Logo
>

Laba Bersih Rp16,31 Triliun, BBNI Masih Berpotensi Naik: Cek Rekomendasinya!

Ditulis oleh Yunila Wati
Laba Bersih Rp16,31 Triliun, BBNI Masih Berpotensi Naik: Cek Rekomendasinya!

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terus menunjukkan performa positif di tengah berbagai tantangan industri perbankan. Pada laporan keuangan hingga kuartal III 2024, BNI berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp16,31 triliun, naik 3,5 persen dari periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp15,75 triliun.

    Meskipun pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) mengalami penurunan 5,5 persen, bank pelat merah ini tetap mampu menjaga stabilitas kinerja berkat peningkatan di segmen pendapatan non-bunga (non-interest income).

    Pendapatan non-bunga BNI melonjak 15,1 persen menjadi Rp16,83 triliun, yang berperan besar dalam menopang laba bersih perseroan. Peningkatan ini menjadi penyeimbang bagi penurunan NII, yang tertekan oleh naiknya beban bunga hingga 35,3 persen.

    Beban bunga yang mencapai Rp19,39 triliun ini tumbuh lebih cepat dibandingkan pendapatan bunga, yang hanya naik 7,3 persen menjadi Rp48,83 triliun.

    Meskipun margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) BNI menurun dari 4,64 persen menjadi 4,2 persen hingga kuartal III 2024, ada tanda-tanda pemulihan. NIM BNI telah membaik dibandingkan kuartal I dan II 2024, masing-masing berada di level 4,01 persen dan 4,04 persen. Peningkatan ini menunjukkan adanya upaya manajemen untuk memperbaiki efisiensi operasional.

    Salah satu pilar pertumbuhan BNI adalah ekspansi kredit. Hingga kuartal III 2024, BNI mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp735 triliun, meningkat 9,5 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp671,3 triliun. Pertumbuhan kredit ini didorong oleh fokus perseroan pada segmen korporasi, kredit kepemilikan rumah (KPR), dan kredit perorangan.

    Selain itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI juga meningkat 3 persen menjadi Rp769,7 triliun, meskipun ada penurunan pada deposito berjangka sebesar 2,6 persen menjadi Rp228,54 triliun. Pengurangan pada deposito ini mencerminkan upaya BNI untuk mengelola likuiditas dengan lebih efektif.

    Perbaikan Kualitas Kredit 

    Di tengah peningkatan kredit, BNI juga berhasil memperbaiki kualitas kreditnya. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross perseroan membaik menjadi 2 persen hingga kuartal III 2024, dibandingkan 2,3 persen pada periode yang sama tahun lalu. Angka ini menunjukkan tren positif, terutama jika dibandingkan dengan NPL gross di akhir 2023 yang mencapai 2,1 persen dan bahkan pernah menyentuh 4,3 persen pada masa pandemi Covid-19.

    Selain itu, BNI juga berhasil menekan biaya kredit (credit cost) turun dari 1,4 persen menjadi 1 persen, serta biaya provisi turun 19,7 persen menjadi Rp5,38 triliun. Loan recovery, atau pemulihan pinjaman yang gagal bayar, meningkat signifikan 20,5 persen dari Rp1,2 triliun di kuartal II menjadi Rp1,5 triliun di kuartal III 2024.

    Diborong Asing

    Sementara itu, selama sepekan ini, 21-25 Oktober 2024, investor asing banyak memborong sejumlah emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus perbankan raksasa berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Investor asing terpantau memborong saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

    Berdasarkan data perdagangan BEI, dikutip Minggu, 26 Oktober 2024, asing membeli saham BBNI sebanyak Rp518,3 miliar. Kemudian, asing juga mengoleksi saham otomotif ASII sebanyak Rp456,5 miliar, sedangkan INDF dijual dengan harga senilai Rp249,3 miliar.

    Tidak hanya itu, investor asing juga melakukan penjualan terhadap saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp1,4 triliun dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp109,6 miliar. Lalu, investor asing juga tercatat melakukan penjualan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp147,8 miliar dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) senilai Rp121,7 miliar.

    Rekomendasi Saham BBNI

    Berdasarkan riset tim analis Bareksa yang dikutip Minggu, 27 Oktober 2024, merekomendasikan saham BBNI dengan beli dan target harga Rp6.700. Pada penutupan perdagangan Jumat, 25 Oktober 2024, saham BBNI ditutup di harga Rp5.650, menguat 0,44 persen. Dengan target harga yang direkomendasikan, saham BBNI masih memiliki potensi kenaikan sebesar 18,5 persen.

    Pertumbuhan kredit yang kuat, perbaikan kualitas aset, dan pengelolaan likuiditas yang efektif menjadi alasan utama di balik optimisme terhadap saham BBNI.

    Target pertumbuhan kredit yang dipatok sebesar 10-12 persen juga masih sejalan dengan pencapaian hingga kuartal III yang sudah mencapai 9,5 persen. Selain itu, dengan NIM yang sudah mulai pulih di atas 4 persen dan biaya kredit yang terkendali, prospek kinerja BNI di masa depan tampak semakin cerah.

    Kinerja keuangan BNI hingga kuartal III 2024 menunjukkan kemampuan perseroan untuk bertahan dan tumbuh di tengah tantangan ekonomi global dan lokal. Peningkatan pendapatan non-bunga dan fokus pada kualitas kredit menjadi pendorong utama laba bersih yang terus naik. Dengan proyeksi yang optimis dan potensi kenaikan saham yang signifikan, BBNI menjadi salah satu pilihan menarik bagi investor di sektor perbankan.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79