Logo
>

Meramal Kinerja 2025 SGER usai Serangkaian Kontrak Batu Bara

Ditulis oleh Syahrianto
Meramal Kinerja 2025 SGER usai Serangkaian Kontrak Batu Bara

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) secara konsisten memperluas jaringan kerja samanya di tingkat nasional dan internasional. Sepanjang November 2024, perusahaan telah menandatangani empat perjanjian kerja sama dengan nilai kontrak kumulatif yang melampaui Rp4 triliun.

    Langkah strategis ini dilakukan di tengah tantangan kinerja keuangan yang dialami perusahaan sejak tahun buku 2024, dengan harapan dapat mendorong peningkatan pendapatan secara signifikan. Seiring dengan itu, harga saham SGER saat ini dinilai berada di bawah nilai wajarnya.

    Dengan asumsi perbaikan kinerja keuangan pada tahun 2025, terdapat potensi peningkatan kinerja saham SGER menuju harga wajarnya. Namun, untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat mengenai potensi keuntungan perusahaan, diperlukan analisis mendalam terhadap seluruh kontrak yang telah diperoleh, termasuk perhitungan pendapatan dan laba yang dapat dihasilkan dari penjualan batu bara atas faktor-faktor yang memengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

    Kerja Sama dengan Vietnam

    Sumber Global Energy telah menandatangani kontrak dengan Vinacomin-Northern Coal Trading Joint Stock Company untuk suplai batu bara sebanyak 300.000 metrik ton di Vietnam. Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan, potensi nilai kontrak mencapai USD32,60 juta atau sekitar Rp499 miliar.

    Sekretaris Perusahaan SGER Michael Harold melalui keterangan resminya pada 8 November 2024, menyampaikan bahwa kontrak Sumber Global Energy dengan Vinacomin-Northern Coal Trading Joint Stock Company berlangsung hingga 31 Januari 2025.

    Selain itu, pada 19 November 2024, perusahaan menyepakati suplai 500.000 metrik ton batu bara untuk Power Generation Corporation dan Duyen Hai Thermal Power Company di Vietnam, senilai USD44,45 juta. Jika dikonversikan ke dalam rupiah dengan asumsi kurs Rp15.859 per dolar Amerika Serikat (USD) maka menjadi Rp705 miliar.

    Pendapatan dari kontrak-kontrak ini diperkirakan akan terealisasi sebagian besar pada kuartal IV 2024 hingga awal 2025, memberikan kontribusi positif terhadap laporan keuangan perseroan.

    Mengacu pada laporan keuangan yang diterbitkan perseroan, pada 2024, SGER mencatat pendapatan bersih sebesar Rp10,65 triliun hanya dalam sembilan bulan pertama, sebagian besar berasal dari penjualan batu bara yang menyumbang 97,86 persen dari total pendapatan. Pendapatan pada kuartal II 2024 mencapai Rp7,41 triliun, meningkat dari Rp6 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Secara tahunan, penjualan batu bara pada kuartal III tumbuh 12,84 persen, menandakan permintaan global yang terus meningkat.

    Target penjualan batu bara SGER untuk 2024 dipatok pada angka 10 hingga 11 juta ton, dan dengan kinerja yang terukur sejauh ini, target tersebut diyakini dapat tercapai. Pendapatan dari kontrak ini akan menambah total pendapatan SGER pada 2024-2025.

    Dengan mengasumsikan seluruh kontrak terealisasi tanpa hambatan, pendapatan tambahan dari kontrak ini adalah Rp1,204 triliun. Kontribusi laba bersih tambahan: antara Rp120,4 miliar hingga Rp180,6 miliar, tergantung pada margin laba bersih yang dicapai.

    Namun demikian, meskipun mencatatkan sejumlah capaian positif, SGER mendapat tuduhan dari Danka terkait perbedaan kualitas batubara yang dikirimkan berdasarkan kontrak jual beli. SGER menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar, mengingat inspeksi independen yang dilakukan oleh PT Anindya Wiraputra Konsult telah memastikan kualitas batubara sesuai perjanjian. Danka juga tidak mengajukan keberatan dalam waktu 30 hari setelah tanggal Bill of Lading sebagaimana dipersyaratkan dalam kontrak.

    “Danka tidak memiliki dasar hukum untuk menuduh SGER melakukan penipuan komersial,” tegas Michael.

    SGER telah melakukan klarifikasi ke Kedutaan Besar Vietnam, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta pihak terkait lainnya, seraya merekomendasikan penyelesaian melalui arbitrase di Singapore International Arbitration Centre (SIAC).

    Perusahaan juga mengadopsi langkah mitigasi untuk mencegah sengketa di masa depan, termasuk memperketat evaluasi kontrak dan hanya bekerja sama dengan mitra terpercaya.

    Kontrak dengan Perusahaan Filipina

    Tak jauh juga dari Indonesia, Sumber Global Energy kembali mencatatkan kontrak kerja sama dengan perusahaan asal Filipina, Minergy Power Corporation. Michael menerangkan, SGER menandatangani kontrak senilai USD10,94 juta atau setara dengan Rp173,56 miliar.

    Dalam perhitungannya dengan  asumsi margin laba bersih 10-15 persen, maka perkiraan kontribusi laba bersih masing-masing sebesasr 10 persen margin: Rp17,4 miliar dan 15 persen margin: Rp26 miliar.

    Minergy Power Corporation, sebuah perusahaan energi asal Filipina, yang bergerak dalam industri pembangkitan, transmisi, dan distribusi listrik. Berkantor pusat di Balingasag, perusahaan ini telah beroperasi sejak 18 Februari 2013 dan kini mempekerjakan 186 karyawan per 2023.

    PT Merge Mining Industri

    Dari dalam negeri, Sumber Global Energy juga mengamankan kerja sama dengan perusahaan asal Banjar, Kalimantan Selatan. SGER menandatangani perjanjian jual beli dengan PT Merge Mining Industri untuk volume batu bara sebesar 2 juta metrik ton pada 11 November 2024.

    "Atas kerja sama itu, SGER akan memiliki potensi pendapatan Rp3 triliun," ujar Michael melalui keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Potensi laba SGER dari kontrak dengan PT Merge Mining Industri berkisar antara Rp300 miliar (dengan margin 10 persen) hingga Rp450 miliar (dengan margin 15 persen).

    Sekilas Kinerja Keuangan SGER

    SGER menutup tahun 2023 dengan pencapaian laba bersih sebesar Rp687,9 miliar, meningkat 13,6 persen dibandingkan laba bersih tahun 2022 yang tercatat Rp605,7 miliar.

    Pendapatan SGER pada tahun 2023 mencapai Rp 2,3 triliun, tumbuh 18,3 persen dibandingkan Rp10,4 triliun pada tahun sebelumnya. Dari sisi margin, gross margin tercatat sebesar 8,9 persen, EBITDA margin 7,9 persen, dan net margin sebesar 5,6 persen. EBITDA perusahaan juga menunjukkan kenaikan signifikan, mencapai Rp970,7 miliar, naik 46,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Kinerja positif ini diiringi oleh peningkatan efisiensi operasional, terlihat dari rasio EBITDA terhadap beban bunga (EBITDA/Interest Expense) yang mencapai 22,85, serta Debt-to-EBITDA yang cukup rendah di angka 3,19. Namun, perusahaan masih menghadapi tantangan dari struktur utang, dengan rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) yang tinggi di 2,09.

    Total aset SGER mencapai Rp4,57 triliun, didominasi oleh utang jangka pendek sebesar Rp2,97 triliun. Sementara itu, ekuitas perusahaan tercatat Rp1,48 triliun, dengan return on equity (ROE) yang impresif sebesar 46,43 persen dan return on assets (ROA) sebesar 15,03 persen.

    Sayangnya, performa itu turun pada 2024. Sumber Global Energy melaporkan laba bersih sebesar Rp565,2 miliar pada kuartal III 2024, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp608,3 miliar. Penurunan ini melanjutkan tren serupa dari dua kuartal sebelumnya, di mana laba bersih kuartal II 2024 tercatat Rp478,7 miliar (turun dari Rp611,7 miliar pada kuartal II 2023), dan kuartal I 2024 sebesar Rp220,2 miliar (dibandingkan Rp253,0 miliar pada kuartal I 2023).

    Saham SGER: Wajar atau Tidak Wajar?

    Harga saham SGER dapat dinilai melalui beberapa rasio keuangan kunci, yaitu Price-to-Earnings Ratio (PER), Price-to-Book Value (PBV), dan performa harga saham dalam berbagai periode waktu.

    PER SGER menunjukkan penurunan bertahap selama tahun 2024, yaitu kuartal I: 34,17x, kuartal II: 15,31x, kuartal III: 11,70x. Penurunan ini mencerminkan bahwa harga saham SGER bergerak turun lebih cepat dibandingkan pertumbuhan laba bersihnya. Pada akhir tahun 2023, PER tercatat sebesar 13,62x, lebih tinggi dibandingkan Kuartal III 2024.

    PER sebesar 11,70x pada Kuartal III dan 13,62x pada akhir 2023 relatif tinggi untuk industri energi, terutama jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis yang biasanya memiliki PER antara 5-10x di pasar modal Indonesia. PER yang lebih tinggi mengindikasikan valuasi yang relatif mahal, kecuali perusahaan memiliki prospek pertumbuhan laba yang sangat menjanjikan. Namun, tren penurunan laba pada tahun 2024 (-27,5 persen yoy pada kuartal I, -21,7 persen yoy pada kuartal II, dan -7,1 persen yoy pada kuartal III) menunjukkan tantangan dalam mempertahankan kinerja keuangan.

    Pada akhir tahun 2023, PBV SGER berada di angka 6,27x, dengan nilai buku per saham (BVPS) sebesar Rp339,52. Saat ini, harga saham SGER berada di Rp396, hanya sedikit di atas nilai bukunya. PBV di angka 6,27x juga tergolong tinggi, mengingat sektor energi biasanya memiliki PBV di kisaran 1-3x. Hal ini menandakan pasar sebelumnya memberikan premium terhadap saham SGER, mungkin karena ekspektasi pertumbuhan yang tinggi. Namun, dengan harga saat ini mendekati BVPS, penurunan harga saham telah membawa valuasi SGER lebih dekat ke nilai intrinsiknya.

    Harga saham SGER turun signifikan dari Rp 2.130 pada akhir 2023 menjadi Rp 396 pada akhir November 2024. Penurunan ini disertai dengan koreksi tajam dalam berbagai periode waktu, yakni 1 bulan: -7,01 persen, 3 bulan: -6,13 persen, 6 bulan: -37,81 persen, dan 1 tahun: -35,68 persen.

    Kapitalisasi pasar SGER turun dari Rp9,3 triliun pada akhir 2023 menjadi sekitar Rp1,7 triliun pada harga saat ini. Penurunan ini mencerminkan pelemahan sentimen investor terhadap prospek bisnis perusahaan.

    Jadi apa artinya? Dengan PER saat ini sekitar 11,70x dan PBV mendekati 1x, valuasi SGER sudah lebih wajar, terutama jika dibandingkan dengan valuasi sebelumnya yang terlalu tinggi. Harga saat ini mencerminkan penurunan ekspektasi pasar terhadap kinerja keuangan SGER. Jika laba bersih terus tertekan, ada kemungkinan valuasi ini masih akan turun lebih lanjut.

    Di sisi lain, PBV sebesar 6,27x pada akhir 2023 menunjukkan bahwa harga sebelumnya berada di atas wajar, mencerminkan ekspektasi pertumbuhan yang belum terealisasi. Jika tantangan di sektor energi atau internal perusahaan terus berlanjut, valuasi SGER mungkin tetap dianggap mahal bahkan dengan koreksi harga saat ini. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.