KABARBURSA.COM – Aktivitas UBS Sekuritas Indonesia (AK) selama sepekan terakhir menunjukkan perubahan ritme transaksi yang jauh lebih agresif dibanding pekan sebelumnya.
Dalam rentang 15 hingga 21 November 2025, UBS mencatat nilai transaksi Rp15,1 triliun dengan net buy yang melonjak ke Rp1,4 triliun, naik hampir enam kali lipat dari pekan 8–14 November yang hanya mencatat net buy Rp239,4 miliar.
Menariknya, lonjakan ini terjadi ketika total transaksi UBS justru turun dari Rp15,5 triliun menjadi Rp15,1 triliun, menandakan bahwa perubahan bukan pada besaran aktivitas, melainkan pada arah dan kualitas akumulasinya.
UBS mengambil sikap proaktif dengan mengalirkan dana besar pada lima saham lintas sektor, yakni BREN, ASII, BBCA, BRMS, dan DSSA.
BREN menjadi tujuan terbesar dengan pembelian Rp482,7 miliar. Pembelian ini dilakukan ketika saham bergerak di rentang 9.600–9.850 dengan volume mingguan 53,43 juta saham, naik sekitar 33 persen dari rata-rata bulanan yang berada di 40,19 juta saham.
ASII menjadi serapan terbesar kedua UBS dengan akumulasi Rp292,8 miliar ketika harga bergerak stabil di kisaran 6.350–6.450. Volume mingguan ASII tercatat 43,65 juta saham, naik sekitar 5,8 persen dari rata-rata 41,25 juta saham.
Meski kenaikannya hanya 0,39 persen dalam sepekan, struktur volatilitas ASII berada pada titik rendah yang biasanya muncul ketika institusi melakukan penambahan posisi bertahap.
Nilai beli UBS di saham ini mencapai hampir 10 persen dari total nilai beli institusi sepanjang pekan tersebut, menandakan eksposur yang mulai dibangun secara sistematis.
UBS juga mengakumulasi BBCA sebesar Rp264,5 miliar meskipun harga BBCA justru melemah tipis 0,30 persen ke 8.400. Volume perdagangan BBCA mencapai 103,92 juta saham, lebih rendah dari rata-rata 158,35 juta saham, menunjukkan perdagangan yang lebih tenang.
Namun penurunan volatilitas ini justru memberi ruang bagi UBS untuk masuk tanpa mengganggu harga. Pembelian dilakukan terutama ketika harga sempat menyentuh area 8.350–8.375, zona yang di sesi lain dipenuhi penjualan dari broker asing lain.
BRMS menunjukkan respons paling sensitif terhadap masuknya dana asing. Dengan pembelian UBS sebesar Rp226,1 miliar, harga BRMS naik 1,54 persen menuju 990.
Volume perdagangan mencapai 617,45 juta saham, mendekati likuiditas mingguan normal BRMS yang memang tinggi.
DSSA mencatat respons harga paling kuat dibanding empat saham lain. Pembelian UBS sebesar Rp179 miliar dilakukan pada saat DSSA bergerak naik konsisten hingga ditutup di 100.000 atau melonjak 9,65 persen dalam sepekan. Volume perdagangan mencapai 1,78 juta saham, meningkat dari rata-rata 2,73 juta saham, angka yang cukup tinggi untuk saham dengan harga tiga digit ribuan.
Dibanding pekan sebelumnya, ketika pembelian dan penjualan UBS masih seimbang (Rp7,9 triliun vs Rp7,6 triliun), pekan 15–21 November menandai perubahan mendadak dari pola bermain aman menjadi fase akumulasi agresif yang mendorong perubahan likuiditas di sejumlah saham utama. (*)