KABARBURSA.COM - PT PP Properti Tbk. (PPRO), emiten properti milik negara, mencatatkan performa yang kurang menggembirakan sepanjang kuartal III/2023 dengan mengalami kerugian sebesar Rp116,63 miliar, berbanding terbalik dengan laba sebesar Rp5,80 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Laporan keuangan per 30 September 2023 mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp371,05 miliar, menandakan penurunan signifikan sebesar 71,19 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp1,28 triliun.
Komponen pendapatan usaha PPRO melibatkan penjualan real estat, terdiri dari segmen apartemen dan tanah, serta pendapatan properti yang mencakup hotel, biaya layanan penyewa, dan sewa.
Penjualan apartemen mengalami penurunan signifikan sebesar 82,06 persen menjadi Rp206,11 miliar, sementara penjualan tanah mengalami peningkatan mencolok sebesar 232,04 persen menjadi Rp16,46 miliar.
Pendapatan dari segmen hotel meningkat 18,8 persen menjadi Rp133,29 miliar, sementara biaya layanan penyewa turun 11,11 persen menjadi Rp21,13 miliar, dan sewa mengalami penurunan sebesar 6,48 persen menjadi Rp14,05 miliar.
Selain itu, beban pokok penjualan juga mengalami penurunan dari Rp1,13 triliun menjadi Rp318,18 miliar, sehingga laba kotor mencatatkan penurunan sebesar 65,78 persen menjadi Rp52,86 miliar.
Setelah mengurangi berbagai beban yang dapat diefisiensikan, PPRO mencatatkan rugi bersih periode berjalan sebesar Rp116,63 miliar, berubah dari kuartal III/2022 yang mencatatkan laba sebesar Rp5,80 miliar.
Meskipun demikian, total aset PPRO mengalami peningkatan dari Rp21,81 triliun di akhir tahun 2022 menjadi Rp20,44 triliun pada akhir September 2023.
Di sisi lain, jumlah liabilitas turun dari Rp17,25 triliun pada 31 Desember 2022 menjadi Rp15,96 triliun pada 30 September 2023. Namun, kas dan setara kas mengalami penurunan sebesar 47,3 persen dari Rp1,44 triliun menjadi Rp762,88 miliar.
Sebagai catatan, PPRO mendapatkan notasi X dari Bursa Efek Indonesia karena memenuhi kriteria efek bersifat ekuitas dalam pemantauan khusus.
Pada laporan keuangan sebelumnya untuk enam bulan pertama tahun 2023, PPRO mencatatkan kerugian sebesar Rp37,30 miliar, sementara pada periode yang sama di tahun 2022, perusahaan masih meraih laba sebesar Rp5,25 miliar.
Faktor utama meruginya perusahaan ini adalah penurunan drastis pendapatan, dengan perolehan Rp296,75 miliar pada semester pertama tahun 2023, mengalami penurunan hingga 69,86 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
PPRO mengandalkan penjualan realti dan properti dalam menjalankan bisnisnya. Penjualan realti, yang melibatkan penjualan apartemen dan tanah, mengalami penurunan sebesar 78,61 persen menjadi Rp192,77 miliar, sedangkan penjualan properti, termasuk hotel, biaya layanan penyewa, dan sewa, mengalami peningkatan sebesar 24,68 persen menjadi Rp103,98 miliar.
Bersamaan dengan penurunan laba dan pendapatan, besaran beban pokok penjualan juga mengalami penurunan. Dalam upaya mendukung lini bisnisnya, PPRO hanya mengalokasikan Rp251,21 miliar, yang merupakan penurunan sebesar 71,97 persen dari periode sebelumnya.