Logo
>

Langkah Berat IHSG, Akankah Tetap Mencetak Rekor?

Ditulis oleh Yunila Wati
Langkah Berat IHSG, Akankah Tetap Mencetak Rekor?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar saham Indonesia atau Indeks Harga aham Gabungan (IHSG) akan menghadapi cobaan berat dalam sepekan ini. Padahal, membuka September, IHSG berhasil mencetak rekor baru. Pergerakannya sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Senin, 2 September 2024. IHSG berada di level 7.726,18 sebelum akhirnya kembali ke level 7.600.

    Sementara pada hari ini, 3 September 2024, pergerakan IHSG dan rupiah diperkirakan akan volatile. Hal ini dipengaruhi oleh rilis data ekonomi serta agenda penting yang akan terjadi pekan ini.

    Ada beberapa hal yang membuat berat pergerakan IHSG hari ini:

    1. Ekspektasi Pemotongan Suku Bunga ECB

    Menurut data dari London Stock Exchange Group (LSEG), pasar uang hampir sepenuhnya memperhitungkan kemungkinan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh ECB yang dijadwalkan pada 12 September. Namun, para pembuat kebijakan ECB tampaknya semakin berselisih mengenai prospek pertumbuhan ekonomi. Beberapa pihak khawatir akan potensi resesi, sementara yang lainnya lebih fokus pada tekanan inflasi yang masih ada.

    2. Antisipasi Volatilitas di Sesi Mendatang

    Namun, para pelaku pasar memperkirakan pergerakan Wall Street akan menjadi lebih volatile pada sesi perdagangan berikutnya. Hal ini disebabkan oleh rilis data PMI Manufaktur AS Global S&P untuk Agustus 2024 yang dijadwalkan pada Selasa (3 September 2024). Data ini mengalami revisi kedua kalinya, dengan PMI Manufaktur AS Global S&P turun menjadi 48 pada Agustus dari 49,6 pada Juli, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 49,6. Penurunan ini menandai kontraksi kedua berturut-turut dalam aktivitas pabrik AS, pada laju paling tajam tahun ini.

    Penurunan PMI didorong oleh dua penurunan berturut-turut dalam arus masuk pekerjaan baru untuk produsen, yang juga mengalami penurunan tercepat sejak Desember. Hal ini menggarisbawahi dampak negatif dari suku bunga restriktif terhadap aktivitas pabrik. Selain itu, tingkat ketenagakerjaan hampir stagnan pada periode tersebut, mencatat kenaikan terkecil sejak Januari.

    Di sisi permintaan, penurunan dari pabrik membantu meredakan tekanan kapasitas untuk pengiriman bahan baku dan mengurangi waktu pengiriman pemasok. Namun, di sisi harga, biaya input mengalami percepatan terbesar sejak Mei, meskipun produsen tidak dapat sepenuhnya meneruskan tekanan harga ini kepada konsumen.

    3. PMI Manufaktur Indonesia Terkontraksi

    Kondisi PMI Manufaktur Indonesia yang menunjukkan kontraksi selama dua bulan berturut-turut, yakni pada Juli (49,3) dan Agustus (48,9), memang menjadi sinyal negatif bagi perekonomian negara. Posisi PMI Manufaktur saat ini yang merupakan yang terendah sejak Agustus 2021 mencerminkan tekanan yang signifikan pada sektor manufaktur, yang merupakan salah satu pilar utama ekonomi dan penyerap tenaga kerja yang besar.

    Penurunan ini memicu kekhawatiran karena manufaktur berperan penting dalam perekonomian Indonesia, baik dari sisi kontribusi terhadap PDB maupun dalam penciptaan lapangan kerja. Kinerja yang lemah di sektor ini juga bisa memberikan dampak buruk terhadap citra Presiden Joko Widodo (Jokowi), terutama menjelang akhir masa jabatannya pada Oktober mendatang.

    Lebih jauh, situasi ini diperparah oleh deflasi yang telah dialami Indonesia selama empat bulan berturut-turut, yang diikuti dengan penurunan PMI Manufaktur. Ini menjadi indikasi bahwa daya beli masyarakat sedang mengalami penurunan. S&P Global menjelaskan bahwa kontraksi lebih lanjut pada manufaktur Indonesia disebabkan oleh penurunan output dan pesanan baru yang semakin tajam. Perusahaan-perusahaan manufaktur juga cenderung mengurangi jumlah tenaga kerja, meskipun pengurangannya masih bersifat marginal.

    Dengan kondisi yang ada, proyeksi untuk sektor manufaktur Indonesia hingga akhir kuartal III-2024 tampaknya akan tetap berada dalam tekanan. Jika tidak ada langkah kebijakan yang efektif untuk membalikkan tren ini, dampaknya bisa meluas ke sektor-sektor lain dan menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

    4. Kunjungan Paus ke Indonesia

    Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3 September 2024 merupakan peristiwa bersejarah, terutama karena ini adalah kunjungan pertama seorang Paus ke Indonesia dalam 35 tahun terakhir. Perjalanan Apostolik ini adalah bagian dari lawatan Paus ke kawasan Asia Pasifik, yang mencakup Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Singapura, dan akan berlangsung dari 2 hingga 13 September 2024.

    Kunjungan ini sangat penting bagi umat Katolik di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, dan menunjukkan komitmen Paus untuk menjalin dialog antaragama dan memperkuat hubungan baik dengan berbagai komunitas di Asia. Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi dalam rangkaian perjalanan ini, yang menyoroti pentingnya Indonesia dalam konteks global dan dalam misi Paus untuk memperkuat persaudaraan dan perdamaian di seluruh dunia.

    Perjalanan ini juga menjadi yang terpanjang dalam 11 tahun masa kepausan Paus Fransiskus, bahkan lebih panjang dari lawatannya ke Amerika pada awal masa kepausannya. Kunjungan ini tidak hanya memperkuat hubungan antara Vatikan dan negara-negara yang dikunjungi, tetapi juga memberikan pesan penting tentang solidaritas, persatuan, dan dialog antaragama.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79