Logo
>

Laba Bersih Tergencet, Saham BFIN jadi Murah

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Laba Bersih Tergencet, Saham BFIN jadi Murah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Di tengah tekanan penurunan laba bersih, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) menampilkan valuasi saham yang menarik.

    menghadapi tantangan dengan penurunan laba bersih dalam beberapa kuartal terakhir, beberapa indikator fundamental menunjukkan potensi yang masih ada pada emiten ini.

    Apa yang menyebabkan valuasi saham BFIN terlihat menarik meski kinerja laba bersihnya terjepit? Simak ulasan mendalam mengenai kinerja keuangan dan prospek saham BFIN berikut ini.

    PT BFI Finance Indonesia Tbk, yang dikenal dengan kode saham BFIN, adalah salah satu perusahaan pembiayaan terkemuka di Indonesia. Fokus utama perusahaan ini adalah memberikan pembiayaan untuk konsumen, terutama dalam sektor kendaraan roda empat dan roda dua.

    Selain itu, BFIN juga menyediakan pembiayaan untuk alat-alat berat serta non-alat berat melalui skema sewa pembiayaan.

    Hingga 31 Desember 2018, BFI memiliki jaringan operasional yang luas dengan satu kantor pusat, 228 cabang (termasuk 22 cabang syariah), dan 173 gerai. Struktur kepemilikan saham BFI didominasi oleh Trinugraha Capital & Co SCA yang memegang 48,15 persen dari total saham yang beredar, sementara masyarakat non-warkat menguasai 43,45 persen. Perusahaan juga memiliki saham treasury sebanyak 5,81 persen.

    Kinerja Keuangan BFIN

    Pada kuartal pertama tahun 2024, BFI mencatatkan laba bersih sebesar Rp361 miliar, turun signifikan dari Rp509 miliar pada kuartal yang sama tahun 2023 dan Rp396 miliar pada kuartal pertama 2022. Penurunan ini berlanjut pada kuartal kedua 2024 dengan laba bersih sebesar Rp324 miliar, dibandingkan Rp340 miliar di kuartal kedua tahun sebelumnya dan Rp433 miliar pada kuartal yang sama tahun 2022.

    Secara tahunan, laba bersih BFIN untuk tahun 2024 diproyeksikan mencapai Rp1,37 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan Rp1,64 triliun pada tahun 2023 dan Rp1,80 triliun pada tahun 2022. Untuk trailing twelve months (TTM) hingga kuartal kedua 2024, laba bersih mencapai Rp1,48 triliun, menurun dari Rp1,64 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

    Rasio Price to Earnings (P/E) saat ini untuk periode tahunan adalah 9,37, sementara untuk TTM adalah 8,68. Forward P/E ratio berada pada angka 7,23, menunjukkan ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan laba di masa depan. Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) TTM berada di angka 2,20, dan rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book) berada di angka 1,33.

    Rasio solvabilitas BFIN menunjukkan kondisi yang sehat dengan return on assets (ROA) TTM sebesar 6,10 persen dan return on equity (ROE) TTM sebesar 15,31 persen. Margin laba bersih (Net Profit Margin) untuk kuartal terakhir adalah 20,83 persen, menunjukkan profitabilitas yang stabil.

    Dividen untuk TTM adalah Rp55, dengan payout ratio sebesar 64,02 persen. Yield dividen tercatat sebesar 6,83 persen. Tanggal ex-dividen terakhir adalah 4 Juni 2024. Pendapatan BFIN untuk TTM mencapai Rp5,84 triliun. EBITDA untuk periode yang sama tercatat sebesar Rp2,84 triliun, sementara laba bersih mencapai Rp1,48 triliun.

    Kas BFIN pada kuartal terakhir adalah Rp1,74 triliun, dengan total aset sebesar Rp24,29 triliun. Total liabilitas mencapai Rp14,61 triliun. Ekuitas total BFIN berada pada angka Rp9,67 triliun.

    Kinerja Saham BFIN

    Kinerja harga saham BFIN menunjukkan tren menurun dalam jangka pendek hingga menengah. Dalam satu minggu terakhir, harga saham turun sebesar 4,17 persen, dan dalam satu bulan terakhir turun 10,56 persen. Penurunan ini berlanjut dalam periode tiga bulan dan enam bulan terakhir, masing-masing turun 19,50 persen dan 33,74 persen.

    Dalam satu tahun terakhir, harga saham BFIN turun drastis sebesar 39,93 persen. Namun, dalam jangka panjang, kinerja harga saham terlihat lebih positif. Selama lima tahun terakhir, harga saham mengalami peningkatan sebesar 35,29 persen, dan dalam sepuluh tahun terakhir meningkat 250 persen.

    Meski begitu, year-to-date, harga saham turun 33,20 persen, yang menandakan tantangan yang dihadapi pada tahun berjalan. Harga tertinggi saham dalam 52 minggu terakhir adalah Rp1,380 dan harga terendah adalah Rp800.

    Meskipun terdapat penurunan dalam beberapa aspek fundamental seperti laba bersih dan pendapatan, perusahaan tetap menunjukkan tanda-tanda kekuatan dalam hal arus kas operasional dan valuasi saham yang menarik. BFIN menghadapi tantangan tetapi masih memiliki beberapa aspek positif yang bisa diandalkan.

    Analisa Saham

    Valuasi saham BFIN menunjukkan bahwa perusahaan ini masih memiliki potensi untuk berkembang. Rasio Price to Earnings (P/E) tahunan berada di angka 9,37, sementara untuk trailing twelve months (TTM) adalah 8,68.

    Forward P/E ratio tercatat pada 7,23, menunjukkan ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan laba di masa depan. Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) TTM berada di angka 2,20, dan rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book) adalah 1,33. Ini mengindikasikan bahwa saham BFIN masih tergolong murah dibandingkan dengan nilai asetnya. (Alp/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).