KABARBURSA.COM - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan laba bersih sebesar Rp1 triliun pada kuartal II-2024, mengalami penurunan signifikan sebesar 25 persen dibandingkan tahun lalu (yoy) dan penurunan 30 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (qoq).
Dengan capaian ini, laba bersih Unilever Indonesia sepanjang semester I-2024 tercatat mencapai Rp2,5 triliun, turun 11 persen yoy.
Edi Chandren, Investment Analyst Lead Stockbit Sekuritas, mengungkapkan bahwa hasil kuartal II-2024 di bawah ekspektasi pasar, hanya mencapai 48,6 persen dari estimasi konsensus laba bersih 2024.
Kinerja Unilever Indonesia yang kembali melemah pada kuartal II-2024, setelah pulih signifikan pada kuartal I-2024, menunjukkan adanya tantangan yang belum teratasi.
Menurut Edi, pemulihan pangsa pasar (market share rebuilding) akan menjadi fokus utama Unilever Indonesia ke depan. Namun, sentimen negatif konsumen diperkirakan akan bertahan lebih lama, setidaknya hingga ada perkembangan positif terkait meredanya konflik geopolitik.
Edi juga mengungkapkan bahwa proses pemulihan dari dampak boikot berlangsung lambat. Setelah pencapaian penjualan Rp10 triliun pada kuartal I-2024, penjualan UNVR turun menjadi Rp9 triliun pada kuartal II-2024, mengalami penurunan 7 persen yoy dan 11 persen qoq.
Penurunan ini mencerminkan dampak signifikan dari boikot serta berkurangnya dorongan daya beli akibat pemilu dan musim Ramadan serta Lebaran.
Penjualan UNVR pada kuartal II-2024 lebih rendah 12 persen dibandingkan kuartal III-2023, periode yang dianggap sebagai level normal.
Realisasi penjualan yang masih jauh dari level normal juga tercermin pada pangsa pasar UNVR periode Maret-Mei 2024, yang sebesar 35,4 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode Januari-Oktober 2023 sebesar 38,5 persen, meski menunjukkan perbaikan dibandingkan puncak boikot pada Desember 2023 sebesar 33,9 persen.
Di tengah penurunan pendapatan, UNVR tetap melakukan investasi pada merek-merek mereka. Biaya iklan dan riset pasar meningkat pada kuartal II-2024 sebesar 20,2 persen yoy dan selama semester I-2024 naik 13,4 persen yoy, yang setara dengan 9,2 persen dan 9,1 persen dari total pendapatan. Langkah ini menyebabkan margin laba usaha UNVR tertekan ke level 14,6 persen pada kuartal II-2024 dan 16,8 persen pada semester I-2024, dibandingkan dengan kuartal II-2023 sebesar 18,3 persen dan semester I-2023 sebesar 17,9 persen.
Stockbit menilai bahwa sentimen negatif konsumen berpotensi bertahan lebih lama daripada perkiraan sebelumnya, yang berarti pemulihan kinerja UNVR kemungkinan akan berlangsung lambat. Dengan demikian, konsensus diperkirakan akan merevisi turun estimasi laba bersih UNVR secara signifikan.
"Kami masih cenderung untuk wait and see untuk saham UNVR," ujar Edi Chandren.
Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam risetnya menyatakan bahwa perusahaan barang konsumer non-siklus menghadapi situasi yang menantang dengan prospek pertumbuhan yang terbatas. Meskipun terdapat beberapa momen besar, mayoritas perusahaan di sektor ini mengalami kinerja yang buruk. Margin tertekan oleh fluktuasi harga bahan baku dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Konsumen saat ini lebih memprioritaskan barang-barang penting karena tekanan ekonomi, yang mengakibatkan pengurangan pengeluaran untuk barang-barang kebutuhan pokok dan semakin menghambat pertumbuhan sektor barang konsumer. Mirae Asset Sekuritas mempertahankan pandangan netral terhadap sektor ini.
Mirae merekomendasikan untuk mempertahankan (hold) saham UNVR, AMRT, dan CMRY, dengan target harga masing-masing Rp3.100, Rp3.200, dan Rp5.050. Di sisi lain, Mirae merekomendasikan untuk membeli (buy) saham ICBP dengan target harga Rp13.000, saham INDF dengan rekomendasi trading buy dan target harga Rp7.100, serta saham MYOR dengan target harga Rp3.100.
Laba Emiten Konglomerat Rachmat Melejit 105 Persen
PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), emiten sawit yang dimiliki oleh konglomerat TP Rachmat, mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp966,34 miliar sepanjang semester I-2024. Angka ini melonjak drastis sebesar 105,69 persen dibandingkan dengan Rp469,8 miliar pada periode yang sama tahun 2023.
Lonjakan laba bersih ini juga berdampak positif pada laba per saham TAPG, yang meningkat menjadi Rp49 per 30 Juni 2024, dibandingkan dengan Rp24 pada paruh pertama tahun 2023. Kinerja keuangan yang kuat ini mencerminkan peningkatan signifikan dalam pendapatan dan penurunan beban pokok penjualan.
Selama semester I-2024, Triputra Agro membukukan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp4,07 triliun, meningkat dari Rp3,77 triliun pada periode Januari-Juni 2023. Peningkatan pendapatan ini didukung oleh penurunan beban pokok penjualan yang tercatat sebesar Rp2,82 triliun per 30 Juni 2024, turun dari Rp2,98 triliun sebelumnya.
Sebagai hasilnya, laba bruto TAPG menguat menjadi Rp1,25 triliun dalam enam bulan pertama 2024, dibandingkan dengan Rp787,15 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pada akhir periode laporan, kas dan setara kas TAPG tercatat sebesar Rp486,90 miliar, dengan total aset mencapai Rp13,21 triliun. Total liabilitas perusahaan sebesar Rp2,75 triliun dan total ekuitas sebesar Rp10,46 triliun, mencerminkan posisi keuangan yang solid.
Reaksi pasar terhadap kinerja keuangan TAPG cukup positif. Pada sesi II perdagangan 25 Juli 2024, saham TAPG mengalami lonjakan signifikan. Sekitar pukul 14.20 WIB, saham TAPG diperdagangkan pada harga Rp610, meningkat sebesar 3,39 persen. (*)