KABARBURSA.COM - PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) membukukan pertumbuhan pendapatan terbatas sepanjang Januari hingga Juni 2024. Dikutip dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan terbatas TLKM tumbuh 2,47 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) atau sekitar Rp75,292 triliun di semester pertama 2024.
Meski begitu, TLKM mencatat penyusutan laba bersih sebesar 7.80 persen yoy atau menurun 5.73 persen per kuartal menjadi Rp11.76 triliun. Sementara di periode yang sama di tahun sebelumnya, laba bersih TLKM diketahui sebesar Rp12.75 triliun.
Pertumbuhan pendapatan perusahaan plat merah itu diiringi dengan naiknya cost of revenue sebesar 1.35 persen yoy atau sekitar 0.98 persen per kuartal. Capaian ini menunjukkan pertumbuhan TLKM yang cukup signifikan. Adapun sebagian besar kenaikan cost of revenue disumbang oleh beban operasi, maintenance, dan servis yang mengalami peningkatan hingga 1.53 persen yoy atau 2.22 persen per kuartal menjadi Rp19.46 triliun pada semester awal 2024.
Selain itu, laba operasi TLKM juga tercatat mengalami menurun sebesar 6.01 persen yoy atau turun 3.46 persen per kuarta. Penurunan ini mayoritas disebabkan oleh kenaikan pada kelompok beban operasi.
Dalam catatan TLKM dalam Keterbukaan Informasi BEI, kenaikan beban operasi paling signifikan terjadi pada beban pegawai yang tumbuh sangat tinggi sebesar 20.92 persen yoy atau 29.77 persen per kuartal menjadi Rp9.48 triliun.
Adapun kenaikan beban pegawai disebabkan oleh adanya pos early retirement program atau program pensiun dini yang pada semester awal 2024 tercatat sebesar Rp1.24 triliun. Dengan demikian, beban ini bersifat one off.
Sementara Earnings Before Interest Taxes Depreciation and Amortization (EBITDA) TLKM tercatat turun sebesar 3.09 persen yoy menjadi Rp37.76 triliun dari angka sebelumnya sebesar Rp38.96 triliun. Meskipun margin EBITDA tetap terjaga pada kisaran 50 persen, margin EBITDA TLKM turun menjadi 50.16 persen dari sebelumnya sebesar 53.03 persen.
Berdasarkan data penutupan perdagangan sesi I pada Selasa, 30 Juli 2024, TLKM masuk dalam tiga besar kategori saham top value dengan harga rata-rata Rp2,920 per lembar saham. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi I ditutup melemah di level 7,249.177 atau turun 39.720 poin sekitar 0.545 persen.
Berdasarkan analisa Phintraco Sekuritas, secara teknikal, terdapat pelebaran negative slope pada indikator MACD yang mengindikasikan potensi pelemahan serta IHSG saat ini berada dibawah level 7,250.
"Apabila IHSG belum mampu untuk berada di atas level 7,250 kembali, maka akan berpotensi melanjutkan pelemahan menuju level 7,225 pada Sesi II," tulis analisa Phicantraco Sekuritas, hari ini.
Saham Infrastruktur Bullish
Senior Investment Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusa Utama menuturkan, secara keseluruhan saham infrastruktur, khususnya telekomunikasi tengah mengalami bullish dalam beberapa pekan terakhir, yang diantaranya saham TLKM, XL Axiata Tbk (EXCL), dan Indosat Tbk (ISAT).
“Waktu itu Telkom down tren kan. Tapi kan saat ini sudah terjadi tren shifting, baik itu Telkom, ISAT, ataupun juga EXCL,” kata Nafan kepada KabarBursa, Minggu, 14 Juli 2024.
Nafan menilai, tren bullish yang terjadi di beberapa saham telekomunikasi terjadi karena para investor perlahan price in dengan aksi korporasi yang dilakukan oleh masing-masing emiten. EXCL misalnya, yang melakukan pembelian saham AGS.
Bahkan, kata Nafan, saham EXCL telah mengalami bullish bahkan sebelum adanya pengumuman aksi korporasi. Pasalnya, proses pembelian seluruh saham EXCL telah menjadi diwacanakan sejak lama.
“Itu sebenarnya sudah ter-price in jadi harga sahamnya sudah naik ya sebelum ada pengumuman itu di rilis. Karena kan dulu juga ada wacana terkait dengan penandatanganan Seles and Purchase Agreement, ada wacana terkait pembelian seluruh saham Axiata Global Services,” jelasnya.
Lebih jauh, Nafan menilai, saham-saham telekomunikasi memang telah memasuki fase bullish setelah berhasil mematahkan down tren sebagaimana yang dilakukan emiten plat merah seperti Telkom.
“Jadi memang sebenarnya sih untuk semua saham berbasis IDX Infra itu lagi dalam keadaan bullish ya semua. Karena ada yang berhasil mematahkan down tren, seperti saham-saham berbasis konstruksi BUMN, dan juga Telkom, biasanya kalau mematahkan down tren dia lagi bullish,” tutupnya.
Investor Wait and See
Tommy berujar sentimen pasar saat ini cenderung wait and see untuk menantikan sejumlah katalis penting. Selain laporan keuangan bank-bank besar, yakni Bank Mandiri (BMRI) dan Bank BNI (BBNI) keputusan The Fed pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar Rabu, 31, Juli 2024, malam atau Kamis dini hari WIB juga menjadi sorotan utama.
“Kinerja Buruk dari TLKM sepertinya bakal memberikan tekanan,” kata Tommy.
Sementara itu, sejumlah emiten besar seperti Astra International (ASII) dan United Tractors (UNTR) juga diprediksi akan segera merilis laporan keuangannya. Kinerja perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pasar.(*)