KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel di Indonesia terkontraksi sebesar 2,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada April 2024. Kondisi ini menunjukkan penjualan ritel berbalik tajam dari kenaikan sebesar 9,3 persen pada bulan sebelumnya, yang merupakan laju tercepat sejak Maret 2022.
Penurunan ini bisa membuat emiten pengelola pusat perbelanjaan atau mal tertekan. Saham-saham emiten pengelola mal ini juga berkinerja buruk sepanjang 2024. Sejumlah emiten yang dimaksud adalah pengelola mal Central Park, yakni PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). Ada juga saham pemilik Plaza Indonesia PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN).
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga mengelola sejumlah mal seperti ITC BSD, Mal Fantasi, DP Mal Semarang, Mal The Breeze, ITC Kuningan, ITC Depok, Mega ITC Cempaka Mas, hingga Epicentrum Walk Kuningan.
Ada juga AEON Mal Indonesia dan proyek kedua yang merupakan hasil joint venture antara AEON Mal Co. Ltd. Japan dan Sinar Mas Land.
Kemudian, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mengelola pusat perbelanjaan seperti Tunjungan Plaza Mal, Pakuwon Mal, Royal Plaza, Pakuwon Trade Center, Blok M Plaza, Gandaria City Mal, Kota Kasablanka Mal, hingga Pakuwon Mal Bekasi.
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) menjadi pengelola Lotte Shopping Avenue, Mal Ciputra Jakarta, Mal Ciputra World Surabaya, Mal Ciputra Semarang, dan Mal Ciputra Tangerang.
Ada juga PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mengelola 5 pusat perbelanjaan, yakni Summarecon Mal Kelapa Gading, Summarecon Mal Serpong, Summarecon Mal Bekasi, Samasta Lifestyle Village di Bali, dan Summarecon Villaggio di Karawang yang baru beroperasi pada awal Oktober 2023.
Selain itu, ada PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) mengelola mal Alam Sutra dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yang melalui PT Lippo Malls Indonesia saat ini mengelola 59 mal di Indonesia per akhir 2023.
Penurunan kinerja saham paling dalam dirasakan oleh LPKR, emiten konglomerasi Lippo Grup yang terkoreksi 32,99 persen per 12 Juni 2024 secara year to date (YTD). Saham LPKR dihargai Rp65 per saham.
Di urutan kedua, saham APLN terkoreksi 22,48 persen YTD, diperdagangkan di level Rp100 per saham. Di urutan ke tiga ada emiten ASRI dengan penurunan saham YTD mencapai 20,12 persen di level Rp131 per saham.
Dalam perdagangan sesi hari ini, kinerja saham sejumlah emiten pengelola mal di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini ditutup loyo.
BSDE ditutup merosot 0,53 persen, semetara PWON terkoreksi 0,99 persen. APLN turun paling dalam mencapai 3,85 persen dan ASRI yang ditutup loyo 3,68 persen. Saham LPKR juga ditutup turun 2,99 persen dan SMRA ditutup turun 2,88 persen diikuti saham CTRA juga turun 1,32 persen.
Sementara, saham pengelola Plaza Senayan juga terkontraksi 3,33 persen secara YTD di posisi Rp2.610 per saham.
Saham PLIN hari ini diperdagangkan sideways dengan posisi emiten ini sedang dalam pemantauan khusus bursa.
Plaza Senayan diketahui membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp613,26 miliar per 2023, atau tumbuh 10,05 persen dibanding 2022 yang tercatat sebesar Rp557,39 miliar.
Direktur Utama PLIN Rosano Barack melaporkan pendapatan mencapai Rp1,229 triliun sepanjang tahun lalu, meningkat 18,5 persen dibanding 2022 sebesar Rp1,096 triliun.
Namun, bukan ditopang ritel, pendapatan Plaza Indonesia ditopang oleh pendapatan hotel naik 25,4 persen secara tahunan menjadi Rp468,48 miliar di 2023.
Pendapat sewa pusat perbelanjaan juga tumbuh 22,9 persen secara tahunan menjadi Rp445,55 miliar. Lalu, pendapatan dari jasa layanan meningkat 4,7 persen secara tahunan menjadi Rp197,69 miliar.
Demikian juga dengan pendapatan sewa perkantoran naik 6,03 persen secara tahunan menjadi Rp123,05 miliar.
Mandiri Sekuritas dalam riset pada 2 Mei 2024 mencatat, pendapatan dari segmen usaha mal juga masih menjadi penopang laporan keuangan sejumlah emiten properti di atas.
Ini terlihat dari pertumbuhan pendapatan berulang PWON 11 persen secara tahunan (year on year/YOY, CTRA 14 persen YOY dan SMRA naik 18 persen YOY. Kesemuanya ditopang oleh pendapatan dari mal masing-masing 11 persen, 17 persen dan 22 persen secara tahunan (YOY).
Meskipun secara kinerja sahamnya tidak berkinerja baik, namun secara umum sektor properti masih berkinerja baik. Ini ditopang peluncuran sejumlah proyek perumahan sejumlah emiten properti.
Menurut analisis CLSA Sekuritas (22/04/2024), seperti yang terlihat dalam dua tahun terakhir, suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) tetap rendah meskipun ada kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) berkali-kali.
CLSA memperkirakan akan ada banyak agenda ke depan, “dengan peluncuran properti di seluruh negeri hingga akhir tahun, yang secara sentimen akan memberikan dampak positif bagi sektor dan saham properti.”
CLSA menambahkan, salah satunya terlihat dari kinerja Ciputra yang memiliki lima proyek menarik yang akan datang mulai dari Citra City Sentul dan Citra Garden Serpong di Jabodetabek hingga Citra Land Gama City di Medan.
“Ciputra menaruh harapan besar pada proyek di luar Jawa tahun ini, khususnya Sumatera dengan perusahaan memperkirakan pemasaran dan penjualan akan meningkat dua kali lipat menjadi Rp2,4 triliun pada 2024,” tulis CLSA.