KABARBURSA.COM - Harga nikel berjangka di London Metal Exchange (LME) naik 0,83 persen ke USD20.250 pada penutupan perdagangan Jumat, 24 Mei 2024, setelah sebelumnya turun dari level tertingginya sejak September 2023.
Sebelumnya, harga nikel dunia melonjak 6,48 persen pada perdagangan Senin, 20 Mei, mencapai USD21.080 per ton di LME. Secara bulanan, harga nikel telah naik 5,71 persen. Harga nikel kini mencapai sekitar USD20,250 per ton, naik 23 persen secara year-to-date (ytd) imbas kekhawatiran gangguan pasokan, salah satunya disebabkan kerusuhan yang meletus di Kaledonia Baru, wilayah kepulauan yang dikuasai Prancis dan menyimpan sekitar 20-30 persen cadangan nikel dunia.
Sebelumnya Prancis mengumumkan keadaan darurat minimal 12 hari sejak 15 Mei lalu. Kerusuhan politik terhadap pemasok nikel utama dunia tersebut ditambah dengan sanksi yang dikenakan terhadap nikel dari Rusia telah mendorong harga logam non-ferrous ini di atas USD20.000 per ton untuk pertama kalinya sejak September 2023.
Sementara itu, pertumbuhan kendaraan listrik pada kuartal pertama yang lebih lambat dari perkiraan, di mana industri ini menggunakan logam tersebut sebagai komponen baterai litium-ion, tetap membatasi harganya.
Melansir Investing Senin, 27 Mei, tujuh unit pasukan Prancis akan segera tiba sebagai bantuan di Kaledonia Baru. Kondisi ini mengindikasikan keadaan darurat akan berakhir sesuai rencana di wilayah Pasifik Prancis pada Selasa pagi waktu setempat.
Dalam konflik ini, tujuh orang tewas, ratusan orang ditangkap dan sejumlah besar bangunan serta mobil hancur dalam pergolakan selama dua minggu yang dipicu oleh persaingan reformasi pemilu dan dipicu oleh kesenjangan ekonomi yang tajam antara penduduk asli Kanak dan orang-orang berlatar belakang Eropa.
Polisi menembak mati seorang pria pada Jumat malam, sehari setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron berkunjung untuk mencoba meredakan ketegangan. Kedatangan 480 polisi tambahan akan menambah jumlah pasukan keamanan Prancis di wilayah Pasifik menjadi sekitar 3.500 orang. Keputusan Macron untuk tidak memperbarui keadaan darurat menggambarkan keinginan Paris untuk memulai proses deeskalasi dan membangun kembali dialog.
Koalisi politik utama pro-kemerdekaan, FLNKS (Front Pembebasan Nasional Kanak dan Sosialis) mengeluarkan komunike pada Sabtu, 25 Mei yang mengatakan bahwa prioritasnya adalah meredakan ketegangan dan satu-satunya solusi yang layak adalah “solusi politik dan non-represif”. Pencabutan keadaan darurat dimaksudkan untuk memungkinkan FLNKS bertemu. Macron juga mengingat bahwa pencabutan kondisi darurat adalah syarat yang diperlukan untuk langkah negosiasi yang konkrit dan serius.
Sentimen Global Pengaruhi Nikel
Rizkia Darmawan, seorang analis dari Equity Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menyatakan bahwa naiknya harga nikel global dipengaruhi oleh sentimen global, dan prediksi tentang kelebihan pasokan tidak sesuai dengan kenyataan saat ini.
Contohnya, di Indonesia terdapat hambatan terkait Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dalam industri penambangan nikel yang masih belum selesai. Hal ini berpotensi mengurangi produksi global karena Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia.
Darmawan juga menambahkan bahwa harga nikel sebelumnya di bawah ekspektasi, yang memengaruhi rencana produksi dari smelter-smelter di seluruh dunia. Jika harga tidak kompetitif dan produsen tetap memproduksi, keuntungan mereka akan menurun.
Kenaikan harga nikel juga dipicu oleh harapan akan permintaan yang tinggi dari China. Meskipun banyak laporan yang menyatakan pertumbuhan ekonomi China melambat, permintaan akan baja nirkarat dari negara tersebut tetap stabil.
Emiten Nikel Indonesia
Pada tahun 2024, prospek kinerja perusahaan nikel diperkirakan akan meningkat. Salah satu faktor pendorongnya adalah penguatan harga nikel. Menurut data Trading Economics, harga nikel mencapai USD20.250 per ton pada Jumat, 24 Mei, dengan kenaikan 5,71 persen dalam sebulan terakhir.
Sukarno Alatas, Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyatakan bahwa kenaikan harga nikel global disebabkan oleh kekhawatiran akan pasokan, yang berpotensi meningkatkan kinerja perusahaan nikel. Menurutnya, ada peluang pertumbuhan signifikan bagi emiten nikel, terutama di semester I-2024, dengan potensi pertumbuhan di atas 10 persen hingga 20 persen.
Andreas Yordan Tarigan, seorang analis dari Sucor Sekuritas, juga setuju dengan analisis tersebut. Ia mencatat adanya kekhawatiran terhadap pasokan karena beberapa perusahaan logam besar telah secara paksa menutup tambang mereka.
Sementara itu, Indonesia, sebagai produsen dengan biaya produksi terendah, telah menghentikan pembebasan pajak untuk smelter NPI yang akan datang sebagai upaya untuk membatasi pasokan. "Kami mengantisipasi bahwa pasokan akan terus menurun," jelasnya.
Dengan potensi kenaikan harga itu, kinerja para emiten nikel juga didorong dengan biaya produksi yang lebih rendah. Sebab, jarak antara tambang dan smelter yang relatif dekat juga mengurangi biaya.
Dengan demikian, kedua analis memandang positif untuk kinerja emiten nikel. Sukarno menjagokan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) lantaran bisnisnya hanya terfokus di satu segmen yakni pertambangan dan pengolahan nikel di Indonesia. Ia pun merekomendasikan buy dengan target harga Rp6.000.
Adapun Andreas menjagokan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL). Sebab, perusahaan ini menghasilkan ROE tertinggi dan marjin terkuat di industri. Dirinya merekomendasikan buy dengan target harga Rp1.100.