KABABURSA.COM - Indeks acuan S&P 500 Wall Street mencatat penguatan pada Rabu, dipicu oleh reli saham teknologi yang sukses mengangkat Nasdaq melampaui tonggak 20.000 poin untuk pertama kalinya.
Sentimen positif ini dipacu oleh laporan inflasi Amerika Serikat (AS) yang memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga. Seperti dikutip di Jakarta, Kamis 12 Desember 2024.
Di sisi lain, Dow Jones Industrial Average justru melemah. Indeks tersebut terseret penurunan saham perusahaan asuransi kesehatan setelah anggota parlemen AS memperkenalkan RUU yang dianggap dapat menggerus laba perusahaan asuransi.
Pada Rabu 11 Desember 2024, Dow Jones Industrial Average terpangkas 99,27 poin atau 0,22 persen menjadi 44.148,56. Sementara itu, S&P 500 naik 49,28 poin atau 0,82 persen ke level 6.084,19. Nasdaq Composite melonjak 347,65 poin atau 1,77 persen hingga menyentuh rekor 20.034,89.
Dari 11 sektor utama S&P 500, lima sektor berhasil membukukan kenaikan. Sektor layanan komunikasi, teknologi, dan layanan konsumen diskresioner memimpin penguatan tersebut.
Laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS mengungkapkan bahwa harga konsumen pada November mencatat kenaikan terbesar dalam tujuh bulan terakhir, meskipun masih sesuai ekspektasi pasar. Data ini semakin memperkuat prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
"Nasdaq menguat karena ekspektasi pemangkasan suku bunga pekan depan, dan sepertinya masih ada ruang untuk kenaikan lebih lanjut," ujar Peter Cardillo, Kepala Ekonom Pasar di Spartan Capital Securities.
Pasar kini memproyeksikan peluang lebih dari 96 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan mendatang. Proyeksi ini meningkat dari 86 persen sebelum rilis data inflasi, mengacu pada data FedWatch Tool dari CME Group.
Taruhan tersebut semakin diperkuat oleh laporan ketenagakerjaan AS pada Jumat sebelumnya, yang menunjukkan lonjakan lapangan kerja di tengah meningkatnya angka pengangguran.
Imbal hasil obligasi acuan AS tenor 10 tahun naik 5,2 basis poin menjadi 4,271 persen, mencerminkan pergerakan pasar obligasi yang dipengaruhi ekspektasi kebijakan moneter.
"Pasar ekuitas terlihat bernapas lega. Ini adalah laporan yang cukup stabil," ujar Wasif Latif, Kepala Investasi di Sarmaya Partners, New Jersey. "Tidak ada kejutan besar. Pasar tampaknya telah bersiap untuk angka yang lebih tinggi dari ekspektasi," tambahnya.
Di pasar saham, harga saham Tesla melesat hampir 6 persen ke level tertinggi sepanjang masa. Reli ini dipicu oleh sentimen positif pasca pemilihan presiden AS. Saham Nvidia serta saham-saham megacap lainnya, seperti Alphabet dan Amazon, juga menguat dengan kenaikan antara 1,2 persen hingga 5,5 persen. Sebaliknya, saham Apple melemah tipis 0,5 persen.
Saham Manajer Farmasi
Saham perusahaan manajer manfaat farmasi, termasuk Cigna, CVS Health, dan UnitedHealth Group, mengalami tekanan setelah kelompok anggota parlemen bipartisan mengajukan RUU yang bertujuan memaksa perusahaan asuransi atau perantara farmasi untuk melepaskan bisnis farmasi mereka.
GameStop kembali menarik perhatian pasar. Sahamnya melonjak 7,5 persen setelah perusahaan melaporkan laba kuartal ketiga, didorong oleh upaya penghematan biaya.
Sementara itu, saham Broadcom melonjak 6,6 persen setelah laporan yang menyebutkan bahwa Apple tengah bekerja sama dengan perusahaan tersebut untuk mengembangkan chip server pertama yang dirancang khusus untuk kecerdasan buatan (AI).
Di sisi lain, saham Macy's tergelincir 0,8 persen setelah perusahaan ritel itu memangkas proyeksi laba tahunannya. Penurunan ini terjadi seiring dengan melemahnya permintaan konsumen yang mengaburkan prospek kinerja pada musim belanja liburan.(*)