KABARBURSA.COM – Arab Saudi mencatat defisit anggaran sepanjang tahun 2023 sebesar SAR81 miliar atau setara dengan USD21,6 miliar, menurut Kementerian Keuangan. Dalam rupiah, defisit anggaran tersebut mencapai Rp347,89 triliun.
Meski demikian, angka statistik tersebut masih sesuai dengan perkiraan. Alasannya, di Tengah pengeluaran yang meningkat seiring dengan menurunnya pendapatan dari minyak.
Total pengeluaran Arab Saudi, menurut Kementerian Keuangan, naik sebesar 11 persen setiap tahunnya menjadi SAR1,3 triliun pada tahun lalu. Sementara pendapatan tahunan negara sebesar SAR1,2.
Jika dilihat lebih rinci, dari total pendapatan yang ada, sebesar SAR 0,75 triliun atau sebesar 62 persen bersumber dari minyak dan turun sebesar 12 persen secara tahunan atau year on year (yoy) karena Arab Saudi mengurangi produksi minyak dalam upaya mempertahankan harga di pasar global yang lemah. Sedangkan 38 persen atau sekitar SAR0,45 triliun bersumber dari non-minyak.
Bagi negara Arab Saudi, pendapatan dari minyak merupakan yang utama meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa dampak perekonomian dari banyaknya jemaah haji yang datang untuk beribadah memberikan pemasukan dan domino effect yang positif bagi Arab Saudi.
Sebagai informasi, berdasarkan hasil statistik Haji 1444 H atau tahun 2023, General Authority for Statistics atau GASTAT menunjukkan terdapat sekitar 1,84 juta jemaah yang datang ke Mekah, Arab Saudi. Jumlah jemaah haji luar yang datang sebanyak (1.660.915), sedangkan jumlah jemaah dalam negeri mencapai (184.130) warga.
Lebih lanjut, jumlah Jemaah laki-laki dari total jumlah Jemaah dalam dan luar secara umum berjumlah (969.694) Jemaah, sedangkan jumlah jemaah perempuan mencapai sekitar 875.351.
Pemerintah Arab Saudi membatasi ibadah haji bagi penduduk di Arab Saudi hanya selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020.
Menurut data resmi pada tahun 2019, Kerajaan Arab Saudi menghasilkan pendapatan sekitar USD12 miliar dari 2,5 juta jemaah yang datang ke Makkah dan Madinah untuk menunaikan ibadah haji pada tahun itu.
Pendapatan ini memiliki dampak yang signifikan pada ekonomi Arab Saudi, membantu mendukung pembangunan infrastruktur dan pelayanan di dua kota suci tersebut. Selain itu, pendapatan dari ibadah haji juga menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi negara tersebut, karena memberikan kontribusi pada sektor pariwisata dan layanan.
Tidak hanya itu, tetapi pendapatan dari ibadah haji juga membantu memperkuat posisi Arab Saudi sebagai tuan rumah bagi jutaan jemaah haji dari seluruh dunia setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan peran penting negara tersebut dalam menyelenggarakan salah satu praktik keagamaan terbesar di dunia ini serta mengelola dengan baik sumber daya dan layanan yang diperlukan untuk memastikan pengalaman yang nyaman dan aman bagi para peziarah.
Dengan kalkulasi sederhana merujuk pada perbandingan 2019, maka pendapatan Arab Saudi dari haji yakni sekitar USD9 miliar pada 2023. Pendapatan tersebut datang dari visa dan lain-lain. Namun, dampak multiplier haji jelas tidak main-main. Dampak multiplier efek dinikmati sektor tenaga kerja, transportasi, hotel, industri makanan dan minuman, hingga pariwisata.
Selain pendapatan haji, dikutip dari The Express Tribune dan berdasarkan Future Market Insight, dampak ekonomi terkait haji diperkirakan akan mencapai USD350 miliar pada 2032 atau sekitar SAR1,31 triliun. Nilai pendapatan akan naik drastis jika memasukkan pelaksanaan umrah.
Lebih lanjut, dalam laporan Future Market Insights ditunjukkan bahwa industri pariwisata Haji dan Umrah di Arab Saudi diperkirakan bernilai USD171,41 miliar pada 2024 atau sekitar Rp2.752,84 triliun. Nilai ini kemungkinan akan berlipat ganda menjadi USD343,55 miliar pada 2034.
Jumlah pendapatan pariwisata Arab Saudi dari haji pada 2024 hampir setara dengan total pendapatan Indonesia yang ditargetkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 yakni Rp2.802,3 triliun, termasuk dari pajak dan non-pajak.
"Pariwisata religi adalah tulang punggung pariwisata Arab Saudi dan akan memainkan peran yang lebih luas di masa depan juga," Turab Saleem, kepala konsultan perhotelan, pariwisata dan rekreasi di Knight Frank, mengatakan kepada Arab News.
Ekspansi yang luar biasa ini mempunyai beberapa pendorong permintaan. Pertama, meningkatnya jumlah jemaah haji setiap tahunnya mengakibatkan semakin besarnya permintaan terhadap layanan pariwisata termasuk akomodasi, transportasi, dan bimbingan keagamaan.
Ada juga kegiatan pembangunan infrastruktur dan hotel berskala nasional yang memenuhi perubahan kebutuhan dan harapan jamaah saat ini, sehingga sekali lagi memberikan kontribusi biaya pada layanan pariwisata haji.
Oleh karenanya, pariwisata religi telah lama menjadi tulang punggung industri pariwisata Arab Saudi. Namun, semakin jauhnya kita menjelajahi abad ke-21, semakin jelas potensi yang lebih besar yang dimilikinya. Di tengah perubahan global dan perkembangan teknologi, pariwisata religi di Arab Saudi menjanjikan peran yang semakin dominan di masa depan.
Dengan kekayaan warisan religiusnya yang tak tertandingi, Arab Saudi menarik jutaan peziarah dari seluruh dunia setiap tahunnya. Ka'bah, Masjidil Haram, dan Masjid Nabawi adalah tujuan utama bagi umat Islam dari segala penjuru bumi. Pengalaman spiritual yang mendalam di tempat-tempat suci ini tidak hanya memberi kesempatan untuk ibadah, tetapi juga untuk mendalami sejarah dan tradisi agama Islam.
Namun, penting untuk diakui bahwa pariwisata religi tidak hanya tentang aspek spiritual semata. Ini juga mencakup aspek ekonomi, sosial, dan budaya yang tak terhingga. Pertumbuhan pariwisata religi telah menciptakan lapangan kerja, merangsang pertumbuhan ekonomi lokal, dan mempromosikan pemahaman lintas budaya. Infrastruktur pariwisata, seperti akomodasi, transportasi, dan layanan lainnya, terus berkembang untuk menampung jumlah pengunjung yang terus meningkat.
Di samping itu, Arab Saudi juga telah mengadopsi inovasi teknologi dalam upaya untuk meningkatkan pengalaman peziarah. Aplikasi mobile, panduan digital, dan teknologi lainnya telah memudahkan peziarah dalam menjalankan ibadah mereka dan mengakses informasi penting.
Dengan berbagai kemajuan ini, pariwisata religi di Arab Saudi diproyeksikan akan memainkan peran yang semakin penting di masa depan. Tidak hanya sebagai tujuan spiritual, tetapi juga sebagai sumber pendapatan ekonomi yang signifikan dan jembatan budaya antara komunitas global. Dengan terus berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur, inovasi teknologi, dan promosi pariwisata, Arab Saudi berpotensi untuk mempertahankan posisinya sebagai pusat pariwisata religi terkemuka di dunia.