KABARBURSA.COM - NH Korindo Sekuritas Indonesia (NHKSI) research menyarankan agar pelaku pasar menyoroti situasi politik terkait pemilihan kepada daerah (Pilkada) 2024.
Menurut NHKSI research, kondisi politik jelang Pilkada ini bisa berpotensi menyumbangkan faktor uncertainty yang membuat pelaku pasar tidak nyaman.
"Sambil perhatikan situasi politik dalam negeri yang berpotensi menyumbangkan faktor uncertainty yang membuat pelaku pasar kurang nyaman menjelang Pilkada 2024" tulis NHKSI research kepada Kabar Bursa, Kamis, 22 Agustus 2024.
Selain itu pula, NHKSI research juga menyarankan untuk memperhatikan rotasi sektor mana yang kira-kira bisa mendukung penguatan market selanjutnya.
IHSG Diprediksi Bergerak Mixed
Sementara itu research team PT Reliance Sekuritas Tbk, memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak mixed pada perdagangan hari ini, Kamis, 22 Agustus 2024.
"Kami memproyeksikan IHSG akan bergerak mixed dengan kecenderungan melemah, dengan support pada level 7,467 dan resistance pada level 7,595," tulis research team Reliance Sekuritas kepada Kabar Bursa, Kamis, 22 Agustus 2024.
Reliance Sekuritas juga memandang, pasar akan mencermati rilis data current account Indonesia pada 2Q24 yang diperkirakan mencatat deficit sebesar USD 0.9 miliar.
Dari bursa Asia, pada pagi ini telah diperdagangkan di zona hijau. Reliance Sekuritas menyebut, perdagangan indeks Nikkei 225 diperdagangkan menguat (+0.85 persen).
Sedangkan, index Kospi diperdagangkan menguat (+0.13 persen). Jepang mencatat kenaikan pada Composite PMI menjadi 53 pada Aug-24 didorong oleh pertumbuhan pada service maupun manufacturing PMI.
Sementara itu dari bursa Amerika Serikat, mayoritas indeks utama ditutup menguat setelah rilisnya risalah rapat dewan gubernur The Fed pada hari rabu yang mengisyaratkan bahwa mayoritas dewan gubernur mengisyaratkan mungkin tepat untuk mulai menurunkan suku bunga bulan depan jika perkembangan inflasi baru-baru ini berlanjut.
BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen
Diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility 5,50 persen, dan suku bunga Lending Facility 7,00 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut, keputusan itu diambil berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang digelar pada 21 Agustus 2024.
“Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stabilitilas yaitu sebagai langkah pre emptive dan forwardlooking untuk memastikan inflasi dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025,” kata Perry dalam konferensi persnya di Gedung BI, Jakarta, Rabu 21 Agustus 2024.
Di samping itu, Perry juga mengaku keputusan itu dilakukan untuk menjaga efektivitas aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-pertumbuhan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.
Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat konsistensi infrastruktur dan struktur sistem pembayaran industri serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.
Diketahui, BI Rate saat ini berada di level 6,25 persen dengan suku bunga deposit facility 5,50 persen dan suku bunga lending facility 7 persen. Belakangan, banyak pihak yang meramal BI akan memangkas suku bunga acuannya di sisa tahun 2024. Peluang pemangkasan BI Rate semakin lebar tak kala kondisi makro ekonomi dalam negeri membaik.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat inflasi sebesar 2,13 persen secara tahun (year-on-year/yoy). Di sisi lain, BPS juga mencatat deflasi tiga bulan berturut-turut sebesar 0,18 persen (month-to-month/mtm) di bulan Juli 2024.
Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah menuturkan, BI memiliki peluang memangkas suku bunganya di bulan ini. Hal itu dia ungkap menyusul data-data ekonomi makro dalam negeri.
Di samping itu, penguatan nilai tukar rupiah yang berada di level Rp15,545 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Senin, 19 Agustus 2024, membuka peluang pemangkasan suku bunga semakin lebar.
“Kalau dilihat dari inflasi dan nilai tukar, inflasi mengalami deflasi tiga bulan berturut-turut, sementara nilai tukar menguat kembali ke level Rp15,000an, BI punya peluang menurunkan suku bunga,” kata Piter saat dihubungi Kabar Bursa, Selasa, 21 Agustus 2024.
Akan tetapi, Piter mengingatkan, BI perlu menunggu keputusan Faderal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar pada Kamis, 22 Agustus 2024. Jika bank sentral AS memangkas suku bunganya, peluang penurunan BI Rate juga akan semakin besar.
“Kalau BI meyakini The Fed akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat ini, BI bisa saja menurunkan suku bunga acuan pada bulan ini,” tutup Piter.
Pasar Menanti Sinyal Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Pasar saat ini tengah menantikan arahan dari Federal Reserve System (The Fed) terkait rencana pemangkasan suku bunga pada September 2024.
Sebagai informasi, Simposium Jackson Hole oleh Federal Reserve AS akan mencapai puncaknya pada Jumat, 23 Agustus 2024, dengan Gubernur The Fed Jerome Powell yang akan berbicara tentang prospek ekonomi.
Hingga saat ini, The Fed masih menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25-5,5 persen dengan sinyal pemangkasan pada September 2024, sementara Bank Indonesia menahan suku bunga di level 6,25 persen.(*)