KABARBURSA.COM – PT Green Power Group Tbk (LABA) bersiap memperluas pijakan bisnisnya ke sektor energi baru dan terbarukan (EBT). Perusahaan baja ini mengumumkan rencana akuisisi atas PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (BKPJ), bersama mitra strategis asing Rich Step International Ltd (RSIL).
Langkah ini disampaikan oleh manajemen LABA dalam keterbukaan informasi kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 Juli 2025. Akuisisi tersebut diharapkan menjadi pintu masuk bagi LABA dan mitra-mitranya untuk menjajaki sinergi di industri energi terbarukan di masa mendatang.
“Perseroan bersama dengan RSIL berencana untuk melakukan akuisisi BKPJ,” tulis LABA dalam dokumen resmi.
“Dengan sinergi tersebut baik Perseroan, RSIL, dan BKPJ memiliki semangat untuk menjadi pemain utama yang diperhitungkan di industri EBT di Indonesia,” lanjut pernyataan tersebut.
Saat ini, proses akuisisi masih dalam tahap awal. RSIL sebagai mitra asing LABA tengah melakukan proses uji tuntas atau due diligence terhadap BKPJ. Oleh karena itu, belum ada dampak langsung terhadap kondisi keuangan, operasional, maupun kelangsungan usaha PT Green Power Group Tbk saat ini.
Meskipun belum merinci nilai transaksi, struktur pembiayaan, atau porsi kepemilikan pasca akuisisi, langkah LABA ini menandai babak baru bagi perusahaan yang selama ini dikenal bergerak di bidang perdagangan dan produksi baja serta produk turunan baja.
BKPJ sendiri merupakan perusahaan konstruksi nasional yang sebelumnya fokus pada proyek infrastruktur, energi, dan industri. Jika akuisisi ini terealisasi, kombinasi antara kekuatan industri baja milik LABA, kemampuan konstruksi BKPJ, dan dukungan modal RSIL dinilai berpotensi menciptakan integrasi vertikal dalam ekosistem energi baru terbarukan.
Direktur Utama LABA, An Shaohong, yang menandatangani dokumen keterbukaan tersebut, belum menyampaikan pernyataan tambahan terkait rincian rencana sinergi di sektor EBT.
Namun dalam surat yang dikirim ke OJK, pihak perusahaan menekankan pentingnya kolaborasi ini untuk mengambil peran strategis dalam transformasi energi di Indonesia.
Langkah LABA masuk ke ranah EBT sejalan dengan tren transisi energi global. Pemerintah Indonesia menargetkan bauran energi baru dan terbarukan mencapai 23 persen pada 2025. Banyak emiten mulai merespons peluang ini dengan melakukan diversifikasi bisnis melalui akuisisi maupun pembentukan anak usaha strategis.
Namun hingga saat ini, baik BKPJ maupun RSIL belum mengeluarkan pernyataan resmi. Tidak diketahui juga apakah pasca=akuisisi BKPJ akan tetap melantai di bursa atau dialihkan menjadi entitas privat dalam struktur grup LABA.
Yang menarik, keterlibatan investor asing seperti RSIL menunjukkan bahwa akuisisi ini tak sekadar aksi korporasi domestik. Masuknya RSIL membuka peluang terjadinya transfer teknologi dan perluasan akses pembiayaan internasional untuk proyek-proyek EBT di Indonesia.
Jika sinergi berjalan lancar, bukan tidak mungkin LABA akan mengarahkan ekspansi ke proyek-proyek solar farm, pembangkit biomassa, hingga teknologi hijau berbasis baja seperti struktur panel surya dan turbin angin.
Saat ini, RSIL masih melakukan proses evaluasi komprehensif terhadap kinerja dan prospek BKPJ, termasuk dari sisi portofolio proyek, kepatuhan hukum, aset, dan kewajiban keuangan. LABA sendiri menyatakan belum ada dampak hukum maupun keuangan karena transaksi belum mencapai tahap final.
Dengan menyasar sektor EBT, LABA secara tidak langsung berupaya mengurangi ketergantungan pada bisnis inti baja yang dikenal siklikal dan sensitif terhadap fluktuasi harga komoditas global. Aksi ini bisa menjadi strategi diversifikasi yang memperkuat ketahanan bisnis jangka panjang perusahaan. (*)