KABARBURSA.COM - Meski berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp1,07 triliun sepanjang tahun 2024, PT Daya Intiguna Yasa Tbk. (MR.D.I.Y. Indonesia) memilih untuk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham.
Keputusan tersebut disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perdana yang digelar Kamis, 12 Juni 2025. Sebagian dari laba itu, sebesar 11,73 persen, dialokasikan sebagai cadangan wajib. Sisanya, 88,27 persen, masuk ke pos laba ditahan.
Langkah ini langsung menimbulkan pertanyaan di kalangan investor. Mengapa perusahaan yang jelas-jelas mencatatkan keuntungan besar justru menahan seluruh laba bersihnya?
Ternyata, di balik keputusan tersebut, tersimpan strategi bisnis jangka panjang yang disusun dengan cermat oleh manajemen.
Presiden Direktur MR.D.I.Y. Indonesia Edwin Cheah, menegaskan bahwa keputusan ini merupakan bentuk kehati-hatian finansial. Sebagai perusahaan yang baru melantai di bursa, MR.D.I.Y. sedang fokus membangun fondasi bisnis yang kokoh.
“Dengan perhitungan yang matang, kami ingin memastikan bahwa perusahaan memiliki cadangan cukup untuk mendanai ekspansi dan penguatan operasional ke depan,” kata Edwin dalam keterangannya, dikutip Jumat, 13 Juni 2025.
Ia juga menekankan bahwa tidak ada pembagian dividen tahun ini bukan berarti perusahaan abai terhadap kepentingan pemegang saham. Justru sebaliknya, langkah ini mencerminkan upaya manajemen menjaga keberlanjutan bisnis di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan.
Edwin menyebut MR.D.I.Y. tetap berkomitmen pada kebijakan dividen jangka panjang seperti tertuang dalam prospektus IPO, yaitu membagikan sedikitnya 40 persen dari laba bersih mulai tahun buku 2025, dengan catatan kondisi keuangan mendukung dan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
Di tengah pertumbuhan pesat gerai dan meningkatnya kebutuhan modal kerja, retensi laba menjadi solusi realistis untuk memastikan ekspansi berjalan lancar tanpa harus bergantung penuh pada utang atau pendanaan eksternal.
Hal ini menjadi semakin relevan mengingat tekanan global yang masih membayangi, dari sisi suku bunga tinggi hingga fluktuasi konsumsi.
MR.D.I.Y Tunjuk Loh Kok Leong Sebagai Komisaris Baru
RUPST perdana itu juga menjadi momentum penting dalam penguatan tata kelola perusahaan. Selain mengesahkan laporan penggunaan dana IPO dan pembebasan tanggung jawab kepada direksi dan komisaris, pemegang saham menyetujui penunjukan Loh Kok Leong sebagai Komisaris baru.
Sosok yang pernah menjabat sebagai Managing Director di Boston Consulting Group ini dikenal luas berkat pengalamannya di bidang transformasi bisnis dan strategi pertumbuhan di kawasan Asia Tenggara.
Masuknya Loh dinilai akan memperkuat kapabilitas pengawasan perusahaan sekaligus membawa sudut pandang strategis yang akan sangat berguna dalam ekspansi MR.D.I.Y. ke depan.
Secara keseluruhan, langkah MR.D.I.Y. Indonesia mencerminkan strategi yang mengutamakan keberlanjutan dan kehati-hatian.
Di tengah euforia menjadi perusahaan publik, mereka memilih jalur konservatif, mengunci laba demi memperkuat posisi keuangan dan memastikan ruang manuver yang lebih besar untuk tahun-tahun mendatang.
Bagi pemegang saham, ini bisa menjadi sinyal positif: perusahaan menempatkan keberlangsungan bisnis sebagai prioritas utama, bukan hanya sekadar membagi keuntungan sesaat.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.