KABARBURSA.COM - Mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN, Tanri Abeng, telah meninggal dunia pada Minggu dini hari pukul 02.36 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta. Kabar ini disampaikan oleh Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu.
Jenazah Tanri Abeng akan disemayamkan di rumah duka yang berlokasi di kawasan Simprug Golf, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada hari Minggu ini.
Tanri Abeng dikenal sebagai salah satu figur penting dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia. Beliau menjabat sebagai Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada 1998, yang dilantik oleh Presiden Soeharto. Posisinya terus berlanjut di bawah pemerintahan Presiden BJ Habibie.
Setelah menjabat sebagai menteri, Tanri Abeng aktif sebagai komisaris di berbagai perusahaan BUMN ternama. Beliau pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT Telkom Indonesia, Komisaris Utama PT Pertamina Persero, dan Komisaris Utama PT Bio Farma. Selain itu, pada tahun 2011, Tanri Abeng mendirikan Universitas Tanri Abeng di Jakarta Selatan.
Tanri Abeng dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh dalam bidang ekonomi dan pendidikan di Indonesia. Kepergiannya merupakan duka yang mendalam bagi dunia BUMN dan seluruh masyarakat Indonesia.
Manajer Rp1 Miliar
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN, Tanri Abeng. Melalui akun Instagram resminya @erickthohir, Erick mengungkapkan rasa dukanya terhadap kepergian Tanri Abeng yang dianggap sebagai sosok yang berjasa besar bagi Indonesia.
"Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Berduka yang dalam atas wafatnya Menteri BUMN pertama, Pak Tanri Abeng. Sosok yang berjasa besar untuk negeri ini," ujar Erick dalam keterangannya.
Erick juga menyampaikan doa agar almarhum Tanri Abeng diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dalam menghadapi cobaan ini.
"Semoga almarhum mendapatkan tempat yang lapang di sisi Allah SWT, dan segenap keluarga serta kerabat yang ditinggalkan diberi kesabaran," tambahnya.
Erick mengenang sosok Tanri bukan hanya sebagai senior, tetapi juga orang yang sudah dikenalnya sejak lama. Bahkan ia mengaku ingat bertahun-tahun lalu sempat membaca koran yang membahas tentang sosok Tanri Abeng. Media tersebut menyematkan julukan kepada Tanri sebagai manajer Rp1 miliar di Indonesia.
"Saat itu saya baru lulus sekolah dan membaca berita itu. Disebutkan bahwa Pak Tanri adalah manajer termahal di Indonesia," kata Erick.
Profil Sang Menteri Era Soeharto
Tanri Abeng, seorang tokoh yang berpengaruh dalam dunia bisnis dan pemerintahan Indonesia, telah meninggal dunia pada Minggu, 23 Juni 2024 dini hari di usia 82 tahun. Dia dikenal luas sebagai seorang pengusaha yang sukses dan juga seorang mantan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dan BJ Habibie.
Lahir di Selayar, Sulawesi Selatan, 7 Maret 1942, Tanri Abeng memiliki latar belakang pendidikan yang impresif. Ia sempat menjadi peserta program pertukaran pelajar American Field Service sebelum melanjutkan studi di Universitas Hasanudin. Selama kuliah, ia bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan eksportir dan mengajar bahasa Inggris di SMA. Setelah itu, Tanri Abeng mendapatkan beasiswa untuk menempuh gelar Master of Business Administration di State University of New York, Amerika Serikat.
Setelah lulus, karirnya terus menanjak. Tanri Abeng bergabung dengan Union Carbide, sebuah perusahaan multinasional, di mana ia naik menjadi direktur keuangan dan Corporate Secretary pada usia yang masih muda, 29 tahun. Kemudian, ia berpindah ke PT. Perusahaan Bir Indonesia (sekarang Multi Bintang Indonesia), di mana ia menjabat sebagai CEO pada 1979. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini berkembang pesat, dan namanya berganti menjadi PT. Multi Bintang Indonesia.
Pada 1991, Tanri Abeng menerima tantangan baru sebagai CEO di Bakrie Brothers. Di perusahaan ini, ia berhasil melakukan restrukturisasi dan profitisasi, serta membawanya menjadi perusahaan publik yang sukses. Selain itu, Tanri Abeng juga terlibat dalam berbagai posisi senior non-eksekutif di banyak organisasi pemerintahan dan LSM, seperti Komisi Pendidikan Nasional, Badan Promosi Pariwisata, Dana Mitra Lingkungan, dan berbagai yayasan lainnya.
Masih di tahun yang sama, Tanri Abeng memasuki dunia politik dengan mewakili Golkar dan duduk di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Kemudian, dia dipercaya menjabat sebagai Menteri Negara Pendayagunaan BUMN dalam Kabinet Pembangunan VII, yang merupakan kabinet terakhir dari pemerintahan Soeharto pada 1998. Perannya ini terus berlanjut dalam Kabinet Reformasi di bawah kepemimpinan Presiden B.J. Habibie hingga Oktober 1999.
Setelah meninggalkan jabatan menteri, Tanri Abeng fokus mengembangkan pemikiran dan pendidikan manajemen. Pada 2000, dia menerbitkan buku berjudul "Dari Meja Tanri Abeng: Managing atau Chaos" yang menjadi sumbangan berharga dalam literatur manajemen di Indonesia. Empat tahun kemudian. Tanri Abeng bergabung sebagai Komisaris Utama PT Telkom Indonesia, salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia.
Pendidikan Tanri Abeng juga terus berkembang. Pada 2010, ia meraih gelar Doktor dalam Ilmu Multidisiplin dari Universitas Gadjah Mada (UGM), menambah kedalaman pemahaman dan kontribusinya dalam dunia akademis. Sebagai bentuk dedikasinya terhadap pendidikan, pada tahun 2011, Tanri Abeng mendirikan Universitas Tanri Abeng di Jakarta Selatan, sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin masa depan yang berkualitas.
Di awal 2012, Tanri Abeng kembali aktif di dunia bisnis sebagai CEO OSO Group, mengambil alih posisi dari pendiri perusahaan, Oesman Sapta Odang. OSO Group merupakan perusahaan yang bergerak di berbagai sektor, termasuk pertambangan, perkebunan, transportasi, properti, dan hotel. Kemudian pada 2015, Tanri Abeng menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), perusahaan energi terbesar di Indonesia, menggantikan Sugiharto setelah habis masa jabatannya.(*)