KABARBURSA.COM - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa pembentukan "family office" di Indonesia memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara. Menurutnya, family office dapat menghasilkan penerimaan hingga USD100 juta hingga USD200 juta bagi Indonesia. Hal ini menunjukkan optimisme terhadap perkembangan sektor investasi di Indonesia serta potensi pertumbuhan ekonomi yang dapat dihasilkan melalui strategi investasi yang tepat.
Sebagai catatan tambahan, family office atau kantor keluarga adalah firma penasihat manajemen kekayaan swasta yang melayani individu atau keluarga dengan kekayaan bersih sangat tinggi. Mereka bertanggung jawab untuk mengelola investasi, perencanaan keuangan, dan pengelolaan aset secara holistik.
Salah satu hal yang patut diketahui adalah bahwa satu family office biasanya mengelola kekayaan untuk satu individu atau satu keluarga secara eksklusif. Dengan demikian, layanan yang disediakan oleh family office sangat disesuaikan dan disesuaikan dengan kebutuhan khusus dan tujuan keuangan dari klien mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk memberikan solusi investasi yang lebih efektif dan strategi manajemen kekayaan yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi dari klien mereka.
Beberapa negara maju seperti Singapura, Abu Dhabi, dan Hong Kong telah memiliki ribuan kantor keluarga yang merupakan lembaga keuangan yang menyediakan layanan keuangan dan investasi khusus bagi keluarga kaya. Menyadari potensi ini, Luhut tengah gencar mendorong pembentukan kantor keluarga ini di Bali, Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan ekosistem keuangan di Indonesia dan memberikan layanan yang lebih komprehensif bagi keluarga-keluarga berkecukupan di Tanah Air.
"Jadi family office itu nanti banyak orang kaya dunia lihat Bali jadi alternatif mereka naruh duitnya di Indonesia, seperti di Singapura, HongKong, Abu Dhabi tapi jangan dipajakin," ujar Luhut.
"Namun, investasi family office itu nanti duitnya, saat ada lapangan kerja itu baru dipajakin. Ya buat kita kan duitnya ada di Indonesia, kalau duitnya ada di Indonesia kan memperkuat cadangan kita juga," tambahnya.
Dia mencontohkan jumlah family office di Singapura mencapai 1.500 kantor dan dana kelolaannya mencapai USD1,6 triliun. Dia memperkirakan Indonesia bisa meraup tambahan penerimaan negara USD100 juta-USD200 juta. "Jadi bayangkan kita bisa dapat USD100 juta-USD200 juta sampai miliaran dolar, kan ga ada ruginya," tegas Luhut.
Namun, pembentukan family office di Indonesia memerlukan kekuatan hukum, a.l. common law dan arbitrase internasinal. Luhut akan melaporkan usulan pembentukan ini kepada Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas di Istana. "Gampangnya kita akan meniru aja Singapura, Hong Kong dan Abu Dhabi, kalau mereka bisa kenapa kita gak bisa buatkan. Itu menguntungkan buat republik," ungkap Luhut.
Dikutip dari Financial Times, antrean pembentukan family office mencapai 18 bulan. Hal ini dipicu oleh aturan yang lebih ketat terkait family office di pusat finansial dunia tersebut.
Di Malaysia, keberadaan kantor keluarga atau family office semakin berkembang pesat selama pandemi Covid-19. Data dari Otoritas Moneter Singapura menunjukkan bahwa jumlah kantor keluarga di negara tersebut meningkat secara signifikan, dari 50 kantor keluarga pada tahun 2018 menjadi 1.100 pada akhir tahun 2022.
Fenomena ini menunjukkan minat yang meningkat dari keluarga-keluarga kaya untuk mengelola kekayaan mereka dengan lebih profesional dan terfokus, terutama dalam situasi ekonomi yang tidak pasti seperti saat pandemi ini. Hal ini juga mencerminkan kepercayaan yang tumbuh terhadap model investasi dan manajemen kekayaan yang ditawarkan oleh kantor keluarga, serta kesadaran akan pentingnya diversifikasi portofolio investasi di tengah tantangan ekonomi global yang kompleks.
Swiss Punya Family Office
Sebagai bahan komparasi, kantor keluarga tunggal (SFO), atau perusahaan swasta yang didirikan untuk mengelola kekayaan dan bisnis keluarga kaya, bernilai sekitar CHF600 miliar (USD670 miliar) di Swiss, menurut sebuah studi yang diterbitkan pada Selasa, 4 Juni 2024. Laporan tersebut, yang pertama kali diterbitkan oleh Asosiasi Kantor Keluarga Tunggal Swiss (SFOA), memperkirakan ada antara 250 dan 300 perusahaan seperti itu di negara Alpen yang terkenal dengan layanan keuangannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para operator SFO bergulat dengan prospek kemungkinan regulasi untuk sektor ini, dan sangat ingin membuat peraturan yang dapat mengawasi dan melindunginya. Menurut temuan ini, berdasarkan survei terhadap sekitar 70 SFO yang tergabung dalam asosiasi atau klien bank Swiss UBS yang dilakukan antara 27 November dan 18 Desember, aset alternatif sedikit lebih besar daripada aset tradisional di antara mereka. Aset-aset alternatif ini terutama mencakup ekuitas swasta dan utang swasta.
Secara geografis, alokasi aset terutama diarahkan ke Amerika Utara, yang menyumbang 33 persen dari total, dan Swiss, dengan 32 persen. Kekayaan bersih SFO yang disurvei di Swiss berkisar antara kurang dari CHF250 juta hingga lebih dari CHF10 miliar.
Survei ini menemukan bahwa mayoritas SFO mendukung penerapan rezim perizinan berbasis regulasi mandiri untuk melindungi dan mengatur industri. Langkah seperti ini dapat mendahului langkah-langkah yang mungkin diambil oleh pihak berwenang untuk memberlakukan regulasi pada sektor ini. (*)