KABARBURSA.COM - Peneliti bidang ekonomi The Indonesian Institute Putu Rusta Adijaya menilai pemerintah tidak mungkin merealisasikan target pemakaian energi baru terbarukan (EBT) minimal 23 persen pada 2025.
Ia berkaca pada capaian pemerintah tahun 2023. Pasalnya, realisasi EBT pada tahun itu juga tidak tercapai.
"Target 23 persen EBT tahun 2025 itu sudah sangat tidak memungkinkan karena realisasi tahun 2023 kemarin cuma 13,1 persen dari target 17,9 persen," kata Putu saat dihubungi KabarBursa, Minggu, 25 Februari 2024.
Ditinjau dari aspek ekonominya, Putu melihat memang batu bara memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan sumber lain. Namun menurutnya dari aspek emisi, EBT juaranya.
"Memang nilai produksi batu bara masih lebih murah dibandingkan produksi EBT tapi kalau kita melihat life cycle emission EBT itu rendah alias menghasilkan emisi yang lebih rendah," ujarnya.
Putu menerangkan bahwa teknologi yang semakin mutakhir pada akhirnya membuat EBT lebih murah.
"Itu terlihat dari levelized cost of electricity EBT sekarang semakin rendah akibat adanya perkembangan teknologi," jelas Putu.
Sementara itu, soal wacana pemerintah menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pada 2050, Putu meyakini itu hanya persoalan kemauan pemerintah.
"Ini masalah political will pemerintah saja," tegasnya. (ari/prm)