KABARBURSA.COM – Aktivitas akumulasi bandar terpantau meningkat pada tiga saham, yakni PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA), PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk (BSML), dan PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM). Data pergerakan bandar menunjukkan ketiganya mengalami penambahan nilai akumulasi dengan skala yang bervariasi.
Saham JAWA menjadi yang paling menonjol dari sisi nilai akumulasi. Merujuk data bandar value di Stockbit, Kamis, 27 November 2025, akumulasi bandar di saham ini tercatat sebesar Rp25,45 miliar.
Sementara bandar value MA10 berada di level Rp24,79 miliar, menandakan penguatan akumulasi di atas rata-rata 10 hari terakhir.
Emiten BSML juga mencatat peningkatan koleksi bandar. Bandar value naik menjadi Rp23,16 miliar, sedikit lebih tinggi dari periode sebelumnya di Rp22,94 miliar. Angka ini juga berada di atas Bandar Value MA10 yang tercatat Rp22,95 miliar.
Sementara itu, saham SSTM memperlihatkan lonjakan akumulasi yang signifikan. Bandar value melonjak menjadi Rp299,27 juta, jauh di atas periode sebelumnya.
Peningkatan ini turut tercermin pada bandar value MA10 di angka Rp87,95 juta, dengan selisih yang sangat besar. Nilai transaksi perdagangan SSTM mencapai Rp2,49 miliar dengan harga penutupan Rp1.870.
IHSG Dibuka Menguat, Sektor Properti Pimpin Kenaikan
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka menguat sebesar 0,2 persen ke level 8.604 pada perdagangan Kamis, 27 November 2025. Meski mengawali perdagangan di zona hijau, tak lama berselang indeks terkoreksi hingga menyentuh level 8.585.
Pergerakan sektoral menunjukkan dinamika yang cukup beragam. Sektor properti memimpin penguatan dengan kenaikan 0,92 persen, disusul sektor energi yang naik 0,43 persen, sektor industrial yang menguat 0,37 persen, dan sektor basic industry yang naik 0,23 persen.
Di sisi lain, sektor kesehatan menjadi yang paling tertekan dengan penurunan 0,54 persen, diikuti sektor cyclicals yang turun 0,39 persen. Sektor keuangan melemah 0,20 persen, sektor non-cyclicals turun 0,19 persen, sedangkan teknologi terkoreksi 0,07 persen. Tekanan terbesar tampak pada saham perbankan kapitalisasi besar yang menjadi sasaran penjualan asing. (*)