Logo
>

Melihat Prospek Emiten Otomotif di Tengah Isu Penurunan Suku Bunga The Fed

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Melihat Prospek Emiten Otomotif di Tengah Isu Penurunan Suku Bunga The Fed

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Emiten otomotif dinilai memiliki prospek yang masih kurang bagus di tengah isu penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Pengamat pasar modal Wahyu Tri Laksono, mengatakan saat ini emiten otomotif masih kurang bersemangat. Menurutnya, salah satu yang menyebabkan kondisi ini dikarenakan daya beli masyarakat tengah menurun.

    "Memang sektor otomotif sedang kurang semangat, kondisi ekonomi domestik dan global sedang terancam, suku bunga tinggi dan daya beli masyarakat yang kurang bagus, wajar memberikan sentimen negatif ke emiten otomotif," ujarnya kepada Kabar Bursa, Rabu, 11 September 2024.

    Akan tetapi, Wahyu melihat emiten otomotif masih memiliki peluang untuk bangkit, apabila sektor ini didukung sentimen positif pasar global.

    "Bagaimana pun sektor otomotif bisa membaik jika didukung sentimen positif pasar global, pertumbuhan ekonomi bagus, suku bunga mendukung, daya beli tinggi, dan keuangan perbankan yang bagus," kata dia.

    Lebih jauh Wahyu menuturkan, suku bunga yang tinggi jelas menekan emiten otomotif. Bahkan, lanjut dia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sempat mengimbau perbankan menyoroti risiko pasar dan likuiditas di tengah ketidakpastian global ini.

    "Emiten otomotif belum jadi pilihan. Bisa bangkit, tapi harga beberapa emiten memang bukan pilihan utama, kecuali untuk jangkauan investasi jangka panjang," ungkap Wahyu.

    Penjualan Mobil Meroket di Tengah Keterpurukan Emiten Otomotif

    Penjualan mobil secara nasional pada Juli 2024 terpantau meningkat usai ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024. Penjualan kendaraan diprediksi bakal terus meningkat seiring dengan rangkaian GIIAS di beberapa kota di Indonesia.

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan retail (dari dealer ke konsumen) secara nasional meningkat sebesar 7,6 persen atau sebanyak 75.609 unit dibandingkan bulan sebelumnya.

    Sementara penjualan kendaraan periode Januari-Juli 2024 sebesar 508.050 unit. Jumlah tersebut menurun sebesar 12 persen jika dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Penurunan penjualan secara kumulatif ini diprakirakan bakal terus terjadi hingga akhir semester 2 tahun 2024 akibat kenaikan suku bunga.

    Kendati demikian, peningkatan penjualan mobil nampaknya belum mampu meningkatkan performa sejumlah emiten yang bergerak di bidang penjualan kendaraan seperti halnya PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA), PT Putra Mandiri Jembar Tbk (PMJS) dan PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS).

    BOGA, misalnya yang sedang terkena suspend karena sahamnya yang terus melorot. Sementara PMJS dan CARS masih terlihat aktif diperdagangan bursa, meskipun sahamnya juga anjlok, masing-masing 0,63 persen dan 2,41 persen. Saham PMJS dijual dengan harga Rp158, sedangkan CARS di level Rp81.

    Wahyu memprediksi emiten otomotif akan tetap lesu selama beberapa waktu. Ia mengungkapkan bahwa pihak OJK pihak perbankan untuk memperhatikan risiko pasar dan likuiditas di tengah tingginya ketidakpastian global.

    “Sentimen negatif terkait suku bunga tinggi jelas menekan beberapa emiten perbankan, lembaga pembiayaan, asuransi dan layanan investasi. Begitu juga dengan emiten property, real estate, konstruksi bangunan dan juga termasuk emiten penjualan mobil,” kata Wahyu.

    Penurunan performa emiten di bidang penjualan mobil, kata dia, adalah hal yang wajar jika melihat kondisi saat ini. Kinerja emiten dealer mobil nampak lesu pada paruh pertama tahun ini.

    The Fed beri Kode akan Segera Turunkan Suku Bunga

    Sebelumnya diberitakan, Gubernur The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, telah memberikan indikasi yang jelas bahwa pemangkasan suku bunga mungkin akan dilakukan dalam waktu dekat. Meski begitu, waktu pastinya masih belum ditentukan.

    “Saatnya telah tiba untuk menyesuaikan kebijakan (suku bunga). Dengan suku bunga kebijakan saat ini berada di kisaran 5,25-5,50 persen, The Fed memiliki ruang yang cukup untuk menurunkan biaya pinjaman demi melindungi ekonomi,” kata Powell, Sabtu, 24 Agustus 2024.

    Saat ini, inflasi di Amerika Serikat (AS) dikatakan telah terkendali setelah mengalami lonjakan selama pandemi COVID-19. Namun, The Fed saat ini ingin fokus pada perbaikan perekonomian, terutama dalam hal kondisi pasar tenaga kerja.

    “Risiko penurunan lapangan kerja telah meningkat,” ujar Powell.

    Tingkat pengangguran di AS diketahui sedang naik cepat menjadi 4,3 persen. Menanggapi itu, Powell menyatakann akan melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki pasar tenaga kerja.

    “Kami akan melakukan segalanya yang bisa kami lakukan untuk mendukung pasar tenaga kerja yang kuat saat kami membuat kemajuan lebih lanjut menuju stabilitas harga,” jelasnya.

    Analis dan pasar keuangan telah secara luas memperkirakan The Fed memangkas suku bunga pertamanya pada 17-18 September. Mayoritas analis telah memperkirakan The Fed memulai pelonggaran kebijakannya dengan penurunan suku bunga sebesar seperempat poin persentase.

    Setelah pernyataan Powell itu, pasar juga memperkirakan suku bunga The Fed dipangkas dalam kisaran 3,00 sampai dengan 3,25 persen pada akhir 2025.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.