

    SMDR berupaya mencari peluang baru sambil mengelola risiko dari konflik di Laut Merah. Salah satunya adalah dengan mengoperasikan layanan angkutan kapal kargo yang menghubungkan Timur Tengah dengan Asia Tenggara tanpa melalui Laut Merah.

    "Ini merupakan peluang yang menjanjikan bagi kami, karena banyak kargo dapat dialihkan untuk menghindari Laut Merah," tambah Bani pada Minggu (24/3).

    Meskipun belum dijelaskan secara rinci, pihak SMDR berharap dapat meraih pendapatan dan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi