KABARBURSA.COM - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) meraup pendapatan konsolidasi sebesar Rp1.06 triliun pada kuartal I 2025. Pendapatan itu menyusut sebesar 2,1 persen dibanding periode serupa tahun lalu yakni Rp1.09 triliun.
VP of Investor Relations & Sustainability SSIA Erlin Budiman menyampaikan, segmen properti mencatat pertumbuhan dengan kenaikan pendapatan sebesar 2,6 persen menjadi Rp163,8 miliar.
"Segmen konstruksi menunjukkan kinerja kuat dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 24,5 persen menjadi Rp887,6 miliar," ujar dia dalam keterangan tertulis dikutip Kamis, 8 Mei 2025.
Sementara, dari segmen perhotelan, SSIA meraup pendapatan sebesar Rp99,6 miliar, turun 57,3 persen secara tahunan. Erlin menyebut, penurunan ini disebabkan oleh adanya penutupan sementara Hotel Melia Bali untuk renovasi yang dimulai pada Oktober 2024.
"Meskipun segmen perhotelan mengalami penurunan sementara akibat renovasi yang telah direncanakan, SSIA memandang hal ini sebagai investasi strategis untuk meningkatkan portofolio hotel dan meraih nilai tambah yang lebih tinggi dalam jangka menengah," ungkap Erlin.
Laba kotor SSIA pada kuartal I 2025 mengalami penurunan 35,0 persen secara tahunan menjadi Rp199,5 miliar, dibandingkan Rp307,0 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, lanjut Erlin, penurunan juga terjadi dari segi EBITDA sebesar Rp36,3 miliar pada kuartal I 2025, susut dari Rp147,1 miliar pada kuartal I 2024.
"Penurunan ini terutama disebabkan penurunan kinerja pada segmen perhotelan akibat aktivitas renovasi yang sedang berlangsung. EBITDA segmen ini turun sebesar Rp90,0 miliar secara tahunan," jelasnya.
Di sisi lain, SSIA membukukan rugi bersih konsolidasian sebesar Rp21,7 miliar pada kuartal I 2025, dibandingkan rugi bersih sebesar Rp14,9 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan, likuiditas SSIA tetap menunjukan penguatan dengan kas sebesar Rp2.196,0 miliar, serta pengelolaan keuangan yang hati-hati dengan rasio utang terhadap ekuitas sebesar 12,6 persen yang terus menopang stabilitas dan potensi pertumbuhan Perseroan.
"Kinerja Perseroan pada 1Q25 menegaskan pendekatan disiplin dalam alokasi modal serta kesiapan untuk menangkap peluang pertumbuhan yang sejalan dengan kepentingan investor," terang Erlin.
SSIA sendiri sukses meraih catatan positif sepanjang 2024 (FY24) di semua tiga segmen bisnis utama (properti, konstruksi, dan perhotelan).
Dalam keterangan resmi disebutkan, pendapatan bersih SSIA sepanjang tahun lalu meningkat sebesar 32,6 persen year on year (YoY) menjadi Rp234,2 miliar dari Rp176,6 miliar di FY23.
"Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan bersih properti sebesar 154,8 persen YoY," ujar Erlin dalam keterangan tertulis dikutip pada Selasa, 1 April 2025.
Laba kotor SSIA pada FY24 meningkat sebesar 32,5 persen YoY menjadi Rp1.759,0 miliar, naik dari Rp1.327,2 miliar di FY23. Erlin menjelaskan, peningkatan ini didorong oleh kenaikan laba kotor properti sebesar 70,7 persen (Rp330,9 miliar).
"Kenaikan laba kotor konstruksi sebesar 20,7 persen (Rp65,7 miliar), dan kenaikan laba kotor perhotelan sebesar 5,8 persen (Rp33,7 miliar)," jelasnya.
Sementara itu, EBITDA SSIA sepanjang 2024 meningkat sebesar 44,9 persen YoY menjadi Rp1.051,7 miliar dari Rp726,0 miliar di tahun lalu.
Catatan tersebut sebagai hasil dari peningkatan EBITDA properti sebesar 76,3 persen (Rp281,7 miliar) dan EBITDA konstruksi sebesar 26,7 persen (Rp54,7 miliar).
"SSIA mencapai laba bersih konsolidasi sebesar Rp234,2 miliar di FY24 dari laba bersih Rp176,6 miliar di FY23," ungkap Erlin.
Adapun posisi kas SSIA di 2024 adalah Rp2.633,8 miliar, meningkat sebesar 116,1 persen dari Rp1.219,0 miliar di FY23. Sedangkan, utang yang dikenakan bunga sebesar Rp796,5 miliar di FY24, turun sebesar 68,5 persen dari Rp2.526,4 miliar pada tahun sebelumnya.
"Di FY24 rasio utang/modal (gearing) adalah 10,0 persen," kata Erlin.
Unit properti SSIA, yang mencakup pendapatan dari kawasan industri, biaya pemeliharaan, sewa komersial, dan residensial, memperoleh pendapatan sebesar Rp2.263,2 miliar di FY24, meningkat 165,0 persen dari Rp854,0 miliar di FY23.
Erlin menjelaskan, PT Suryacipta Swadaya (SCS), bisnis utama Perusahaan, meraih hasil posisi di sektor properti. Dia bilang, sepanjang 2024 SCS menutup penjualan pemasaran seluas 162,4 hektar (Rp2.001,7 miliar) dari inventaris tanah Suryacipta Karawang dan Subang Smartpolitan.
"Meningkat 704,2 persen dari penjualan FY23 seluas 20,2 hektar (Rp390,8 miliar)," ujar Erlin.
SCS sendiri melaporkan pendapatan sebesar Rp2.193,6 miliar di FY24, naik 220,4 persen dari Rp684,8 miliar di FY23. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan 384,2 persen dalam penjualan tanah yang tercatat (Rp1.868,4 miliar di FY24 dibandingkan dengan Rp385,8 miliar di FY23).
Di sisi lain, unit bisnis konstruksi SSIA yakni PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), mengamankan kontrak baru senilai Rp3.707,5 miliar di FY24, meningkat 26,8 persen dari Rp2.924,7 miliar di FY23.
"Sehingga, total order book NRCA mencapai Rp3.432,8 miliar pada akhir tahun 2024," tutur Herlin.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.