Logo
>

OJK Catat Kenaikan Jumlah Investor: Saat ini Mencapai 15,4 Juta SID

Ditulis oleh Hutama Prayoga
OJK Catat Kenaikan Jumlah Investor: Saat ini Mencapai 15,4 Juta SID
Aktifitas depan Papan Pantau Saham di Main Hal Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (11/2/2025). Hari ini Papan Pantau terlihat Panah Merah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan jumlah investor di pasar modal Indonesia mengalami peningkatan dalam dua bulan pertama 2025.

    Direktur Standar Akuntansi dan Tata Kelola Pasar Modal OJK, Agus Saptarina mengatakan per 19 Februari 2025, investor pasar modal telah mencapai 15,4 juta single investor identification (SID).

    "Jumlah ini meningkat 5,91 persen dibandingkan akhir tahun 2024 yg telah mencapai 14,5 SID," ujar dia dalam acara peluncuran Foreign Index Futures di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa, 25 Februari 2025.

    Agus menyatakan peningkatan jumlah tersebut mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang terus bertumbuh.

    Selain itu, dia mengatakan nilai kapitalisasi pasar saham dalam negeri per 20 Februari 2025 mencapai angka Rp11,7 triliun. Dilanjutkannya, penghimpunan dana di pasar modal di awal tahun ini juga mengalami pertumbuhan.

    "Dari sisi suplai, penghimpunan dana di pasar modal pada dua bulan awal tahun 2025 tercatat tumbuh mencapai Rp20,74 triliun," terang Agus.

    Bursa Efek Indonesia (BEI) sendiri telah mencanangkan sejumlah target dalam menyambut tahun 2025. Salah satu ambisinya ialah menggaet investor.

    BEI, dalam keterangannya menyampaikan, pada tahun 2025 menargetkan pertumbuhan 2 juta investor baru. Adapun target lainnya ialah rata-rata nilai transaksi saham harian mencapai Rp13,5 triliun, dan total jumlah pencatatan efek baru di pasar modal mencapai 407 efek.

    “Pencapaian target tersebut tentunya memerlukan dukungan serta kontribusi dari seluruh stakeholders pasar modal demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tulis manajemen BEI di Jakarta, Senin, 30 Desember 2024.

    Di sisi lain, BEI juga akan tetap melaksanakan sejumlah inisiatif dalam rangka pendalaman pasar, mulai dari sisi peningkatan likuiditas pasar, pengembangan produk dan instrumen baru, hingga penyempurnaan teknologi dan infrastruktur.

    Beberapa pengembangan baru yang akan dilakukan BEI di antaranya, Intraday Short Selling, Pembaruan Sistem Perdagangan dan Pengawasan (PSPP), Pembaruan Sistem Perdagangan (PSP) Surat Utang, Implementasi SPPA Repo, Pengembangan Liquidity Provider Saham, Pengembangan Derivatif Keuangan UU P2SK melalui Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA) dan Implementasi Periode Non-Cancellation pada sesi pre-opening dan pre-closing.

    Selain itu, BEI juga berencana untuk meluncurkan produk ETF Emas yang diharapkan dapat menjadi alternatif investasi bagi para investor yang tertarik dengan produk berbasis emas.

    “Seluruh pengembangan ini diharapkan dapat diimplementasikan pada tahun 2025 hingga tahun 2026” tulis BEI.

    Langkah Investasi Investor

    Beberapa waktu lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyarankan para investor mengambil sejumlah langkah antisipasi di tengah ketidakpastian global yang melanda.

    Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, faktor utama yang menyebabkan  kondisi ketidakpastian tersebut adalah kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat terhadap China, hingga dinamika ekonomi ke negara Meksiko dan Kanada.

    “Kebijakan yang telah diumumkan namun kemudian ditunda menciptakan ketidakpastian yang semakin besar bagi pasar global,” ujar Jeffrey di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2025.

    Jeffrey bilang, dampak dari kondisi tersebut tidak hanya terasa di negara-negara besar, tetapi juga mempengaruhi stabilitas ekonomi di Indonesia. Menurutnya, ketidakpastian di pasar global ikut memberi efek terhadap tukar mata uang, kebijakan perdagangan, dan rantai pasok global.

    “Perubahan konstelasi ekonomi ini memberikan tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis di Indonesia,” katanya.

    Dengan adanya ketidakpastian ini, Jeffrey mengimbau agar para investor lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi, terutama dalam menghadapi kemungkinan fluktuasi yang lebih besar di pasar keuangan domestik.

    Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh investor adalah mengantisipasi dampak dari ketidakpastian global. Meskipun sulit untuk memperkirakan bagaimana kondisi ini akan berkembang, menurut Jeffrey, investor berpengalaman dapat belajar dari periode ketidakpastian sebelumnya.

    “Analisis terhadap kebijakan pemerintah, reaksi negara lain, serta tren historis dapat menjadi panduan dalam mengambil keputusan investasi yang lebih matang,” jelasnya.

    Ada 19 Perusahaan dalam Pipeline

    Bursa Efek Indonesia atau BEI, merilis data mengenai adanya rencana 19 perusahaan melantai di Pasar Modal pada tahun ini.

    “Hingga 7 Februari 2025, BEI mencatat ada 8 perusahaan yang telah mencatatkan saham dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp3,70 triliun. Masih 19 dalam pipeline yang tengah diproses,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna melalui pemaparan data tertulisnya dikutip Minggu, 9 Februari 2025.

    Menurut Gede, catatan itu telah sesuai dengan klasifikasi aset sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 53/POJK.04/2017.

    Dari 19 perusahaan yang sedang berproses itu, ada satu perusahaan tergolong sebagai perusahaan dengan aset skala menengah yakni aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, sementara 18 perusahaan lainnya merupakan perusahaan dengan aset skala besar atau total aset di atas Rp250 miliar.

    Berdasarkan sektor, pipeline pencatatan, rincian sektor perusahaan yang berproses tersebut mencakup dua perusahaan dari sektor bahan dasar, enam perusahaan dari sektor konsumsi non-cyclicals, tiga perusahaan dari sektor energi, satu perusahaan dari sektor keuangan, tiga perusahaan dari sektor kesehatan, tiga perusahaan dari sektor industri, serta satu perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.

    Tidak hanya mengurus pencatatan saham perusahaan, BEI juga memaparkan kegiatan lain yang sudah dilakukan di pekan kemarin.

    Misalnya pada pipeline obligasi, BEI mencatatkan data perdagangan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), hingga saat ini telah diterbitkan delapan emisi dari tujuh penerbit dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp8,6 triliun. Saat ini, terdapat 18 emisi dari 14 penerbit yang berada dalam pipeline penerbitan efek utang dan sukuk.

    Dari sisi klasifikasi sektor perusahaan, pipeline tersebut terdiri dari tiga perusahaan sektor bahan dasar, satu perusahaan sektor konsumsi cyclicals, satu perusahaan sektor konsumsi non-cyclicals, empat perusahaan sektor energi, empat perusahaan sektor keuangan, serta satu perusahaan dari sektor infrastruktur.

    Tidak dijelaskan berapa dana yang terhimpun dari aktivitas tersebut.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.