Logo
>

Pendapatan SSIA Naik 27,9 Persen, Laba Bersih Capai Rp228 Miliar

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Pendapatan SSIA Naik 27,9 Persen, Laba Bersih Capai Rp228 Miliar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) melaporkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp3,861,7 miliar untuk periode 9 bulan pertama tahun 2024 (9M24). Pendapatan tersebut meningkat 27,9 persen dari Rp3,020,4 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya (9M23). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh kenaikan pendapatan konstruksi sebesar 26,7 persen (Rp532,9 miliar), sementara pendapatan dari segmen properti dan perhotelan SSIA masing-masing tumbuh sebesar 63,4 persen dan 23,3 persen.

    Sepanjang 9M24, EBITDA SSIA naik 94,3 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp660,0 miliar dari Rp339,7 miliar di 9M23. Peningkatan ini didorong oleh lonjakan EBITDA properti sebesar 235,7 persen (Rp196,7 miliar). Seperti keterangan resmi di Jakarta, Senin 4 November 2024.

    SSIA berhasil mencatat laba bersih konsolidasi sebesar Rp228,4 miliar di 9M24, setelah sebelumnya mengalami kerugian bersih sebesar Rp23,7 miliar pada 9M23. Kenaikan signifikan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan laba bersih dari sektor properti sekitar 949,9 persen (Rp266,6 miliar).

    Pengumuman Pendapatan Konsolidasi

    PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mengumumkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp2.341,7 miliar pada semester pertama 2024. Pendapatan ini naik 27,4 persen dari Rp1.838,2 miliar yang dicatatkan pada periode yang sama tahun lalu.

    Kenaikan ini terutama dipicu oleh peningkatan pendapatan dari sektor konstruksi yang tumbuh 29,4 persen (Rp364,2 miliar). Selain itu, pendapatan dari segmen properti dan perhotelan SSIA masing-masing meningkat 10,8 persen dan 28,0 persen (Rp27,6 miliar dan Rp111,3 miliar), demikian diungkapkan manajemen SSIA dalam siaran pers yang dikutip Jumat, beberapa waktu lalu.

    Sebagai hasilnya, laba bersih konsolidasi SSIA pada semester pertama 2024 mencapai Rp105,6 miliar, berbalik dari rugi bersih sebesar Rp51,2 miliar pada semester pertama 2023. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh transfer saham SSIA dan saham baru SCS kepada PT Puri Bumi Lestari dengan total Rp3.099,1 miliar.

    SSIA memproyeksikan tiga bisnis utamanya akan berkinerja sangat baik pada tahun 2024, terutama dalam penjualan lahan industri yang diperkirakan akan mengalami siklus kenaikan yang serupa dengan tahun 2010-2011. Ekspektasi ini didasarkan pada hasil positif dari Pemilu Indonesia 2024.

    Sebagai tambahan informasi, laba kotor pada semester pertama 2024 meningkat 36,4 persenYoY menjadi Rp619,5 miliar, naik dari Rp454,2 miliar pada semester pertama 2023. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan laba kotor properti sebesar 48,6 persen (Rp44,7 miliar) dan laba kotor perhotelan sebesar 33,6 persen (Rp84,2 miliar).

    EBITDA pada semester pertama 2024 naik 56,0 persen YoY menjadi Rp286,9 miliar dari Rp183,9 miliar pada semester pertama 2023. Peningkatan ini merupakan hasil dari peningkatan EBITDA properti sebesar 57,9 persen (Rp23,7 miliar) dan EBITDA perhotelan sebesar 47,2 persen (Rp46,2 miliar).

    Posisi kas perusahaan pada semester pertama 2024 mencapai Rp3.712,6 miliar, meningkat 310,3 persen dari Rp904,9 miliar pada kuartal pertama 2024. Sementara itu, utang berbunga sebesar Rp2.059,0 miliar pada semester pertama 2024, turun 14,3 persen dari Rp2.403,5 miliar pada kuartal pertama 2024, sehingga rasio utang terhadap ekuitas (gearing) menjadi 27,3 persen dari sebelumnya 53,4 persen.

    Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham 

     PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) bersama PT Anarawata Puspa Utama (APU) telah menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham dan Pengambilan Saham-Saham Baru atas anak perusahaan PT Suryacipta Swadaya (SCS).

    Dalam perjanjian ini, SSIA dan APU sepakat melakukan transaksi senilai total Rp3,1 triliun. Transaksi ini mencakup pengambilalihan sebanyak 55,80 juta saham SCS milik SSIA senilai Rp169,8 miliar serta pengambilan seluruh saham baru yang akan diterbitkan SCS sejumlah 962,70 juta saham dengan nilai Rp2,9 triliun oleh APU.

    Presiden Direktur SSIA, Johannes Suriadjaja bahwa setelah transaksi tersebut, SCS akan tetap menjadi anak perusahaan yang terkonsolidasi dalam SSIA. SSIA akan memiliki 1,77 miliar saham di SCS atau mewakili 63,5 persen dari seluruh modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh di SCS. Seperti dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat, 17 Mei 2024.

    “Perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham atas rencana transaksi ini melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) SSIA yang akan diselenggarakan pada 21 Juni 2024,” ujar Johannes.

    Johannes juga menjelaskan bahwa SSIA akan terus fokus mengembangkan bisnis guna mewujudkan visi “building a better Indonesia,” salah satunya dengan menggandeng investor strategis yang memiliki visi dan tujuan yang sama.

    “Kami optimistis bahwa langkah ini dapat membuat SSIA semakin besar dan memberikan manfaat lebih bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan kami,” tambahnya.

    Menurut Johannes, adanya investor strategis ini akan memperkuat struktur permodalan SCS dengan mengurangi hutang bank, mengurangi biaya bunga, serta menambah ekuitas, sehingga membuat SCS lebih kompetitif.

    “SCS akan lebih cepat dalam pengembangan Kawasan Industri Subang Smartpolitan, sehingga akan lebih menarik bagi para calon pembeli kawasan industri tersebut,” jelas Johannes.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.