KABARBURSA.COM - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) melaporkan hasil keuangan semester I tahun 2024 dengan pendapatan usaha sebesar USD1,62 miliar. Hal ini mencerminkan peningkatan 18,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meskipun ada kenaikan pendapatan, maskapai nasional ini masih mencatat kerugian bersih sebesar USD100,35 juta, yang menandakan tantangan operasional di tengah upaya pemulihan pasca-restrukturisasi finansial.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Selasa, 1 Oktober 2024, selama periode Januari hingga Juni 2024, Garuda Indonesia mencatatkan total pendapatan usaha sebesar USD1,62 miliar, naik dari USD1,37 miliar pada semester pertama 2023. Peningkatan pendapatan ini didorong oleh pemulihan permintaan perjalanan udara serta optimalisasi operasi penerbangan.
Namun, beban pokok penjualan dan pendapatan turut meningkat, sehingga laba kotor tetap di angka yang sama dengan pendapatan usaha, yakni USD1,62 miliar. Beban penjualan meningkat menjadi USD84,1 juta, sementara beban umum dan administrasi naik menjadi USD103,4 juta dari USD86,7 juta pada tahun sebelumnya.
Selanjutnya, Garuda masih menghadapi beban keuangan yang cukup tinggi dengan total beban bunga dan keuangan mencapai USD246,4 juta, naik dari USD222,7 juta pada tahun sebelumnya. Beban keuangan yang besar ini merupakan salah satu faktor utama yang menekan profitabilitas maskapai.
Meskipun terdapat keuntungan dari selisih kurs mata uang asing sebesar USD22,7 juta, fluktuasi nilai tukar tetap mempengaruhi biaya operasional perusahaan dalam mata uang asing.
Pada gilirannya, meskipun terdapat peningkatan pada pendapatan, perusahaan mencatatkan kerugian sebelum pajak sebesar USD112,95 juta. Setelah memperhitungkan pajak penghasilan, Garuda mengalami kerugian bersih sebesar USD100,35 juta, lebih besar dibandingkan kerugian USD76,38 juta pada semester pertama 2023.
Direksi menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk terus melakukan upaya pemulihan setelah restrukturisasi finansial yang dilakukan sebelumnya. Meskipun pendapatan mengalami peningkatan, tantangan dalam mengelola beban operasional dan keuangan tetap menjadi fokus utama.
"Direksi mencatat bahwa meskipun ada peningkatan permintaan di sektor penerbangan, beban bunga dan biaya operasional yang tinggi masih menjadi kendala utama yang menghambat pencapaian profitabilitas," ujarnya dalam keterbukaan informasi tersebut.
Kinerja Garuda Indonesia menunjukkan adanya pemulihan dari sisi pendapatan, namun tantangan finansial masih membayangi, terutama terkait dengan beban operasional dan keuangan yang signifikan. Maskapai ini perlu terus melakukan efisiensi biaya dan mencari strategi untuk mengurangi beban keuangannya agar dapat mencapai profitabilitas yang lebih berkelanjutan di masa depan.
"Dalam menghadapi tantangan ini, direksi menekankan pentingnya strategi efisiensi biaya dan optimisasi operasi untuk meminimalkan kerugian dan memaksimalkan pendapatan," sambung keterangan direksi GIAA.
Harga Saham Garuda (GIAA)
Hari ini, saham GIAA mengalami penurunan yang signifikan, mencatatkan harga penutupan pada Rp67, turun Rp3 atau setara dengan 4,00 persen dari harga sebelumnya yang berada di Rp70. Penurunan ini terjadi di tengah volume perdagangan yang cukup aktif, dengan 152.995 saham diperdagangkan dalam 464 transaksi, menghasilkan total nilai perdagangan mencapai Rp1,1 miliar.
Saham GIAA dibuka pada harga Rp70, yang sama dengan harga penutupan sebelumnya. Namun, dalam pergerakannya, harga saham menyentuh level terendah hari ini di Rp67, sebelum akhirnya ditutup pada harga yang sama. Meskipun ada upaya untuk mempertahankan harga di level Rp70, tekanan jual yang kuat menyebabkan saham ini tidak mampu bertahan.
Memasuki pekan ini, saham GIAA menghadapi turbulensi yang cukup berat. Dalam waktu hanya satu minggu, harga sahamnya merosot tajam hingga 10,67 persen.
Namun, tidak semua cerita adalah tentang penurunan. Selama sebulan terakhir, ada sinar harapan di balik awan kelabu tersebut. Harga saham GIAA berhasil bangkit dan mencatatkan kenaikan sebesar 6,35 persen.
Melangkah lebih jauh, dalam tiga bulan terakhir, performa saham GIAA mencatatkan lonjakan yang mengesankan sebesar 31,37 persen. Angka ini mengisyaratkan adanya pergeseran sentimen positif di pasar, mungkin dipicu oleh langkah-langkah strategis dan upaya pemulihan yang dilakukan oleh Garuda.
Selama enam bulan terakhir, GIAA menunjukkan kinerja yang stabil dengan peningkatan sebesar 11,67 persen. Meski dalam perjalanan ini tidak selalu mulus, angka ini mencerminkan ketahanan dan kemampuan perusahaan untuk beradaptasi di tengah gelombang ketidakpastian.
Namun, perjalanan ini tidak lepas dari rintangan. Dalam jangka waktu satu tahun, saham GIAA masih terperosok, mencatatkan penurunan signifikan sebesar 27,17 persen. Meskipun ada harapan di horizon yang lebih dekat, tantangan struktural yang dihadapi maskapai, terutama dampak dari pandemi dan proses restrukturisasi, masih menjadi bayang-bayang yang membayangi. (*)