KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) angkat bicara mengenai penutupan perdagangan fisik di marketplace oleh PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyatakan pihaknya telah mendengar penjelasan dari Bukalapak terkait penutupan perdagangan fisik tersebut.
"Kami udah menggelar dengar pendapat dengan mereka (Bukalapak). Mudah-mudahan hari ini ada keterbukaan informasi dari mereka untuk mengklarifikasi yang ditutup itu apanya," kata Yetna kepada wartawan di Gedung BEI Jakarta, Kamis, 9 Januari 2025.
Nyoman menjelaskan, Bukalapak tidak menutup seluruh perdagangan di marketplace, melainkan hanya perdagangan fisik saja. Namun marketplace untuk penjualan fisik ini mampu memberikan kontribusi lebih dari 50 persen terhadap pertumbuhan Bukalapak.
Dengan begitu, bisa dipastikan jika Bukalapak masih akan berjualan di marketplace dengan bentuk non fisik atau produk virtual.
Nyoman melanjutkan, langkah Bukalapak beralih ke perdagangan non fisik merupakan upaya untuk melakukan efisiensi. Dia bilang, Bukalapak sudah mengetahui pola bisnis mana yang bisa mendatangkan revenue lebih tinggi.
"Dari e-commerce itu kelihatan bahwa yang nonfisik itu lebih tinggi," ujarnya.
Di sisi lain, Nyoman belum mengetahui apakah langkah yang diambil Bukalapak ini berdampak terhadap layoff para karyawan atau tidak. Dan terkait hal ini, pihak perusahaan juga akan memberi jawaban.
Keputusan Bukalapak
Sementara itu, Bukalapak telah memberikan konfirmasi jika bisnis marketplace mereka akan tetap berjalan, khususnya untuk yang nonfisik atau virtual. Namun, keputusan ini dinilai kurang tepat.
Pengamat Pasar Modal Wahyu Laksono, menganggap Bukalapak telah keluar dari persaingan ketat dalam perdagangan fisik di marketplace
Dia pun mengakui, keputusan yang diambil Bukalapak tersebut dirasa kurang tepat, karena persaingan di produk virtual tidak kalah ketatnya. Apalagi, masyarakat saat ini sudah mengenal beberapa platform populer untuk melakukan pembayaran virtual.
"Saya kurang yakin ini rencana signifikan dan strategis," kata Wahyu kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Rabu, 8 Januari 2025.
Lebih lanjut, Wahyu menilai, berbisnis di produk virtual berpotensi mengeluarkan biaya yang banyak. Karena itu, dia merasa Bukalapak seharusnya membuka peluang lain yang lebih strategis untuk mendukung kinerja perusahaan dalam jangka panjang.
"Untuk ini (produk virtual) perlu kecerdasan dan dana besar sehingga sangat sulit sepertinya," ungkap dia.
Selain itu, Wahyu juga berpendapat untuk menekuni bisnis di dunia virtual dibutuhkan jaringan luas yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam hal ini, ia mencontohkan BRI Link karena mempunyai jaringan luas di kota-kota kecil tanah air.
"BRI link sepertinya lebih unggul untuk transaksi (pembayaran atau jual beli) produk virtual," ungkap dia.
Adapun setelah pengumuman mengenai berakhirnya penjualan fisik di marketplace, saham Bukalapak yakni BUKA bertengger di zona merah.
Tutup Perdagangan Fisik
Diberitakan sebelumnya, Bukalapak menjelaskan bahwa penghentian penjualan barang fisik di marketplace akan berlaku hingga 9 Februari 2025.
Meskipun penutupan ini akan membawa perubahan besar bagi para pelaku usaha dan konsumen, Bukalapak memberikan waktu bagi pengguna untuk melakukan pesanan produk fisik hingga tanggal yang telah ditentukan.
Beberapa kategori produk yang masih dapat dipesan meliputi aksesoris rumah, elektronik, fashion, perawatan kecantikan, hobi dan koleksi, serta bahkan kendaraan dan spare part.
Bukalapak juga menyediakan panduan yang memudahkan pedagang dalam menarik saldo, mengunduh riwayat transaksi, dan proses pengembalian dana yang akan dibayarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Perubahan ini jelas merupakan langkah transformasi yang cukup signifikan bagi Bukalapak, yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu marketplace terbesar di Indonesia dengan berbagai produk fisik yang dapat dibeli konsumen.
Sebagai langkah strategis untuk memperdalam fokusnya pada pasar produk virtual, Bukalapak akan berupaya untuk menjadikan platform mereka lebih efisien dan relevan dengan tren teknologi dan kebutuhan konsumen yang terus berkembang.
Selanjutnya, sebagai bentuk dukungan, perusahaan juga memastikan bahwa transisi ini akan berlangsung lancar, dengan komitmen untuk mendampingi para pedagang dalam menghadapi perubahan yang tidak bisa dipungkiri akan mempengaruhi usaha mereka.
Bukalapak menyadari bahwa penghentian layanan marketplace produk fisik ini memiliki dampak besar bagi banyak pihak yang selama ini bergantung pada platform tersebut, baik itu konsumen yang membeli produk fisik maupun pelapak yang menjalankan bisnisnya di Bukalapak.
Dengan menghadirkan panduan untuk pelapak, perusahaan berharap dapat membantu mereka melalui masa transisi ini dan memastikan keberlanjutan bisnis mereka dalam perubahan ke arah yang lebih fokus pada layanan produk digital dan virtual yang kian berkembang pesat di Indonesia.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.