Logo
>

Perbankan RI Berharap Suku Bunga The Fed Turun

Ditulis oleh KabarBursa.com
Perbankan RI Berharap Suku Bunga The Fed Turun

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), diperkirakan akan berdampak positif bagi industri perbankan Indonesia.

    Data terbaru dan pernyataan menunjukkan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya untuk pertama kalinya sejak 2020 pada pertemuan yang dijadwalkan pada Rabu, 18 September 2024.

    Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengungkapkan bahwa penurunan suku bunga acuan The Fed biasanya diikuti oleh penurunan suku bunga oleh bank sentral negara lain, termasuk Bank Indonesia (BI). Dengan penurunan suku bunga acuan BI, suku bunga kredit perbankan juga diharapkan turun, yang bisa meningkatkan penyaluran kredit dan mengurangi beban biaya kredit bank.

    “Penurunan Federal Funds Rate (FFR) ini bisa berdampak pada turunnya suku bunga domestik yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia,” kata Dian Ediana, Selasa, 17 September 2024.

    Kata Dian lagi, bahwa penurunan suku bunga The Fed akan menarik aliran modal asing ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Masuknya modal asing ini diyakini akan memperkuat nilai tukar dan meningkatkan likuiditas perbankan, yang mendukung fungsi intermediasi perbankan.

    “Penurunan suku bunga domestik yang mencerminkan penurunan biaya dana bagi bank dan debitur dapat meningkatkan profitabilitas perbankan dan mengurangi risiko kredit," jelas Dian.

    Menurut Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan II-2024, secara umum, bank-bank juga menilai bahwa penurunan suku bunga acuan The Fed dapat memberikan efek positif dan merangsang pertumbuhan ekonomi global, termasuk di Indonesia.

    Dari sisi likuiditas, penurunan suku bunga The Fed dan BI Rate diharapkan dapat menurunkan suku bunga simpanan perbankan dan menekan biaya yang dikeluarkan.

    “Dari segi kebijakan, masing-masing bank mungkin memiliki pendekatan yang berbeda tergantung pada model bisnis, kondisi likuiditas, dan toleransi risiko mereka,” kata Dian.

    Saat ini, likuiditas perbankan tampak menurun, dengan rasio alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) sebesar 113,49 persen dan rasio alat likuid/dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 25,66 persen. Namun, dengan adanya penurunan suku bunga The Fed dan BI, sektor perbankan optimis bahwa likuiditas akan membaik menjelang akhir 2024.

    “Berdasarkan Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan III-2024, jumlah alat likuid diperkirakan akan meningkat pada akhir tahun 2024, sehingga likuiditas perbankan diharapkan tetap terjaga,” pungkas Dian Ediana Rae.

    Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS

    Pada Selasa, 17 September 2024, nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) berhasil mencatatkan penguatan cukup signifikan. Rupiah menembus level Rp15.335 per dolar AS, atau menguat 66 poin (0,43 persen) dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.

    Penguatan rupiah ini didorong oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik yang positif. Salah satu faktor utama adalah ekspektasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter oleh The Federal Reserve (The Fed). Pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp), bahkan ada kemungkinan pemotongan yang lebih agresif hingga 50 bp.

    Prospek penurunan suku bunga di AS telah memicu penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury). Hal ini membuat dolar AS cenderung melemah dan memberikan ruang bagi mata uang emerging market seperti rupiah untuk menguat. Selain itu, keputusan Bank Sentral Eropa (ECB) yang memangkas suku bunga juga turut memberikan sentimen positif bagi pasar.

    Selain itu, apa saja sentimen yang dapat mendorong laju mata uang Indonesia ini?

    Dari sisi domestik, neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatatkan surplus selama 52 bulan berturut-turut menjadi salah satu faktor penguat rupiah. Surplus neraca perdagangan ini menunjukkan kinerja ekspor yang baik dan semakin memperkuat fundamental ekonomi Indonesia.

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, menilai bahwa penguatan rupiah saat ini masih didukung oleh sentimen positif dari pasar global. Ia memperkirakan The Fed akan memberikan sinyal dimulainya siklus pelonggaran moneter pada minggu ini, yang diharapkan dapat mendorong penurunan suku bunga hingga 100 bp hingga akhir tahun.

    “Penguatan rupiah saat ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia,” ujar Ibrahim, seperti dikutip pada hari Selasa, 17 September 2024.

    “Namun, investor tetap perlu mewaspadai perkembangan ekonomi global dan domestik yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah ke depan,” lanjut Ibrahim Assuaibi. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi