KABARBURSA.COM – Pasar saham Asia pada awal pekan ini menunjukkan pergerakan yang cukup stabil di tengah sentimen global yang beragam. Indeks Nikkei 225 Jepang terkoreksi 0,66 persen, disusul Hang Seng Hong Kong melemah 1,07 persen dan Shanghai Composite di Tiongkok turun 0,37 persen.
Di Korea Selatan, KOSPI mengalami penurunan tajam hingga 3,88 persen setelah reli signifikan sepanjang tahun. Sementara itu, Nifty 50 India melemah 0,82 persen. Berbeda dengan pasar lain, IHSG justru menguat 0,71 persen dan Straits Times Index Singapura naik tipis +0,46 persen.
Melansir dari laman Reuters, Senin, 11 Agustus 2025, aliran modal asing ke Asia masih kuat namun terfragmentasi. Taiwan menerima arus masuk dana sebesar USD7,78 miliar pada Juli. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak krisis 2008. Sementara Korea Selatan membukukan USD4,52 miliar. Optimisme terhadap sektor kecerdasan buatan (AI) menjadi pendorong utama.
Thailand juga mencatat pembalikan arus modal asing setelah sembilan bulan, meski investor tetap waspada terhadap risiko politik dan tingginya utang rumah tangga. Di sisi lain, India menghadapi pelemahan minat investor asing akibat tekanan tarif dan depresiasi rupee, mendorong aksi keluar modal dalam jumlah signifikan.
Di laman yang sama juga melaporkan, Pasar Korea Selatan terguncang oleh pengumuman kenaikan tarif pajak perusahaan dan transaksi saham. Kebijakan ini memicu koreksi 3,9 persen dalam satu hari pada indeks KOSPI yang sebelumnya sudah menguat 33,3 persen sepanjang tahun (Reuters).
Sorotan Analis dan Prospek Bursa Asia
Menurut Financial Times, Singapore Exchange (SGX) mencatat pendapatan dan laba bersih tertinggi dalam 25 tahun terakhir, didorong oleh minat IPO lebih dari 30 perusahaan. Kinerja ini ikut menopang kenaikan 37 persen pada indeks STI selama 12 bulan terakhir.
Sementara Eastspring menilai, meski kebijakan proteksionis AS memicu perlambatan, investor sebaiknya tetap cermat mengalokasikan portofolio dengan fokus pada revolusi AI, teknologi semikonduktor, serta peluang di China, India, dan Jepang.
Dari perspektif Invesco, faktor makro seperti kebijakan perdagangan, inflasi, dan hubungan dagang global akan terus menjadi penentu arah pasar Asia. Strategi yang disarankan adalah mempertahankan pandangan jangka panjang dan melakukan pemilihan saham berbasis analisis mendalam (bottom-up).
Pandangan Global: Diversifikasi dan Risiko
Pengamatan investor global yang dikutip Reuters menunjukkan pergeseran dana dari pasar AS ke Asia karena valuasi yang lebih kompetitif, penguatan mata uang regional, dan proyeksi pendapatan yang membaik di China dan Hong Kong.
Namun, Moody’s mengingatkan bahwa tarif AS yang lebih tinggi berpotensi mengancam pertumbuhan India. Sementara itu, meski Goldman Sachs masih mempertahankan pandangan overweight terhadap KOSPI dengan target 3.500, lembaga seperti Citi dan J.P. Morgan menilai kebijakan pajak baru Korea Selatan bisa menjadi beban jangka menengah bagi pasar.(*)