KABARBURSA.COM - Nama Felicitas Tallulembang viral usai berita Muhammadiyah menarik dananya sebesar Rp15 triliun dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Feli adalah Komisaris Independen BSI, ibu dari mantan Bupati SInjai Andi Seto Gadhista Asapa dan istri dari almarhum Andi Rudianto Asapa, mantan Bupati Sinjai periode 2003-2008 dan 2008-2013.
Hj Felicitas, seorang mualaf keturunan Toraja, adalah seorang dokter lulusan Universitas Hasanuddin. Ia lahir di Rantepao, Tana Toraja, pada 6 November 1959. Sebagai seorang dokter, Felicitas cukup mumpuni di bidangnya. Pernah mendapatkan penghargaan sebagai dokter teladan saat bertugas di Kabupaten Takalar (1994). Saat itu, dia dianggap pro masyarakat miskin, karena tidak pernah memberatkan warga yang membutuhkan perawatan.
Di sapa dengan nama Sita, atas prestasinya tersebut diangkat menjadi kepala puskesmas. Jabatan itu ia tekuni hingga 10 tahun lamanya. Sita pun pernah dipercaya sebagai kepala Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) untuk periode yang sama, 10 tahun. Jabatan terakhirnya adalah Direktur RSUD Sinjai.
Sebelum mundur dari jabatannya sebagai Kepala RSUD Sinjai, Sita menginisiasi pembuatan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) versi dirinya. Namun, karena keberhasilan penerapan Jamkesda itu, akhirnya pada 2003 sistem tersebut dimasukkan dalam Peraturan Daerah (Perda). Ini artinya, program Jamkesda milik Sita lebih dulu ada dibandingkan Jaminan Kesehatan Nasional (Jamkesnas) pada 2005.
Program Jamskesda milik dr Sita memang belum sempurna, tetapi semua masyarakat Kabupaten Sinjai saat itu sangat terbantukan. Mereka tidak perlu lagi memikirkan biaya yang besar saat sakit. Baru pada 2008, lima tahun kemudian, disempurnakan oleh Pemda dan dijadikan sebagai Jamkesda.
Sayangnya, keberhasilan itu dibarengi dengan mundurnya dr Sita dari jabatan sebagai Kepala RSUD Sinjai. Alasannya cukup klasik, karena ia tidak ingin membebani suami dengan stereotipe adanya nepotisme dalam jabatannya sebagai Direktur RSUD Sinjai.
Beberapa waktu kemudian, Hj Felicitas Tallulembang ini memutuskan terjun ke dunia politik, suatu pilihan yang cukup berani. Awalnya, ia bergabung dengan Partai Republikan dan maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari partai tersebut.
Tidak ada yang salah dengan majunya dr Sita ke panggung politik. Pamor dia begitu baik, sehingga meraih suara terbanyak di partainya. Sayang, Partai Republikan tidak lolos parlementary treshold dan dr sita pun gagal melenggang ke Senayan.
Tidak putus asa, lima tahun kemudian dr Sita memutuskan untuk kembali menjajal panggul politik. Bergabung dengan Partai Gerindra, dr Sita kembali mencalonkan diri sebagai perwakilan rakyat dan kali ini pilihannya sangat tepat. Partai Gerinda berhasil mengantarkannya duduk di kursi parlemen. Ia menjadi anggota dewan untuk periode 2014-2019.
Menjabat Sebagai Komisaris Independen BSI
Felicitas Tallulembang Rudianto Asapa diangkat sebagai Komisaris Independen BSI berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BSI di Jakarta, 17 Mei 2024. Dalam rapat tersebut, pemegang saham sepakat merobak seluruh susunan komisaris dan direksi perseroan.
Dalam RUPTS itu, Imam Budi Sarjito Sutato diberhentikan dengan hormat dari jabatan komisaris. Sebelumnya, M Arief Rosyid Hasan mengundurkan diri dari jabatan Komisaris Independen. Alasannya, ia tidak masuk dalam tim pemenangan pasangan capres dan cawapres terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Setelah pemberhentian dengan hormat dan pengunduran diri ini, diangkatlah komisaris baru, yaitu Fauzi Nazaruddin dan Felicitas Tallulembang. Posisi M Arief Rosyid kemudian digantikan oleh Felicitas.
Perombakan di jajaran direksi BSI memang cukup besar. Selain nama-nama yang telah disebutkan di atas, ada pula Ngatari, Direktur Retail Banking. Posisinya digantikan oleh Harry Gusti Utama, yang sebelumnya menjabat sebagai Division Head Wholesale Credit Risk Analyst BRI. Sementara itu, Ari Rizaldi diangkat sebagai Direktur Treasury and International Banking. Ia menggantikan posisi Mohammad Adib.
Kisruh Mulai Muncul
Dari perombakan ini kemudian muncullah kisruh besar. Hadirnya Felicitas dan nama-nama baru tersebut diduga menjadi biang kerok diambilnya Rp15 triliun dana Muhammadiyah. Meski belum terkonfirmasi pasti, namun publik menduga kehadiran dr Sita sebagai trigger pengalihan dana organisasi masyarakat keagamaan terbesar di Indonesia.
Apalagi, dalam perjalanan kariernya, Felli tidak pernah bersinggungan langsung dengan perbankan.
Publik juga menyoroti kekayaan perempuan Muslim kelahiran Toraja Utara ini. Dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) 2018 diketahui bahwa dr Sita memiliki kekayaan senilai Rp17.126.200.000. Dari kekayaannya itu, ia memiliki dua unit mobil mewah dengan total nilainya Rp911.700.000.
Kendaraan pertamanya adalah mobil Mercedes Benz sedan 2011 seharga Rp400.000.000. Yang kedua adalah Mitsubishi Jeep 2018 yang dibelinya dengan harga Rp511.700.000. Kedua kendaraan ini menunjukkan selera Feli yang berkualitas tinggi.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.