KABARBURSA.COM - Penjualan mie instan mengalami pergerakan pesat sebesar 30 persen sejak beberapa bulan lalu. Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Bobby Gafur Umar, mengatakan bahwa pergerakan pesat penjualan mie instan ini menandakan bahwa masyarakat benar-benar dalam keadaan terpuruk.
Diketahui, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen pada Agustus kemarin. Meski deflasi kali ini lebih kecil dibandingkan Juli lalu, namun ini telah terjadi selama empat bulan berturut-turut. Artinya, daya beli masyarakat kian menurun.
Bobby mengungkapkan kekhawatirannya terhadap perubahan pola konsumsi masyarakat yang mulai beralih dari makanan mewah ke makanan lebih murah, seperti mi instan.
"Artinya, ketika hal ini terlihat, kita harus lebih berhati-hati," ujarnya dalam sebuah acara pada Selasa, 3 September 2024.
Bobby menyoroti rencana pemerintah untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025 mendatang. Menurutnya, kenaikan PPN ini akan berdampak langsung pada peningkatan harga barang, yang pada akhirnya akan semakin memberatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ia juga mencatat bahwa deflasi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan penurunan daya beli masyarakat. Selain itu, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia telah mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut, turun dari 49,3 pada Juli menjadi 48,9 pada Agustus. Ini menandakan bahwa sejak Juli, PMI manufaktur domestik tidak lagi berada dalam zona ekspansif.
Bobby menekankan pentingnya kebijakan yang tidak hanya memikirkan dampak jangka panjang, seperti pajak dan cukai, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan mendesak untuk bertahan dalam jangka pendek.
"Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang solid antara departemen perindustrian, perdagangan, dan keuangan dalam merancang kebijakan yang tepat. Setidaknya, ada tiga kunci penting yang harus dipertimbangkan untuk menemukan regulasi yang dapat menjaga daya beli masyarakat hingga akhir tahun," tegas Bobby.
Laba ICBP Turun
Di awal Agustus lalu, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), produsen mi instan terkemuka dengan merek Indomie, melaporkan penurunan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp3,53 triliun pada semester I-2024. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 38,20 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan Rp5,72 triliun yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.
Dalam laporan keuangan yang berakhir pada 30 Juni 2024, ICBP mencatat peningkatan penjualan bersih konsolidasi sebesar 7 persen, mencapai Rp36,96 triliun, naik dari Rp34,48 triliun pada semester pertama tahun 2023. Penjualan mi instan tetap menjadi kontributor utama dengan menyumbang Rp27,29 triliun, naik 7,78 persen yoy dari Rp25,32 triliun setahun sebelumnya. Penjualan produk dairy juga mengalami peningkatan, mencapai Rp5,03 triliun, dibandingkan Rp4,86 triliun pada tahun sebelumnya.
Meski penjualan meningkat, beban pokok penjualan ICBP turut naik 4,69 persen yoy menjadi Rp22,97 triliun. Namun, laba usaha menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 25 persen, mencapai Rp8,89 triliun, dengan marjin usaha yang membaik dari 20,6 persen menjadi 24,1 persen.
Beban operasional lainnya juga mengalami kenaikan, termasuk beban penjualan dan distribusi yang naik menjadi Rp3,84 triliun dari Rp3,71 triliun setahun sebelumnya, serta beban umum dan administrasi yang meningkat menjadi Rp1,46 triliun dari Rp1,28 triliun. Selain itu, beban operasi lainnya naik menjadi Rp178,39 miliar, dan beban keuangan melonjak signifikan menjadi Rp3,84 triliun dari Rp989,31 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Total aset ICBP juga mengalami peningkatan, dari Rp119,26 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp125,20 triliun per 30 Juni 2024.
Meskipun laba bersih mengalami penurunan, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ICBP, Anthoni Salim, mengungkapkan kepuasannya terhadap kinerja perusahaan selama semester pertama 2024. Ia menegaskan bahwa ICBP akan terus fokus pada penguatan kinerja dan daya saing untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan, meski di tengah tantangan ketidakpastian global.
"Di tengah ketidakpastian global, semua segmen bisnis kami berhasil mencatat pertumbuhan penjualan dan laba usaha. Ke depannya, kami akan fokus pada pemanfaatan ketahanan model bisnis kami untuk mendorong kinerja dan mempertahankan daya saing demi pertumbuhan berkelanjutan," ujar Anthoni Salim.
Sementara itu, pada perdagangan kemarin, pergerakan saham ICBP ditutup turun 0,22 persen atau -25 poin dan terus turun sebesar 0,44 persen atau setara dengan -50 poin pada pukul 10.25 WIB pada hari ini, 4 September 2024. Saham ICBP diperdagangkan sebesar Rp11.325.
Indofod CBP Sukses Makmur adalah anak usaha Indofood Sukses Makmur yang bergerak di bidang produksi barang konsumen yang bergerak cepat.(*)