KABARBURSA.COM - Pasar saham Jepang, direpresentasikan oleh Indeks Nikkei, mengalami penurunan lebih dari dua persen ke level terendah dalam satu bulan pada Selasa 16 April 2024, menyusul pelemahan saham teknologi yang mengikuti pergerakan di Wall Street.
Menurut laporan Reuters pada Selasa 16 April 2-24, indeks Nikkei turun 2,11 persen menjadi 38,405.58, mencapai titik terendah sejak 14 Maret, pada penutupan sesi perdagangan pertama hari ini. Sementara itu, indeks Topix juga merosot 1,82 persen menjadi 2,703.20. "Pergerakan saham Jepang mengikuti penurunan pasar ekuitas AS semalam," ungkap Shuutarou Yasuda, seorang analis pasar di Tokai Tokyo Intelligence Laboratory.
Saham-saham di AS ditutup dengan penurunan tajam akibat kenaikan imbal hasil Treasury dan kekhawatiran terkait eskalasi ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel.
"Meskipun yen melemah, minat terhadap saham-saham lokal tidak meningkat karena yen tetap kuat terhadap mata uang lainnya. Namun, dolar berhasil menguat terhadap mata uang lainnya," tambah Yasuda.
Dolar AS mencapai level tertinggi sejak awal November pada hari Selasa, dengan yen Jepang melemah ke level terendahnya sejak tahun 1990, terjadi setelah data penjualan ritel AS yang melampaui perkiraan.
Di pasar Jepang, saham Tokyo Electron, pembuat peralatan chip, turun 4,15 persen menjadi salah satu pendorong penurunan terbesar di Indeks Nikkei, sementara saham Advantest, pembuat peralatan pengujian chip, juga turun 4,08 persen.
Sementara itu, saham Fast Retailing, pemilik merek Uniqlo, mengalami penurunan sebesar 2,45 persen.
Namun, saham J.Front Retailing merosot 6,52 persen setelah mengumumkan pemangkasan perkiraan laba tahunan, sedangkan saham Isetan Mitsukoshi Holdings menjadi salah satu saham dengan penurunan terbesar di Indeks Nikkei dengan turun 7,53 persen.
Tidak semua saham merosot; saham Toho melonjak 6,92 persen setelah laporan kenaikan laba bersih tahunan sebesar 35,5 persen dan pengumuman program pembelian kembali saham.
Sementara saham Nidec naik 6,17 persen setelah perusahaan pembuat motor tersebut mengumumkan rencana ekspansi kapasitas produksi mereka di Thailand untuk memenuhi permintaan modul pendingin air untuk server AI.
Dari 225 saham yang terdaftar di Nikkei, 21 saham mengalami kenaikan, sementara 204 mengalami penurunan.