Logo
>

Omzet Pedagang Pakaian China di Pasar Tanah Abang Rp405 Juta Per Bulan

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Omzet Pedagang Pakaian China di Pasar Tanah Abang Rp405 Juta Per Bulan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, meraih omzet yang signifikan hasil menjual tekstil atau pakaian impor asal China. Per bulan omzetnya Rp450 juta.

    Andi (42), pedagang pakaian di Jembatan Blok A lantai 1, Pasar Tanah Abang buatan China dijual dengan harga bersaing. Katanya, pakaian anak laki-laki usia 6-12 tahun dijual berkisar Rp80.000 hingga Rp90.000 per pasang.

    Sedangkan, pakaian untuk anak usia 1 sampai 3 tahun lebih murah, yakni berkisar Rp40.000 hingga Rp57.000 per set, tergantung bahan dan modelnya.

    “Semua pakaian yang saya jual dari China. Dijual per pasang. Untuk usia 6 sampai 12 tahun harganya berkisar Rp90.000,” katanya kepada Kabar Bursa, Selasa, 13 Agustus 2024.

    Dengan harga yang terbilang murah tersebut, Andi mengaku minimal mampu menjual 150 pasang pakaian anak-anak setiap harinya.

    “Kalau lagi kondisinya lagi sepi ya sekitar 150 pasang terjual. Kalau lagi ramai, lebih dari itu,” tuturnya.

    Menurut dia, pakaian yang paling laku adalah ukuran untuk anak-anak usia 6-12 tahun. Jika harganya Rp90.000 per pasang dan terjual 150 pasang per hari, maka dalam setiap harinya meraih omzet Rp13.500.000 , dan diakumulasi selama sebulan totalnya Rp405 juta.

    “Keuntungannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar Andi tersenyum.

    Di toko lain, pakaian anak perempuan usia 1-5 tahun dibanderol di kisaran Rp35.000 hingga Rp47.000 per potong. Sedangkan untuk pakaian anak laki usia 1-5 tahun, harga tiga pasang dibanderol hanya Rp100.000. Untuk tipe ini pedagang bisa menjual setiap harinya minimal 100 set.

    “Paling sedikit setiap hari kami dapat menjual 100 pasang,” salah satu pedagang, Sri Astuti (46).

    Murah dan Berkualitas

    Menurut Sri Astuti, diminatinya pakaian buatan China oleh masyarakat, selain faktor harganya yang murah, kualitasnya juga bagus.

    “Yang banyak disuplai ke sini pakaian anak-anak. Selain harganya murah, dipakainya nyaman dan berkualitas,” tuturnya.

    Namun, yang patut diketahui, produk-produk tekstil China itu tidak dilengkapi dengan sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diwajibkan oleh pemerintah Indonesia.

    Melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin), pemerintah Indonesia mewajibkan setiap barang impor harus mendapatkan sertifikasi SNI 7617:2013 yang mengatur persyaratan zat warna azo, kadar formaldehida, dan kadar logam, terekstrasi pada kain untuk pakaian bayi hingga usia 36 bulan.

    Peraturan ini diharapkan dapat melindungi konsumen, terutama bayi dan anak-anak, dari risiko bahan berbahaya. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa produk impor dari China yang membanjiri pasar belum sepenuhnya memenuhi standar ini.

    Salah satu alasan mengapa produk asal China tetap digemari adalah teksturnya yang lebih halus dan lembut dibandingkan produk lokal. Selain itu, model yang unik dan lucu dengan warna-warna yang cerah menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli.

    Di sisi lain, produk lokal, meskipun berkualitas dan dilengkapi dengan label ‘Made in Indonesia’ serta sertifikasi SNI, kerap kalah bersaing dari segi model dan variasi warna.

    “Mereka (pembeli) sih kebanyakan alasannya karena baju ini (merk China) lebih enak dipakai karena bahannya lebih adem. Alasan lainnya, modelnya unik dan lucu,” ungkap Sri.

    Barang Ilegal China yang Masuk ke RI Nilainya Rp58 Triliun

    Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menegaskan maraknya produk impor tekstil ilegal, khususnya dari China merupakan ancaman serius bagi industri tekstil domestik, termasuk usaha kecil dan menengah (UKM). Masalah ini sudah menjadi perhatian sejak lama.

    Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM, Temmy Setya Permana mengatakan pihaknya mencatat banyak produk impor dari China yang masuk ke Indonesia tanpa tercatat seluruhnya.

    “Kondisi ini menyulitkan UMKM lokal untuk bersaing. Produk tersebut masuk tanpa bea masuk, sehingga bisa dijual dengan harga murah,” kata Temmy dalam keterangan tertulis yang dikutip, Minggu, 11 Agustus 2024.

    Menurut data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), pada 2021, nilai ekspor China ke Indonesia tercatat sebesar Rp58,1 triliun, sementara nilai impor Indonesia dari China mencapai Rp28,4 triliun. Terjadi selisih Rp29,7 triliun yang tidak tercatat.

    Pada 2022, nilai ekspor China ke Indonesia mengalami peningkat menjadi Rp61,3 triliun, sedangkan nilai impor Indonesia dari China mencapai Rp31,8 triliun, dengan potensi nilai impor yang tidak tercatat sebesar Rp29,5 triliun.

    Staf Khusus Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Kemenkop UKM, Fiki Satari, menyatakan bahwa produk UMKM saat ini semakin banyak yang berkualitas dan setara dengan produk luar negeri. Namun, karena banyaknya produk impor ilegal yang masuk ke pasar lokal, produk berkualitas dari UMKM sering kalah dalam hal harga.

    “Pelaku UMKM kelimpungan digempur dari darat, udara sampai di perbatasan-perbatasan,” ungkap Fiki.

    Dia menjelaskan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, sudah mengingatkan bahaya ini sejak 2021 lalu. Produk asing ditransaksikan melalui e-commerce cross border bisa langsung masuk ke berbagai pelosok Tanah Air dengan harga yang murah.

    Di lain pihak, pelaku UMKM juga sedang dihadapkan pada ancaman berupa aplikasi marketplace bernama ‘Temu’ dari China. Aplikasi ini disebut-sebut lebih dahsyat dampaknya bagi UMKM lantaran pabrik dari China bisa bertransaksi langsung dengan konsumen.

    Untuk itu Fiki berharap Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), serta stakeholder terkait bersinergi mencegah masuknya marketplace Temu ke Indonesia. Hal ini diperlukan semata-mata demi melindungi pelaku usaha di dalam negeri khususnya UMKM.

    “Importir harus dapat dipastikan patuh terhadap regulasi dengan membayar bea masuk barang impor. Adanya jaminan penegakan hukum serta aturan terkait impor, maka pelaku UMKM dalam negeri dipastikan dapat bersaing,” pungkasnya. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.