KABARBURSA.COM - Mayoritas bursa Asia Pasifik membuka perdagangan dengan sentimen negatif, sementara indeks Nikkei 225 Jepang tetap kokoh dengan kenaikan mencolok sebesar 1.54 persen pada pukul 08:35 WIB. Investor masih terlihat bersikap hati-hati, menanti data inflasi dari China dan Amerika Serikat yang dijadwalkan rilis.
Di sisi lain, bursa lainnya menunjukkan pelemahan. Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 0.82 persen, Shanghai Composite China tergelincir 0.42 persen, Straits Times Singapura terkoreksi 0.79 persen, ASX 200 Australia terpangkas 0.29 persen, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0.45 persen.
Dari Korea Selatan, data menunjukkan tingkat pengangguran, yang disesuaikan secara musiman, naik ke level tertinggi dalam 23 bulan terakhir, mencapai 3.3 persen pada Desember 2023, naik dari 2.8 persen pada November 2023. Biro Statistik Korea Selatan melaporkan peningkatan pengangguran sebesar 78,000 menjadi 944,000 secara tahunan (year-on-year), sementara rasio lapangan kerja terhadap jumlah penduduk mencapai 61.7 persen pada Desember 2023, naik 0.4 poin persentase dibandingkan tahun sebelumnya.
Antisipasi terhadap data inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis dan Jumat, bersama dengan data inflasi China yang akan rilis pada Jumat, membuat investor menahan risiko. Hal ini juga membatasi penguatan bursa Asia-Pasifik.
Di Amerika Serikat, Wall Street kemarin mengalami variasi, dengan Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0.42 persen, sementara S&P 500 turun 0.15 persen. Meski demikian, Nasdaq Composite berhasil ditutup di zona hijau, meski hanya mengalami kenaikan tipis sebesar 0.09 persen.
Ekspektasi pasar terkait kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), yang akan memulai penurunan suku bunga pada Maret mendatang mulai menurun. Berdasarkan CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga setidaknya 25 basis poin (bp) pada bulan tersebut turun dari 79 pada pekan lalu menjadi 65. Hal ini memicu kenaikan imbal hasil yield US Treasury ke level 4 persen, dengan yield Treasury acuan tenor 10 tahun sedikit naik menjadi 4.019 persen setelah mencapai level tertinggi 4.053 persen di awal sesi.
Di sisi lain, data perdagangan AS menunjukkan defisit yang menyempit pada November 2023 karena penurunan impor. Biro Sensus Departemen Perdagangan AS melaporkan defisit perdagangan menyusut 2 persen menjadi US$632 miliar pada November 2023. Data per Oktober 2023 direvisi sedikit, menunjukkan defisit perdagangan US$645 miliar, lebih besar dari yang dilaporkan sebelumnya sebesar US$643 miliar.
Investor kini menantikan data inflasi AS dan China untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai langkah bank sentral Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga ke depan. Inflasi konsumen Consumer Price Index (CPI) AS Desember 2023 dijadwalkan rilis pada Kamis, sementara inflasi produsen Producer Price Index (PPI) AS periode Desember 2023 dijadwalkan rilis pada Jumat akhir pekan ini.