KABARBURSA.COM - Pada perdagangan Jumat, 3 Mei 2024, pasar surat utang Indonesia berpotensi melanjutkan reli yang telah dimulai sejak kemarin, Kamis, 2 Mei. Faktor pendorongnya ialah momentum bullish dari pasar obligasi global yang meningkatkan harga surat utang. Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya ekspektasi terhadap kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh The Fed tahun ini.
Imbal hasil Treasury Amerika Serikat (AS), kemarin malam, terpangkas menjadi 4,58 persen untuk tenor 10 tahun. Sementara untuk tenor 2 tahun turun sebesar 9 bps menjadi 4,87 persen.
Indeks harga obligasi di pasar negara maju dan berkembang juga ditutup menguat masing-masing sebesar 0,2 persen dan 0,3 persen. Peningkatan minat pada surat utang global disebabkan oleh meningkatnya optimisme pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga The Fed, terutama setelah hasil pertemuan FOMC.
Saat ini, pasar menantikan rilis data pasar tenaga kerja malam ini. Angka pengangguran AS pada April diperkirakan akan tetap sekitar 3,8 persen, sementara jumlah rekrutmen tenaga kerja yang digunakan sebagai proksi data Nonfarm Payrolls diperkirakan akan turun menjadi 240.000 dari 300.000 pada Maret.
Jika prediksi tersebut terpenuhi, kemungkinan besar akan memperkuat peluang bagi The Fed untuk melakukan pemangkasan suku bunga tahun ini, terutama setelah data lowongan kerja baru (JOLTS job opening) menurun menjadi 8,49 juta dari 8,81 juta pada Februari, serta aktivitas manufaktur AS yang mengalami penurunan hingga masuk ke zona kontraksi.
Pasar global saat ini lebih optimistis terhadap pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini, didukung oleh pernyataan Jerome Powell, Gubernur The Fed, yang percaya bahwa prospek penurunan inflasi core jasa dan risiko percepatan inflasi relatif rendah.
Semua perkembangan ini diperkirakan akan memberikan dorongan positif tambahan bagi pasar surat utang Indonesia hari ini, setelah mayoritas tenor mengalami reli harga kemarin. Yield SBN 10 tahun telah menurun menjadi 7,167 persen, diikuti oleh penurunan yield tenor pendek 3 tahun sebesar 1,9 bps menjadi 7,063 persen dan tenor 15 tahun turun 8,4 bps menjadi 7,113 persen.
Lionel Prayadi, Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas dan Analis Riset Nanda P Rahmawati, memprediksi bahwa momentum bullish pasar global dapat mendorong yield INDOGB (SBN berdenominasi rupiah) 10 tahun untuk bergerak ke kisaran 7,1 persen-7,2 persen, namun penurunan yield INDON (SBN berdenominasi USD) kemungkinan akan lebih terbatas karena selisih antara yield 2 tahun INDON dan UST yang relatif rendah. Prediksi ini mencerminkan prospek yield akan berada di kisaran 5,40-5,50 persen.
Sementara itu, rupiah juga berpotensi menguat dalam kisaran Rp16.150-Rp16.250 per USD. Secara teknikal, ada potensi penguatan lebih lanjut menuju Rp16.150-Rp16.100 per USD, dengan target penguatan berikutnya di Rp16.050 per USD.
Dalam jangka menengah, rupiah berpotensi membentuk tren Higher High, mendekati MA-50 dan MA-100, serta berada di dalam trendline channel yang berpotensi menuju Rp15.980 per USD, seperti tercermin dari time frame daily dan chart tren satu tahun ke belakang.
Namun, jika sentimen pasar berbalik tidak menguntungkan rupiah, ada level support terdekat sekitar Rp16.220 per USD, dengan kisaran pergerakan rupiah dalam support di antara Rp16.200-Rp16.300 per USD.